Perjalanan Selingkuh - Bab 52 Ayo Ikut Aku

Bab 52 Ayo Ikut Aku

Terakhir, ketidakpercayaan Steven terhadapku semakin menjadi pukulan yang sangat berat bagiku.

Moli tidak bertanya apapun lagi kepadaku, dia hanya menepuk punggungku dengan pelan untuk menenangkanku.

Setelah aku lelah menangis, dia memapahku ke kamar untuk istirahat.

Saat aku bangun, itu sudah waktunya untuk makan malam.

Sisi mengantar Ami pulang, saat dia melihat mataku yang merah dan bengkak, dia bertanya kepadaku : "Bukankah hari ini kau pergi kerja? Kenapa kau pulang dengan mata yang bengkak, apakah ada yang menindasmu?"

Ami juga menatapku dengan cemas, dia mengulurkan tangannya dan menarik tanganku, menghiburku tanpa suara.

"Tidak apa-apa, sekarang sudah jauh lebih baik."

Sisi beberapa kali terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi saat dia melihat Moli dan Ami, akhirnya dia tidak jadi mengatakannya.

Adit masih belum pulang kerja, Sisi sekalian mengeluarkan piring dan sendok untuk makan malam di sini, selesai makan, dia langsung menarikku untuk masuk ke dalam kamar.

Setelah pintu tertutup, dia langsung menatapku dengan tatapan bertanya : "Linda, kau jangan menutupinya dariku, ada masalah apa sebenarnya?"

Aku tidak menutupinya lagi dari Sisi, aku memberitahunya segala sesuatu yang terjadi di perusahaan hari ini.

Sisi sangat marah sampai wajahnya berubah merah : "Wanita ini sangat kejam, bahkan dia tega untuk mencelakai dirinya sendiri."

"Aku juga tidak menyangka ternyata dia bisa berbuat seperti itu, apakah dia tidak takut terjadi sesuatu kepada anaknya? Aku sudah melihat anak itu di rumah sakit, dia sangat kecil, sangat kurus dan lemah berbaring di dalam inkubator." saat aku memikirkannya, aku merasa sangat kasihan pada bayi itu, aku benar-benar tidak habis pikir, kenapa Kinara bisa begitu kejam.

"Ibu kandungnya saja tidak peduli, kenapa kau harus peduli? Yang penting saat anak itu sudah besar nanti jika kesehatannya tidak baik, dia tidak bisa menyalahkanmu, ibu kandungnya yang bersalah, tidak ada hubungannya denganmu." Sisi menatapku dengan kesal.

"Aku tetap tidak mengerti, untuk apa dia sampai berbuat seperti ini hanya demi mengusirku dari perusahaan?"

"Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan olehnya, mungkin saja otaknya kemasukan air."

Setelah itu Sisi berkata lagi : "Tetapi dia menggunakan cara licik ini, kelihatannya hubunganmu dan Steven semakin tidak mungkin ada harapan."

Setelah mendengar perkataan Sisi, aku sudah hampir menangis lagi.

"Linda, bisa tidak kau jangan lemah seperti ini!" Sisi mendorong kepalaku dan menatapku dengan kesal.

"Bahkan aku tidak diperbolehkan untuk patah hati?" Aku melihatnya dengan marah.

"Apakah kau bisa dibilang patah hati? Hubungan kalian hanyalah teman tidur saja." Sisi membeberkan kenyataan dengan tidak berperasaan.

Teman tidur vs kekasih dan anaknya, dilihat dari sisi manapun, sudah jelas aku yang kalah.

Tetapi dengan Steven hanya menyuruhku berhenti, takutnya di mata semua orang, hukuman ini terlalu ringan untukku.

"Sebenarnya, masalah ini intinya adalah Steven mempercayai siapa, kalian berseteru di kamar mandi, di sana tidak ada CCTV, juga tidak ada orang lain, meskipun kau menjelaskan seperti apapun tetap saja kau tidak punya bukti."

Sisi adalah seorang pengacara, sangat mengutamakan bukti, jadi dia sangat mencemaskanku.

"Malam ini aku pergi ke tempat Adit untuk bertanya-tanya kepadanya, aku mau tahu identitas wanita itu yang sebenarnya." melihatku tidak bersemangat, Sisi langsung berkata seperti itu.

Aku menganggukkan kepalaku dan membenamkan wajahku ke atas lututku, kesedihan ini serasa ingin menenggelamkanku.

Sisi menghela napasnya dan membuka pintu lalu keluar dari kamar.

Tidak lama kemudian, sesosok anak kecil naik ke atas ranjang : "Tante."

Aku menoleh dan melihat Ami memeluk boneka teddy bear, matanya yang besar melihatku dengan gugup.

Aku memeluk Ami dan bertanya dengan lembut kepadanya : "Ami hari ini sudah memilih belum mau belajar apa?"

Setelah mendengarnya, mata Ami langsung berbinar, bagaikan bintang di langit, sangat menyilaukan, suaranya juga terdengar sangat gembira : "Aku mau belajar taekwondo."

Pilihan Ami membuatku sedikit kaget.

Tetapi saat aku mendengar perkataan dia selanjutnya, aku merasa sangat sedih.

"Aku mau melindungi ibu."

Setelah berkata seperti itu, dia melihatku dan berkata lagi : "Juga mau melindungi tante."

Setelah mendengar perkataan Ami, aku merasa sangat terharu, aku mengelus kepalanya dengan sayang : "Taekwondo sangat melelahkan."

"Aku tidak takut!" Ami melihatku dengan pandangan tegas.

Aku tidak menyangka Ami yang terlihat seperti tidak mempunyai nyali ini bisa membuat pilihan yang seperti ini, pada saat yang bersamaan aku juga merasa pilihannya lumayan, dengan begitu setidaknya nanti dia dapat melindungi dirinya sendiri : "Kalau begitu Ami harus makan yang banyak, harus makan makanan yang bernutrisi."

Ami menganggukkan kepalanya berulang kali dan melihatku lagi : "Tante, tadi tante menangis yah?"

Perkataannya membuatku sedikit malu, tidak tahu harus berkata apa, di depan Ami aku selalu menunjukkan figur seorang wanita yang kuat, agar dapat membuatnya merasa aku bisa melindunginya, tetapi saat ini aku malah begitu lemah, aku takut dia akan kecewa padaku!

Aku memandang Ami dengan tatapan yang kusut, tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaannya.

Jika menjawab tidak, aku sudah berbohong di depan anak kecil, ini pertama kalinya aku menyadari kalau mengajar anak kecil bukanlah hal yang mudah.

Untung saja, tiba-tiba Moli membuka pintu kamar dan menggendong Ami yang ada di atas ranjang : "Tante hari ini sangat lelah sehabis pulang kerja, ibu membawamu keluar yah?"

Ami melihatku, akhirnya dia menganggukkan kepalanya : "Kalau begitu tante istirahat yang baik."

Setelah itu, Moli membawa Ami keluar dari kamarku.

Di dalam kamar dalam seketika terasa sangat sepi, aku menyalakan televisi, tetapi tidak menonton acara apapun, yang penting ada suara yang bisa mencegahku untuk berpikir yang tidak-tidak.

Keesokan harinya saat aku bangun tidur, aku melihat Jason di ruang tamu.

Aku tidak menyangka dia akan mencariku kemari, aku berkata kepadanya dengan kesal : "Untuk apa kau datang kemari?"

Moli sedang keluar dari dapur membawa sarapan, mendengar aku berkata seperti itu, dia memandangku dengan terkejut : "Apakah dia bukan temanmu?"

Aku duduk di meja makan, mengambil sarapan yang sudah dipanaskan oleh Moli dan berkata kepadanya : "Tidak semua orang bisa dipercaya, jika ketemu orang jahat bagaimana?"

Setelah Moli mendengarnya, dia melihatku dengan tatapan bersalah : "Aku sudah merepotkanmu, maaf!"

"Bukan itu maksudku, aku hanya berharap kau bisa sedikit lebih waspada." aku berkata sambil menghela napas.

"Kalau begitu dia orang jahat atau bukan?"

Moli menatap Jason dengan waspada.

Jason berdiri dari sofa dan berjalan ke arahku, Moli dengan waspada segera berlari ke dapur.

Tidak lama kemudian, saat dia kembali, di tangannya sudah memegang pisau dapur.

Aku dan Jason menatapnya dengan terkejut, setelah itu, aku bisa menebak maksud Moli, aku tidak tahu harus tertawa atau menangis : "Tidak apa-apa, aku mengenalnya."

Jika aku masih berani berkata kalau aku tidak mengenalnya, takutnya Moli benar-benar akan menganggapnya sebagai orang jahat dan memenggal kepalanya.

Setelah mendengar aku berkata seperti itu, barulah Moli merasa lega, hanya saja pisau dapur yang ada di tangannya masih tetap dipegangnya, tidak dikembalikan ke dapur.

Bahkan saat Jason jelas-jelas ingin membicarakan sesuatu denganku, Moli masih tetap di sana.

"Ada masalah apa, bilang saja!" aku berkata dengan datar kepada Jason.

"Aku dengar kau sudah diberhentikan." Jason diam sebentar dan berkata kepadaku.

"Iya! informasimu sangat cepat sekali." aku menatapnya sambil tertawa mengejek.

Pasti Justin menempatkan mata-mata di perusahaan Steven, jika tidak saat itu Steven tidak akan mungkin sengaja bersandiwara dengan Erik.

Jason tidak terganggu dengan ejekanku, dia hanya menatapku sambil terus berkata : "Dia tidak menginginkanmu, aku menginginkanmu, bagaimana jika kau ikut aku ke perusahaan Justin?"

Novel Terkait

Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu