Perjalanan Selingkuh - Bab 278 Disergap

“Ibu, kenapa kamu bisa tahu beberapa masalah ini?”

Setelah mendengar perkataan Weni, hatiku terlintas perasaan kasihan.

“Karena sebelumnya Steven masuk ke dalam kelompok tentara bayaran dari keluarga Demina.” Weni berkata dengan menghela napas.

Aku baru saja teringat bahwa keluarga Demina mempunyai sekelompok tentara bayaran di luar negeri, sekarang dikontrol oleh Fuji.”

Awalnya mengira Weni sama sekali tidak tahu masalah ini, tapi tidak menyangka bahwa dia seolah-olah tahu semuanya.

Setelah melihat ekspresi di wajahku, Weni menatapku dengan wajah tersenyum polos: “Kamu mengira aku tidak tahu masalah ini?”

“Aku... aku mengira...”

Aku juga tidak tahu harus berkata apa, dulu saat Fuji menemukanku, Weni masih belum sadar, jadi aku juga tidak membicarakan masalah ini dengannya, kemudian masalah selanjutnya semakin banyak, aku malah tidak memedulikan beberapa masalah ini.

“Aku tidak membicarakannya tidak berarti bahwa aku tidak tahu.” Weni menatapku sambil berkata kepadaku.

Kemudian dia terus berkata: “Setelah sampai generasi aku dan kamu, keluarga Demina hanya tersisa dua anak perempuan, satu-satunya hubungan yang paling dekat adalah Pamanmu, Fuji, jadi dulu kakekmu memilihnya untuk membesarkannya di samping, alasan pertamanya demi menjaga anak yang ditinggalkan oleh adik perempuannya, alasan keduanya demi ada seseorang yang bisa melindungi keluarga Demina dan juga melindungi kita.”

Setelah mendengar perkataan Weni, aku sedikit terharu karena Kakek mempertimbangkan semuanya untuk kita.

Harus dikatakan bahwa dia benar-benar mempertimbangkan semuanya dengan sangat baik untuk generasi kita ini.

“Jika kamu dan Steven bisa melahirkan penerus keluarga Demina, aku akan membiarkan Steven mengambil alih pasukan ini.” Weni menatapku sambil berkata kepadaku.

“Pamanmu yang mengambil alih dalam beberapa tahun ini, aku merasa...”

Perkataanku masih belum selesai, aku hanya melihat pandangan Weni menjadi tajam: “Safira, aku tahu kamu berhati lembut, kamu merasa jika melakukannya seperti ini, kamu akan mengecewakan Pamanmu, kan?”

Di bahwa tatapannya yang menindas, aku tidak tahan lagi dan mengangguk.

Weni yang sekarang sedikit tegas, membuatku tanpa sadar menjadi sedikit gugup.

“Keuntungan yang seharusnya diberikan kepada Pamanmu tidak akan kecil, bahkan bisa memisahkan sebagian tentara bayaran kepadanya, tapi barang-barang milik keluarga Demina juga tidak bisa ditinggalkan begitu saja, semua itu ditinggalkan oleh Kakekmu, dan juga merupakan barang-barang milik keluarga Demina, aku berharap kedepannya kamu bisa melindunginya dengan baik.” Weni menatapku dengan ekspresi serius.

Aku tanpa sadar menelan ludah dan mengangguk.

“Kamu dulu sama sekali tidak pernah memberi tahuku beberapa masalah ini?”

Aku selalu merasa Weni yang sekarang sedikit aneh.

Setelah mendengar perkataanku, ekspresi Weni menjadi lebih lembut, dia terus berkata: “Kamu yang sebelumnya masih belum cukup besar, tapi kamu yang sekarang sudah mempelajari seni bela diri di zaman kuno, kedepannya kamu seharusnya bisa menanggung beberapa masalah ini, lagi pula, aku bisa melihat, di bawah pengaruh Steven, sekarang kamu sudah semakin unggul.”

Setelah mendengar pujiannya, hatiku seperti baru saja makan madu, bisa dipastikan oleh orang, siapa pun juga akan merasa senang.

“Sudahlah, kita bicara sampai di sini saja, aku berharap kedepannya kamu bisa mengingatnya di dalam hati, tidak ada seorang pun yang bisa menemanimu seumur hidup, kamu hanya bisa mengandalkan kemampuan yang dipelajari olehmu untuk bertahan hidup.”

Setelah berkata, dia mengelap bibir dengan anggun dan berkata kepadaku: “Ayo! Ikut aku pergi ke perusahaan.”

Entah kenapa, begitu melihat punggungnya, meski temperamennya masih anggun dan cakap, tapi aku tetap merasa seolah-olah ada sesuatu yang berbeda.

Saat bekerja hari ini, aku hampir sangat sibuk, pekerjaan yang ditugaskan kepadaku semakin berat.

Di sepanjang hari ini, bahkan pergi ke toilet saja harus berlari, makan pun harus berpacu dengan waktu.

Pertumbuhan yang dipaksa dengan penganiayaan.

Jika bukan karena Presiden adalah Ibuku, aku benar-benar mengira diriku sendiri sudah dipersulit oleh atasan!

Setelah pekerjaan hari ini selesai, waktu sudah pukul sepuluh malam, lampu di kantor Weni masih menyala.

Tanganku memeluk dokumen terakhir yang dipilah olehku dan mengetuk kantornya.

Setelah melihatnya bekerja dengan serius, wajah juga membawa ekspresi lelah, awalnya merasa tidak puas karena pekerjaan yang berat hari ini, tapi sekarang malah berubah menjadi kasihan setelah melihat orang yang ada di depan.

Aku meletakkan dokumen di meja kantornya, kemudian tanpa sadar berjalan ke belakangnya dan memijit baju untuknya.

“Kamu pulang dulu untuk beristirahat! Hari ini, kamu juga sudah lelah.”

Dia memaksa diri untuk tetap semangat, wajah membawa ekspresi lelah.

Aku segera menggelengkan kepala: “Aku tidak lelah.”

Gerakan di tangan sama sekali tidak berhenti, setelah memijit bahu untuknya, aku membuat secangkir kopi untuknya.

“Kamu lihat dokumen ini, kedepannya kamu akan membuat keputusan strategis dalam beberapa hal ini.” Setelah berkata, Weni langsung memyerahlan dokumen di tangannya kepadaku.

Aku seperti mengambil sebuah kentang panas.

Dalam waktu ini, yang dikerjakan olehku hanyalah pekerjaan tambahan.

“Cobalah dengan berani, kamu sudah tumbuh sangat cepat dalam waktu ini, kebetulan bisa membiarkanku melihat hasilmu dalam waktu ini.” Weni menatapku dengan ekspresi semangat.

Setelah mendengar perkataannya, aku menarik napas dalam dan membuka dokumen di depanku.

Yang tertulis di dalam dokumen adalah sebidang tanah yang dibeli oleh perusahaan, sekarang terlibat dalam masalah pemindahan rumah penduduk desa.

Harus dikatakan bahwa masalah ini sedikit rumit.

Jika uang yang diberikan sedikit, penduduk desa tidak akan melakukannya, jika uang yang diberikan terlalu banyak, keuntungan yang akan dirugikan oleh perusahaan juga terlalu besar.

“Hanya ada tiga keluarga yang tidak bersedia pindah, apakah ada memeriksa kenapa mereka tidak ingin pindah? Apakah mereka benar-benar kesulitan atau ada alasan lainnya?”

“Dokumen itu ada menuliskan kondisi keluarga mereka, tapi alasan spesifiknya harus perlu diselidiki lebih lanjut, begitu saja, besok kamu dan Manager Mario pergi ke sana untuk melakukan wawancara.”

Setelah mendengar perintah dari Weni, aku mengangguk: “Baik!”

“Ibu, waktu sudah begitu malam, kalau tidak kita pulang kerja saja!” Aku menatap Weni dengan ekspresi khawatir.

Weni mengulurkan tangan dan mengusap pelipisnya, wajahnya penuh dengan ekspresi lelah, pada akhirnya, dia menutup dokumen, kemudian menyerahkannya kepadaku: “Bawa pulang dulu.”

Setelah melihat beberapa dokumen di tangan, aku tahu bahwa dia pasti akan bergadang untuk melakukan beberapa pekerjaan ini.

“Besok baru kerjakan saja!” Aku sedikit kasihan padanya.

“Besok masih ada pekerjaan lain.”

Setelah berkata, dia minum kopi, kemudian menoleh dan manatapku dengan ekspresi yang rumit: “Aku berusia dua puluh satu tahun, setelah lulus dari universitas, aku sudah masuk ke perusahaan untuk membantu, saat aku seusia kamu, aku sudah menjabat sebagai manajer umum.”

Setelah mendengar perkataan Weni, wajahku sedikit merah.

Harus dikatakan bahwa perbedaan antara aku dan Weni benar-benar sedikit jauh.

“Kamu juga jangan kurang percaya diri, aku dididik oleh Kakekmu sejak aku masih kecil, sumber daya yang kita nikmati berbeda, dulu jika bukan kamu menjalani kehidupan luar, sekarang pasti akan lebih unggul.”

Setelah berkata sampai sini, wajah Weni terlintas penyesalan.

“Sudahlah, bawa beberapa dokumen ini pulang, kita akan pulang kerja dan kembali ke rumah.”

Setelah mendengar perkataannya, aku segera membantunya mengambil jas dan tas.

Langit di luar sudah gelap, aku dan Weni turun ke garasi bawah tanah, Weni baru saja menekan tombol membuka mobil.

Tiba-tiba melihat sosok yang gelap bergegas kemari.

Hatiku tiba-tiba menjadi tegang, aku langsung bertarung dengan orang itu dengan tangan yang cepat, aku bahkan bisa mencegatnya.

“Ibu, kamu masuk ke dalam mobil dulu.”

Aku bertarung dengan orang itu sambil memerintah kepada Weni.

Tapi tidak menyangka bahwa Weni baru saja masuk ke dalam mobil, sebuah mobil langsung melaju ke arah sini dan menabrak ke arahku.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu