Perjalanan Selingkuh - Bab 238 Pergerakan Malam hari
Perkataan Steven langsung membuat wajahku merah malu, tidak menyangka aku yang berusia seperti ini juga bisa menggoda.
Steven membawaku turun dari pesawat, di sini tidak sama dengan kota Jakarta, sekarang Jakarta baru masuk musim dingin, suhu sudah turun sampai di bawah nol derajat, tapi di sini sepanjang tahun seperti musim semi saja, suhunya pas dan enak.
Orang di rumah lama dari awal sudah mendapat kabar datang menjemput kita, sepanjang jalan, mereka memperkenalkan aku budaya sekitar maupun pemandangan sepanjang jalan.
Di sini pemandangannya sungguh sangat cantik, hampir sembarangan satu sudut juga sudah bisa memotret gambaran yang bagus.
Aku teringat waktu mau datang ibuku berpesan padaku untuk membawa kamera, hatiku gatal tak tahan, lalu menempel di samping jendela mobil mengangkat kamera tidak berhenti memotret.
“Adik sepupu suka fotografi?”
Sopir muda yang mengemudi mobil tersenyum bertanya padaku.
Aku malu-malu mengangguk, kali ini yang datang menjemput kami ada orang keluarga Himura juga ada orang keluarga Demina, beberapa orang ini tentu saja tahu aku dan Steven, sangat ramah dan hangat.
Di sini udaranya sangat segar, di samping jalan bermekaran bunga yang tidak tahu namanya, mobil mengikuti jalan gunung bergerak dengan cepat.
Setelah mengemudi dua puluhan menit, baru kelihatan sepotong sepotong ubin yang membangun sepotong sepotong rumah tinggal.
Rumah tinggal dibangun dengan sedikit model kuno, kelihatannya sangat rapi dan serasi.
Jarak antara dua kampung tidak jauh, tapi dengan percekcokan tetap pergi dulu ke kampung marga Demina, kepala desa di sana, semua melalui pemilihan terhadap tetua yang terhormat dan berwibawa.
Mobil sampai di depan pintu rumah kepala kampung, tidak sedikit orang sudah menunggu di sana.
Di antaranya yang paling mencolok itu adalah seorang orang tua yang berambut putih, warna muka merah merona, kelihat sangat semangat sekali.
“kamu kakek ketiga yah?” Aku maju, teringat Weni berpesan untuk memberi hormat dan menyapa pria itu.
Pria itu tersenyum dan mata jadi menyipit bersatu, dari atas ke bawah menyorotiku beberapa kali, lalu dengan puas mengangguk: “Lumayan lumayan, kelihatannya berwatak baik.”
Aku tidak tahu pria itu darimana kelihatan, tapi siapa pun suka sanjungan.
Dengan perkenalan dari pria itu, aku mengangguk dan menyapa satu per satu tetua di kampung, terakhir bersama dengan segerombolan orang masuk ke dalam.
Di dalam ruangan dalam ruang tamu dipajang sebuah pajangan tulisan, di depan pajangan tulisan terletak selembar meja yang terukir delapan Dewa yang sangat indah, di kedua sisi meja delapan Dewa adalah dua lembar kursi besar.
Kakek ketiga duduk di salah satu kursi, satunya lagi kosong.
Pria itu mempersilahkan aku duduk, aku melambaikan tangan menolak, duduk di sebelah pria itu.
“Tujuan aku datang ke sini seharusnya kakek ketiga sudah tahu dari ibuku?” Aku langsung saja masuk ke topik berkata.
Pria itu mengangguk, pandangan mata yang serius.
Aku pernah dengar Weni menganalisa secara singkat tentang beliau, beliau adalah satu orang yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan juga mematuhi peraturan, orang yang agak keras, tapi sangat adil, ini juga adalah alasan jadi lebih terhormat dan berwibawa di kampung.
Kakek ketiga adalah adik sepupu kakekku, umurnya juga hampir sama, tapi adalah anak dari selir, setelah pisah rumah jadi berstatus kerabat.
Tapi kakek ketiga ini juga adlaah orang yang memiliki kemampuan, setelah pembebas dirinya berhasil ujian masuk ke universitas, sebelum pensiun juga adalah seorang dosen di universitas ternama.
“Mengingat ramalan tentang pembukaan tempat suci sudah disebar luaskan orang, besok-besok di sini seharusnya juga jadi tidak terlalu damai lagi.”
Berkata sampai di sini, pria itu menghela nafas, lanjut membuka mulut berkata: “Beberapa waktu ini di sini memang bertambah beberapa wajah yang tidak dikenal, aku memang merasa ada yang tidak beres, juga berpikir mau memberitahu ibumu! Tidak disangka, yang paling ditakutkan malah datang juga.”
Mendengar perkataan pria itu, aku menebak, mungkin keluarga Demina dari awal sudah memprediksi situasi seperti hari ini.
“Kelihatannya, di sini perlu pindah, setidaknya sekarang tinggal di sini terlalu tidak tenang, kita beberapa tetua ini tidak apa-apa, tapi di sini masih ada tidak sedikit anak yang usianya masih kecil, aku khawatir orang-orang kejam itu bisa turun tangan terhadap anak-anak ini.” Wajah kakek ketiga mengandung kekhawatiran yang sangat kental.
“Ibuku bilang sedang berencana mau membuka rapat keluarga semarga, sudah menutup hotel kita tunggu kalian masuk dan tinggal di sana, lebih baik kalian pindah dulu saja ke Jakarta di sana gimana pun adalah ibukota, lebih aman sedikit.” Aku melihat ke pria itu mengusulkan berkata.
“Kita beberapa orang sudah bertahun-tahun tinggal di sini, dari dulu juga sudah terbiasa, tidak pindah, tapi beberapa anak muda ini kamu boleh bawa pergi, yang sendiri bersedia ikut denganmu yah pergi saja, yang tidak bersedia tetap jaga di sini juga boleh, yang pasti asal kita beberapa tulang tua ini masih ada, pasti akan menjaga dengan baik generasi bawah.” Berkata sampai di sini, pandangan mata kakek ketiga agak jauh.
Saat ini, aku merasa orang itu ini sungguh membuatku merasa sangat pantas untuk dihormati, juga baru benar-benar mengerti, kepribadian itu apa.
Di dirinya, aku hampir juga kelihatan bayangan kakek.
“Sekarang adalah masyarakat yang berhukum, aku pikir meraka juga tidak berani sembarangan.”
Selesai mengatakan, aku tanya ke kakek ketiga: “Kapan kalian mendapati ada yang tidak beres, apa bisa ceritakan lebih spesifik lagi?”
Mendengar pertanyaanku, kakek ketiga mengangguk, lalu melambaikan tangan memangil pria muda yang menjemput kita kemari itu, dia adalah pengemudi yang menjemput kita, berdasarkan tingkatan memanggilku adik sepupu.
“Adik sepupu, 3 hari sebelumnya, aku menemukan ada orang berkedok hitam memeriksa sekitar sini, kalau bukan sini sudah dibeli bersama-sama oleh kita dua keluarga, mungkin mereka pagi hari juga berani terang-terangan muncul di sini.” Berkata sampai sini,wajahnya penuh dengan amarah.
“Normalnya sini semua sudah jadi tanah kosong, apa yang masih mau mereka cari?”
Aku tahu aliran Yun Yin di sini masih meninggalkan sepotong tanah kosong, setelah aliran musnah, orang-orang ini dengan satu kobaran apai membakar tempat ini, hanya tinggal setumpykan reruntuhan dinding, setelah melewati dua ratusan tahun, sudah hancur bukan main, ada apa yang masih perlu dicari.
“Nama aliran Yun Yin dulu sangat terkenal, orang-orang ini seharusnya masih berpikir mau menemukan beberapa barang berharga dari sini!” Kakek ketiga menggeleng.
Sayangnya sekarang langit sudah menggelap, kalau tidak, aku juga sungguh ingin pergi melihat tempat peninggalan aliran Yun Yin.
Tapi aku tahu tempat peninggalan aliran Yun Yin ada di dalam gunung, sudah bertahun-tahun tidak ada orang yang naik ke sana, dibanjiri rerumputan, jalannya tidak rata.
Setelah menceritakan beberapa berita di sini, aku dan Steven lalu diatur menginap di sebuah rumah kosong.
Tempat ini dulu dibangun oleh kakekku, meski sudah belasan tahun, tapi karena ada sudah lama tidak ada orang yang membersihkan, juga ada satu orang penjaga, juga memang bisa langsung tinggal di sana.
Steven dan aku satu kamar, kamar sisanya dibagikan ke beberapa pengawal yang ikut datang.
Di luar jendela burung bersiul, ditambah terkadang tersebar wangi bunga, membuat mala mini juga tidak terlalu sulit dilewati, aku bersandar di dalam pelukan Steven, berpikir besok pagi pergi melihat tempat peninggalan aliran Yun Yin sana, lihat-lihat di sana ada apa yang membuat orang-orang itu bolak-balik berkeliaran di sini.
Tertidur sampai tengah malam, Steven lalu tiba-tiba membuka mata terbangun, aku samar-samar berdiri bertanya ke pria itu apa yang sudah terjadi.
Pria itu bangun memakai baju sambil berkata denganku: “Di luar ada anjing meraung, seharusnya ada orang asing yang datang ke kampung.”
Aku teringat sebelumnya Steven keluar dan terluka, lalu tidak ingin membiarkannya pergi keluar.
“Langit sudah malam seperti ini, besok baru pergi lihat saja! Kalau tidak malam gelap seperti ini, mereka kejam seperti itu, kalau saja terluka kamu gimana?”
“Kamu tenang saja, aku akan diam-diam mengikuti mereka.”
Mengatakan, Steven langsung berdiri dan memakai baju.
“Kamu sendirian terlalu berbahaya, aku bawa pengawal pergi dengan kamu.
Novel Terkait
Uangku Ya Milikku
Raditya DikaIstri Pengkhianat
SubardiSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaMy Lady Boss
GeorgeSi Menantu Buta
DeddySee You Next Time
Cherry BlossomPerjalanan Selingkuh×
- Bab 1 Berselingkuh sebagai Pembalasan Dendam
- Bab 2 Saya Bukan Alat untuk Membalas Dendam
- Bab 3 Pertemuan Tak Diduga di Toilet
- Bab 4 Laki-Laki Terkadang Tidak Bisa Menggoda
- Bab 5 Aturan Main Aku yang Tentukan
- Bab 6 Aku Meremehkan Kelancangannya
- Bab 7 Harga yang Harus Kamu Bayar
- Bab 8 Dihadapan Suamiku, Aku Berselingkuh
- Bab 9 Begini Kamu Juga Dapat Merasakannya?
- Bab 10 Jangan Bicara Tentang Uang dan Cinta
- Bab 11 Kami Sama-Sama Memiliki Rahasia
- Bab 12 Dunia Memang Sempit
- Bab 13 Siapa Mengancam Siapa?
- Bab 14 Menggodaku, Jangan Menyesal
- Bab 15 Mengapa Kamu Memilih Sheng Shi?
- Bab 16 Sebelum Aku Berangkat, Temani Aku Sekali
- Bab 17 Hubungan Cinta Rahasia Sama Dengan Mutiara yang Dicuri
- Bab 18 Menemukan Krisis, Aku Dipuji
- Bab 19 Setelah Gagal Menjadi Pengkhianat
- Bab 20 Kekasih lebih baik dari Suami
- Bab 21 Hamil....
- Bab 22 Anak Siapa?
- Bab 23 Dua Pertimbangan
- Bab 24 Ini Adalah Selingkuhanmu?
- Bab 25 Mati pun Tidak akan Bercerai
- Bab 26 Pria Di Luar Tidak Bisa Dipercaya
- Bab 27 Pilih Antara Aku Atau Dia?
- Bab 28 Hanya Iseng, Jangan Bicara Cinta
- Bab 29 Pertemuan Canggung Di Rumah Sakit
- Bab 30 Hadiah untuk Putus Hubungan?
- Bab 31 Jangan Lupa Duka yang Pertama
- Bab 32 Kakak Adik Sama Sadisnya
- Bab 33 Rindu Menusuk Tulang
- Bab 34 Tidak Mengingat Masa Lalu dan Tidak Bertanya Tentang Masa Depan
- Bab 35 Apa Maaf Cukup?
- Bab 36 Kualifikasi Asisten
- Bab 37 Bisnis Sangat Kejam
- Bab 38 Kita Tidak Akrab
- Bab 39 Apakah Itu Kamu?
- Bab 40 Hubungan Terakhir
- Bab 41 Kau Hanya Seorang Pengganti
- Bab 42 Mata dan Pikiran Dikendalikan Hati
- Bab 43 Kamu Percaya Hukum Karma?
- Bab 44 Perempuan Ini Sangat Mirip Dengan Steven
- Bab 45 Rencana Ling Ling
- CH 46 Kutukan Kejam
- Bab 47 Tertarik dengan Gadis Cantik Ini?
- Bab 48 Dia Mengenaliku
- Bab 49 Salah Paham
- Bab 50 Wanita Ini Lebih Kejam Daripada Ling Ling
- Bab 51 Aku Tidak Mau Dijadikan Kambing Hitam
- Bab 52 Ayo Ikut Aku
- Bab 53 Aku Menginginkan Steven, Apa Kau Bisa Memberikannya Kepadaku?
- Bab 54 Wanita Cantik Menyelamatkan Pahlawan
- Bab 55 Lahirkan Seorang Anak Bagiku
- Bab 56 Bunga Mawar Hari Valentine
- Bab 57 Kamu Bukan Lindaku
- Bab 58 Dia Akhirnya Mengakuiku
- Bab 59 Dia Adalah Pacarku
- Bab 60 Kejadian Yang Sebenarnya
- Bab 61 Menjadi Sorotan
- Bab 62 Anak Itu Laki-Laki atau Perempuan
- Bab 63 Dia Menggunakan Pil Pengubah Jenis Kelamin
- Bab 64 Mimpi Buruk Yang Datang Tiba-tiba
- Bab 65 Apa maksudmu?
- Bab 66 Bertemu dengan Ling Ling lagi
- Bab 67 Ling Ling Memohon Kepadaku
- Bab 68 Steven Membelikan Cincin Untuk Wanita Lain
- Bab 69 Dia Adalah Safira
- Bab 70 Anggap AKu Buta
- Bab 71 Membawa Ami Pergi Ke Pesta Pertunangan
- Bab 72 Apakah Papa Sudah Tidak Menginginkanku Lagi?
- Bab 73 Dikurung Secara Tidak Langsung
- Bab 74 Kelahiran Moli
- Bab 75 Sebuah Janji Sebagai Ucapan Terima Kasih
- Bab 76 Musuh Di Mata
- Bab 77 Aku Hamil Sekali Lagi
- Bab 78 Hasil Yang Tidak Terduga
- Bab 79 Tidak akan mengubah keputusan walau bahaya
- Bab 80 Dipukuli
- Bab 81 Giok Keselamatan Hilang
- Bab 82 Kedatangan Polisi
- Bab 83 Lihat Saja Nanti
- Bab 84 Kamu Sudah Dijebak Oleh Keluarga Demina ?
- Bab 85 Terpergok Weni Demina
- Bab 86 Ayam Kampung Menjadi Burung Phoenix
- Bab 87 Selamanya Jangan Ganggu Steven
- Bab 88 Yang Murahan Pantas Dipukul
- Bab 89 Steven Tolong Aku
- Bab 90 Memasuki Ruang Duka
- Bab 91 Harus Menikah Dalam Tujuh Hari
- Bab 92 Jika Tidak Mencintaiku, Menjauhlah Dariku
- Bab 93 Aku Sudah Menikah
- Bab 94 Membohongi Mereka
- Bab 95 Memalukan Di Acara Pernikahan
- Bab 96 Aku Mau Cerai
- Bab 97 Tidak Disangka David Bisa Keluar Membantu
- Bab 98 Cerita di Belakang Kehamilan Ektopik
- Bab 99 Sebenarnya Dipasang Cincin Kontrasepsi dalam Rahim
- Bab 100 Ancaman di Rumah Sakit
- Bab 101 Alasan David Membantuku (1)
- Bab 101 Alasan David Membantuku (2)
- Bab 102 Yang Disembunyikan Jason Dariku (1)
- Bab 102 Yang Disembunyikan Jason Dariku (2)
- Bab 103 Dimulai Dari Putri Farad Nemir (1)
- Bab 103 Dimulai Dari Putri Farad Nemir (2)
- Bab 104 Mereka Lebih Kejam Dari Yang Aku Perkirakan (1)
- Bab 104 Mereka Lebih Kejam dari yang Aku Perkirakan (2)
- Bab 105 Konfrontasi Dengan Weni Demina (1)
- Bab 105 Konfrontasi Dengan Weni Demina (2)
- Bab 106 Hubungan Fuji dengan Sisi (1)
- Bab 106 Hubungan Fuji Dengan Sisi (2)
- Bab 107 Paman Fuji…..(1)
- Bab 107 Paman Fuji….. (2)
- Bab 108 Barang Yang Diberikan Fuji Padaku (1)
- Bab 108 Barang Yang Diberikan Fuji Padaku (2)
- Bab 109 Pertemuan Dengan Steven (1)
- Bab 109 Pertemuan Dengan Steven (2)
- Bab 110 Sikap Steven yang Aneh (1)
- Bab 110 Sikap Steven yang Aneh (2)
- Bab 111 Undangan Steven (1)
- Bab 111 Undangan Steven (2)
- Bab 112 Menggunakan Tubuh Sebagai Syarat Pengganti (1)
- Bab 112 Menggunakan Tubuh Sebagai Syarat Pengganti (2)
- Bab 113 Lihat Apakah kamu Bisa Jatuh Cinta Padaku (1)
- Bab 113 Lihat Apakah kamu Bisa Jatuh Cinta Padaku (2)
- Bab 114 Steven, Pasti Jadi Milikku! (1)
- Bab 114 Steven, Pasti Jadi Milikku (2)
- Bab 115 Terkepung Di Semua Sisi (1)
- Bab 115 Terkepung Di Semua Sisi (2)
- Bab 116 Pingsan Setelah Operasi (1)
- Bab 116 Pingsan Setelah Operasi (2)
- Bab 117 Menutupi Kondisi (1)
- Bab 117 Menutupi Kondisi (2)
- Bab 118 Mengancam (1)
- Bab 118 Mengancam (2)
- Bab 119 Cemburu (1)
- Bab 119 Cemburu (2)
- Bab 120 Adegan yang Luar Biasa (1)
- Bab 120 Adegan luar biasa
- Bab 121 Pesta Ulang Tahun (1)
- Bab 121 Pesta Ulang Tahun (2)
- Bab 122 Tertangkap Basah Selingkuh (1)
- Bab 122 Tertangkap Basah Selingkuh (2)
- Bab 123 Tanggal Pernikahan (1)
- Bab 123 Tanggal Pernikahan (2)
- Bab 124 Linda, Apakah Kamu Jatuh Cinta Padaku? (1)
- Bab 124 Linda, Apakah Kamu Mencintaiku? (2)
- Bab 125 Istri Yang Memiliki Suami, Suami Yang Memiliki Istri (1)
- Bab 125 Istri Yang Memiliki Suami, Suami Yang Memiliki Istri (2)
- Bab 126 Terjadi Masalah (1)
- Bab 126 Terjadi Masalah (2)
- Bab 127 Kamu Masih Ingat?
- Bab 128 Jason yang penuh cinta(1)
- Bab 128 Jason yang penuh cinta (2)
- Bab 129 Ciumannya (1)
- Bab 129 Ciumannya (2)
- Bab 130 Pelakunya Harus Tertangkap (1)
- Bab 130 Pelakunya Harus Tertangkap (2)
- Bab 131 Perlakuan Aneh Orang Tua (1)
- Bab 131 Perlakuan Aneh Orang Tua (2)
- Bab 132 Cerita Di Balik Layar (1)
- Bab 132 Cerita Di Balik Layar (2)
- Bab 133 Apa Hubungannya Dengan Keluargaku? (1)
- Bab 133 Apa Hubungannya Dengan Keluargaku ? (2)
- Bab 134 Yosi Vinna adalah Anak Perempuan Itu (1)
- Bab 134 Yosi Vinna adalah Anak Perempuan Itu (2)
- Bab 135 Memanjat Tembok (1)
- Bab 135 Memanjat Tembok (2)
- Bab 136 Bertemu Sisi (1)
- Bab 136 Bertemu Sisi (2)
- Bab 137 Jamuan Pertunangan Sisi (1)
- Bab 137 Jamuan Pertunangan Sisi (2)
- Bab 138 Telepon Dari Rumah Sakit (1)
- Bab 138 Telepon Dari Rumah Sakit (2)
- Bab 139 Donor Darah
- Bab 140 Sunni Sakit
- Bab 141 Evan yang Berbeda (1)
- Bab 141 Evan yang Berbeda (2)
- Bab 142 Aku Bukan Dia (1)
- Bab 142 Aku Bukan Dia (2)
- Bab 143 Perjanjian Pernikahan Akan Dibatalkan (1)
- Bab 143 Perjanjian Pernikahan Akan Dibatalkan (2)
- Bab 144 Dia Adalah Istriku (1)
- Bab 144 Dia Adalah Istriku (2)
- Bab 145 Kemunculan Kakak Sisi (1)
- Bab 145 Kemunculan Kakak Sisi (2)
- Bab 146 Mendonor Darah Untuk Sunni
- Bab 147 Membantu Keluarga Demina (1)
- Bab 147 Membantu Keluarga Demina (2)
- Bab 148 Tercela (1)
- Bab 148 Tercela (2)
- Bab 149 Penghinaan (1)
- Bab 149 Penghinaan (2)
- Bab 150 Foto Di Bawah Pohon (1)
- Bab 150 Foto Di Bawah Pohon (2)
- Bab 151 Baginya Siapalah Aku Ini?
- Bab 152 Dendam Yosi
- Bab 153 Keputusan Steven
- Bab 154 Lepas
- Bab 155 Pendampingan Adalah Pernyataan Cinta Yang Dalam
- Bab 156 Aku Mau Ginjalnya
- Bab 157 Kecelakaan Weni
- Bab 158 Weni Menjadi Gila
- Bab 159 Aku adalah Safira Demina
- Bab 160 Hal Yang Janggal
- Bab 161 Siapa yang Mencelakai Weni Demina ?
- Bab 162 Satu Ginjal, Apalah Artinya
- Bab 163 Memakan Surat Perjanjian
- Bab 164 Orang yang Paling Tidak Ingin Kusakiti Adalah Kamu
- Bab 165 Orang Tua Datang
- Bab 166 Biarkan Dia Menjadi Anakmu Saja
- Bab 167 Dia Sudah Tahu Semuanya
- Bab 168 Rahasia Keluarga Demina
- Bab 169 Kedepannya Kamu Adalah Bibiku
- Bab 170 Gangguan Jiwa
- Bab 171 Mengumpulkan Bukti
- Bab 172 Masa Lalu Fuji
- Bab 173 Aku Hanya Ingin Menikah Dan Punya Anak
- Bab 174 Anak Haram Siro
- Bab 175 Badai Yang Melanda
- Bab 176 Akting yang Buruk
- Bab 177 Pemikiran Pria Burung Phoenix
- Bab 178 Apakah Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 179 Lebih Baik Memprovokasi Dewa Kematian Daripada Memprovokasi Steven
- Bab 180 Li Jin Menjadi Mata-mata
- Bab 181 Sejarah Keluarga Demina
- Bab 182 Ada Hal Tersembunyi Lainnya
- Bab 183 Rencana Pesta Besok
- Bab 184 Sudah Seharusnya Menyerahkan Kedudukan
- Babb 185 Mengumumkan Kepemilikannya
- Bab 186 Jason Muncul Di Acara Pertunangan
- Bab187 Aku Belum Bercerai!
- Bab 188: Orang Asing Yang Akrab
- Bab 189 Sebuah Kontrak Mengganti Selembar Akta Cerai
- Bab 190 Weni Terjadi Kecelakaan
- Bab 191 Satu Buta, Satu Koma
- Bab 192: Aku Mau Menunggu Dia Sadar
- Bab 193 Dikabarkan Oleh Orang Tua Asuh
- Bab 194 Steven Sadar
- Bab 195 Berlompat-lompat Tidak Berapa Hari Lagi
- Bab 196: Pelatih Wanita Yang Spesial
- Bab 197 Terkurung
- Bab 198 Tertangkap Ketika Melarikan Diri
- Bab 199 Hubungan Penculik Dan Sunni Tidak Biasa
- Bab 200 Dibatasi Satu Dinding
- Bab 201 Benar-Benar Pernah Ada
- Bab 202 Dia Berani Tidak
- Bab 203 Jejak Kaki di Dada
- Bab 204 Aku Akan Melindungimu
- Bab 205 Seleraku Tidak Begitu Aneh
- Bab 206 Ikhlas
- Bab 207 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 208 Kemenangan
- Bab 209 Sisi Hamil
- Bab 210 Penjelasan
- Bab 211 Kembali Ke Rumah Demina
- Bab 212 Diusir Keluar
- Bab 213 Masih Sama Dengan Dulu
- Bab 214 Ruang Buku Rahasia
- Bab 215 Lulu Dan Rufin Demina
- Bab 216 Perasaan Syukur Dan Dendam Antara Keluarga Himura Dan 叶老
- Bab 217 Identitas Dennis Yang Lain
- Bab 218 Permintaan Si Tua Ye
- Bab 219 Rahasia Keluarga Mao
- Bab 220 Giok Keselamatan Telah Ditukar
- Bab 221 Membully Orang Dengan Kekuasaannya
- Bab 222 Mempersulitkan Orang
- Bab 223 Pengalaman Berbeda, Cara Bekerja Berbeda
- Bab 224 Orang Yang Disukai Yu Tiantian Adalah Dennis
- Bab 225 Gadis Ini Sangat Kasihan
- Bab 226 Siro Sungguh Tidak Tahu Malu
- Bab 227 Keberadaan Peta
- Bab 228 Ingin Koboi?
- Bab 229 Perkelahian
- Bab 230 Taruhan
- Bab 231 Penjaga Rahasia?
- Bab 232 Wanita Yang Ribet
- Bab 233 Buku Kuno Diculik
- Bab 234 Ayo Menikah?
- Bab 235 Terluka
- Bab 236 Rapat Keluarga Semarga?
- Bab 237 Berangkat
- Bab 238 Pergerakan Malam hari
- Bab 239 Naik Gunung
- Bab 240 Kedatangan Orang Keluarga Himuar
- Bab 241 Bertemu
- Bab 242 Tunggu Aku Pulang
- Bab 243 Marah
- Bab 244 Interogasi
- Bab 245 Penangkapan
- Bab 246 Ruang Rahasia Dibuka
- Bab 247 Membangun Wibawa
- Bab 248 Kencan Di Alam Liar
- Bab 249 Aku Menemanimu
- Bab 250 Wanita Cantik Luori
- Bab 251 Hari Kedua Safira
- Bab 252 Baunya Serupa
- Bab 253 Tujuan Tidak Polos
- Bab 254 Ingin Menjadikannya Sebagai Seorang Kekasih
- Bab 255 Dendan Yang Sulit Diselesaikan
- Bab 256 Strategi Membujuk
- Bab 257 Pasangan Yang Saling Melengkapi
- Bab 258 Harus Ada Si Tua Ye Baru Bisa
- Bab 259 Bertemu Lagi Dengan Ibu Pengasuh
- Bab 260 Meminjam Uang
- Bab 261
- Bab 262 Terjadi Masalah
- Bab 263 Aku Ingin Hidup
- Bab 264 Berhasil
- Bab 264 Perencanaan
- Bab 266 Kecemburuan Justin
- Bab 267 Bekerja Sama
- Bab 268 Diam-Diam Mengikutinya
- Bab 269 Mengenakan Topeng
- Bab 270 Tarian Menyembah
- Bab 271 Aneh
- Bab 272 Halusinasi
- Bab 273 Memecahkan
- Bab 274 Harta Karun Yang Jarang Terlihat
- Bab 275 Tuan Muda Dari Keluarga Wen
- Bab 276 Datang Untuk Menagih Hutang
- Bab 277 Negosiasi
- Bab 278 Disergap
- Bab 279 Wanita Asing
- Bab 280 Kecewa
- Bab 281 Tumbuh
- Bab 282 Pengkhianatan
- Bab 283 Alasan Untuk Semuanya