Perjalanan Selingkuh - Bab 176 Akting yang Buruk

Sebenarnya waktu sidang masih 1 bulan lagi, Tetapi setelah penuntutan, Siro Likan dan Lulu menyadari hal itu.

Sore harinya, Lulu dan Siro mampir berkunjung ke rumah keluarga Sheng, mereka tidak bisa menunggu lebih lama dari yang saya harapkan.

Aku jdi berpikir, seberapa tebal muka Siro dan Lulu, masih beraninya mereka datang langsung kemari.

Lulu terpaku melihat raut wajahku, tapi dengan cepat menyesuaikan diri.

Tapi Siro setelah melihat wajahku, datang kearahku, dengan ekspresi bersalah dan sedikit menyalahkan, dia berkata kepadaku, "Nak, karena kamu kembali mengapa kamu tidak mengenali ayahmu?"

Aku memandangi ekspresi Siro, sudut mulutku tidak bisa menahan senyuman tertawa.

Apa mereka pikir mreka bisa menipuku dengan tipuan kecil ini?

“Bukannya dirumah sudah ada Safira?” Tanyaku dengan santai sambil memainkan jari.

Aku mendapati Siro menghembuskan nafasnya, dengan muka pahit, berkata: “Aku juga tidak ada pilihan, Mamamu merindukanmu sampai depresi berat, jadi aku datang untuk mencari Sunni, hanya untuk membuat Mama bahagia, semua ini hanya untuk keluarga kita.”

“Untuk keluarga kita?” Mendengar hal ini membuatku tidak berhenti tertawa dingin.

“Ini lelucon paling lucu yang pernah kudengar.” Aku tertawa sampai gemetar.

Setelah tertawa, aku berjalan kearah Siro mengenakan spatu hak tinggi, melihatnya dan berkata: “Ayah, kalau kamu juga mengakui ku, kembalikan semua hal tentang Mamaku yang sudah diambil oleh Sunni!”

Mendengar hal ini, aku melihat otot-otot di wajah Siro bergetar hebat.

“Anakku, kamu sedang menyalahkan Ayah ya?” Wajah Siro penuh dengan rasa bersalah.

“Tidak, aku tidak menyalahkanmu.”

Aku menyaksikan pertunjukkan nyanyian Siro, sikapku yang tidak tahu malu terhadap Siro bertambah.

Aku sudah menyangka Siro akan berpura-pura tidak mengenalku, tapi aku tidak menyangka dia bisa menunjukkan kelemahannya.

Dan dia benar-benar menggangapku sebagai orang bodoh yang tidak tahu apa-apa? Ketrampilan yang canggung bahkan anak-anakpun tidak dapat dibujuk.

“Ayah, aku sudah paham dengan semua yang kamu lakukan, kalau kamu ingin menghancurkan wajah terakhirmu, silahkan lanjutkan.” Aku menatap Siro, mendekatkan diri kepadanya dan berbisik.

Bukannya aku tidak bisa menemani dia memainkan peran sebagai anak dan ayah yang saling mengasihi, tapi ketika aku mengingatkan pahit yang kudapatkan dari Mama, dan muka duanya membuatku benar-benar merasa jijik.

Setelah Siro mendengarkan apa yang aku katakan, wajahnya kaku, diapun menghembuskan nafas, dan berkata kepadaku : “Aku tau, kesalahan dalam mengenali anak membuatmu terluka, Ayah juga tidak ada pilihan. Depresi yang diderita Mama semakin lama semakin parah, kalau aku tidak bisa mendapatkanmu, dia akan menggila.”

Aku menatap Siro, mengingat kembali kejadian waktu itu saat Siro tahu hasil dari pemasangan ginjalku ke Sunni, dia berkata kepadaku itu hanyalah satu buah ginjal saja, perkataan ini selalu melekat di hatiku.

Pada waktu itu, aku melepaskan harapan terakhirku terhadap Ayahku.

Dan lagi, dia dan Weni Demina berbeda, dia sudah mengetahui identitasku dan Sunni dari awal tapi masih bisa melihat dengan jelas aku dan Weni ingin saling membunuh, sangat dingin, dan kejam.

Aku tertawa dengan dingin menatap Siro, tatapan ini sangat jelas, aku ingin tahu bagaimana dia melanjutkan smua kebohongan ini.

Tapi malah melihat Lulu datang kemari, dan bertanya: “Apakah kamu sendang mencurigai Sunni adalah anak tidak sah dari Ayahmu?”

“Ini masih perlu dicurigai?” Saya melihat Lulu seperti melihat keterbelakangan mental.

Tapi Lulu dengan lembut membuka mulut: “Sunni sebenarnya adalah anakku dan kakak Siro, Maro Likan, makannya dia sangat mirip denganmu, sebenarnya kamu sudah menuduh Ayahmu.”

Perkataan lulu, membuatku terdiam.

Sejenak, aku benar-benar terguncang atau bahkan ragu.

Karena ditampilkan diprofil, Maro Likan meninggal saat Ibuku mengandung, waktu itu, seharusnya Suni juga masih didalam kandungan.

Aku memikir kebelakang dan merasa itu tidak benar, jika memang seperti itu, kenapa Lulu menyembunyikan ke semua orang?

Sampai disi, aku berkata dengan senyum dingin: “Kamu pikir aku sebodoh itu?”

Selesai berbicara, aku tidak menunggunya membuka mulut, aku melanjutkan kata-kataku: “Mamaku percaya dengan karena, yang satu bisa menjadi Ayah yang dapat dipercaya dan yang satu adalah teman dekat yang dapat dipercaya, dan malah dibutakan oleh akting kalian yang buruk.”

“Sudah, aku tidak ingin mendengar alasan kalian lagi, kita bertemu di pengadilan saja!”

Awalnya aku masih menyimpan perasaan ingin balas dendam terhadap mereka, tapi sekarang hatiku sudah capek.

Kalau aku masih menjadi anak umur 10 tahun seperti dulu, aku pasti bisa dibohongi mereka dengan aktingnya yang baru. Tapi sekarang, maaf, aku tidak percaya dengan mereka lagi.

Aku menatap Siro dengan dingin, tanpa ekspresi apapun.

Siro membuang pandangan ke arah Steven, berharap Steven bisa membantu.

Steven malah membungkuk, mengambil file yang ada didalam tas, dan melemparkan kepada Siro.

Tanpa melihat raut mukanya, langsung berkata: “Demi kamu, Ayah biologis Safira, aku memberimu satu kesempatan.”

Siro membuka file, melihat isi didalamnya adalah beberapa foto, wajahnya pun pucat.

Menggerakan bibirnya, menatap Steven, tapi matanya tidak lagi tenang.

Dokumen yang ada ditangannya tiba-tiba terjatuh dilantai, terlihat ada beberapa foto, ada foto Siro dan Lulu, dan foto Siro diluar negeri bersama anak tidak sah, dan ada foto keluarga liburan keluar negeri.

Lulu menunduk dan melihat foto itu, raut wajah berubah seperti ingin mati.

“Tuan Sheng, jadilah pemaaf dan maafkanlah, hubungan keluarga kita berdua sudah seperti takdir dunia, berhubungan selama ini, aku juga melihatmu tumbuh dewasa…” Siro berkata dengan ekspresi menawan memandang Steven.

Steven dia melihatnya, menarik pinggangku dan dengan tatapan yang berbahaya berkata: “Ini adalah wanitaku, Putri masa depan Keluarga Sheng, kamu menggertak dia berarti kamu menggertakku.”

Penggertakan yang mendominasi ini bukan hanya mengejutkan Siro tapi juga membuatku terpesona.

Siro akhirnya menyingkirkan ekspresi akting tadi, mengungkapkan wajah aslinya, setidaknya lebih nyaman daripada sebelumnya.

Melihatnya mengarahkan wajah kepadaku dan berkata: “Safira, ini hanyalah masalahku dulu dengan Mamamu, tidak ada hubungannya denganmu, kamu ada dihatiku dan selamanya adalah puteriku.”

“hentikan !” Aku cepat menghentikannya.

Dan kemudian memandangnya dengan ironis: “Jangan bertingkah seolah-olah kamu baru tahu bahwa aku adalah putrimu sekarang. Kemampuan aktingmu tidak cukup untuk memenangkan piala Oscar. Aku tidak akan bingung dengan kemunafikanmu.”

Novel Terkait

Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu