Perjalanan Selingkuh - Bab 21 Hamil....

Bab 21 Hamil....


Tapi aku merasa seakan-akan tubuhku sedang direndam air dingin, dingin menusuk hingga ke dalam tulang.


Aku tidak tahu bagaimana orang dapat mentransfer uang ke dalam rekeningku tanpa sepengetahuanku, apalagi rekeningku yang itu adalah rekening yang jarang kupakai. Kalau David tidak campur tangan dalam masalah ini, aku benar-benar tidak percaya.


Pria yang hidup bersama ku selama 7 tahun itu, apakah benar-benar sekejam ini?


Kemarin malam, kata-kata David masih sangat terdengar jelas di telinga, Dia mengatakan, seburuk-buruk dirinya, tidak akan membuat istrinya sendiri masuk ke dalam penjara, akan tetapi saat ini, aku benar-benar tidak tahu harus percaya padanya atau tidak.


Steven pergi keluar membeli pangsit dan susu kacang, sebenarnya aku tidak ada nafsu makan, ingin makan, tetapi perutku terasa mual.


"Aku tahu kesulitanmu, tapi kesehatan adalah yang terpenting, kamu harus menjaga kesehatan, baru ada tenaga untuk berjuang."


Steven berbisik membujukku, aku mengangguk, aku memakannya sambil meneteskan air mata.


Setelah aku selesai makan, Steven bernafas lega:"Aku akan mengantarmu ke hotel dulu, sebentar lagi aku akan ada rapat, banyak urusan yang perlu ku selesaikan."


Aku mengangguk-angguk, aku tahu, Steven semalaman dalam perjalanan pulang di pesawat, Ia terlihat belum mandi dan merapikan diri, perlakuannya ini benar-benar membuatku terharu.


Sesampainya di hotel, layaknya ingin pergi berperang, Steven dengan terburu-buru merapikan keperluannya, lalu pergi keluar. Selain kantung matanya, juga terlihat semangatnya yang tinggi.

Sebelum pergi Ia berpesan:"Kamu istirahat baik-baik di sini, aku akan pergi rapat." Steven mengatakannya sambil membalikkan badan dan pergi.


Setelah Ia pergi, aku masuk kamar mandi untuk membersihkan tubuhku, setelah mandi aku juga mencuci pakaianku dan mengeringkannya, lalu aku mengenakan mantel mandi dan tertidur.


Sore hari, aku menerima telepon dari Steven.


Aku menerima telepon dari telepon kamar, terdengar suara Steven yang sedikit tidak enak denganku:"Direktur meminta kamu untuk mengundurkan diri terlebih dahulu."


"Aku tahu, sebenarnya begini....juga bagus."


Aku mengangguk sambil menutup mic pada telepon dengan tanganku, menghindari Steven mendengar suaraku yang tersengguk-sengguk.


"Aku akan pergi ke kantor mengurusnya."


Tanpa perlu Steven mengatakannya, akupun dapat menebaknya, kalau Steven sudah memikirkan cara yang terbaik membantuku. Pelanggan-pelanggan yang tertipu itu pasti sangat senang dan tenang, sedangkan aku, tidak peduli aku dipermainkan atau tidak, pada akhirnya tetap saja data perusaan adalah aku yang membongkarnya, aku tidak dapat menolaknya.


Saat aku pergi mengurus pengunduran diriku, dalam perjalanan, rekan kerja semuanya menatapku dengan tatapan muak dan hina.


Saat aku keluar dari kantor manager, tidak tahu siapa yang memulainya mengambil sebuah apel yang sudah dimakan dan melemparkannya ke arah ku. Aku bagaikan telah membuka kunci kemarahan orang-orang, tidak tahu berapa banyak barang yang dilempar padaku.


Ada kotak yoghurt, kulit buah, botol minuman,....

"Linda, silahkan keluar---"


"Linda, kamu orang rendah yang telah menjual data perusahaan---" makian diikuti berbagai macam sampah dilempar padaku.


Kemarahan, keluhan, sakit hati, dalam waktu singkat semuanya memasuki hatiku, aku sangat ingin menjelaskan kepada mereka, ingin mengatakan kalau aku bukan orang yang suka membongkar rahasia, tapi siapa yang akan percaya?


Aku tetap bertahan, selangkah demi selangkah berjalan keluar dari kantor, kondisi sulit ini membuat semua orang memperhatikanku.


Dan aku dengan memegang sebuah box, berdiri di tepi jalan tempat penyebrangan jalan menunggu lampu merah, melihat mobil-mobil yang berlalu-lalang, perlahan-lahan apa yang kulihat menjadi sebuah bayangan...


Aku berada di rumah sakit saat aku sadarkan diri, dengan botol infus yang terhubung pada pergelangan tanganku. Suster melihatku sadarkan diri, dengan sedikit menyalahkanku:"Kamu sekarang sedang hamil, kamu harus menjaga kesehatan untuk bayimu, bagaimana bisa kamu kekurangan nutrisi seperti ini?"


Hamil?


Kata-kata ini bagaikan petir di langit yang cerah, membuatku sangat terkejut.


Anak ini, kemungkinan besar adalah anak dari Steven, kalau kami adalah kekasih yang normal, mengandung anaknya pasti membuatku sangat senang, akan tetapi kami bukan. Walaupun aku ada sedikit perasaan pada Steven, tapi aku pun sangat mengerti jelas, hubungan kami hanya sampai batas ini saja. Sedangkan Steven, setiap kali selalu mengingatkanku mengenai obat kontrasepsi, aku sangat takut membayangkan kalau aku sedang hamil.


Dalam hatiku hanya berpikir mungkin setelah mengetahui aku hamil, Steven akan membenciku, mengira aku ingin menggunakan anak untuk mendapatkannya. Aku melupakan David.


Karena aku sedang hamil, aku tidak berani kembali ke hotel menunggu Steven, aku langsung bergegas membawa barag-barangku pulang.


Sesampainya di rumah, ibu mertua sedang di rumah, Ia tidak melihatku sama sekali saat aku sampai di rumah.


Aku sangat lelah, tidak menyapanya, langsung meletakan tas gendongku dan langsung masuk ke dalam kamar.


Di dalam kamar, aku menyalakan TV, melihat berita. Begitu aku menyalakan TV, terlihat wajah Steven di sana.


Sekelompok wartawan mengelilinginya, dengan berapi-api mendesaknya menanyakan pertanyaan satu ke pertanyaan lainnya.


Aku tidak tahu, ternyata masalah ini masuk berita di TV.


"permisi Pak Steven, setelah kejadian ini terjadi, pelanggan-pelanggan terhadap perusahaan bapak menjadi tidak percaya, mengira perusahaan terhadap data pelanggan dapat dengan mudah disebar luaskan. Mengenai masalah ini, pertanggung jawaban Perusahaan Shengshi...."


"Melalui inverstigasi, sekarang kepercayaan pelanggan terhadap Perusahaan Shengshi sudah sangat menurun, bagaimana pendapat bapak..."

"Pak Steven, anda terhadap pelanggan-pelanggan yang tertipu tersebut, apakah memberikan ganti rugi...."

"Dengar-dengar pegawai yang sudah membongkar data pelanggan sudah dibebaskan dari penjara, apakah perusahaan Shengshi yang telah melindunginya..."


Seorang demi seorang wartawan bertubi-terbi mengajukan pertanyaan untuk dijawab.


Aku baru mengetahui, demi melindungiku, Steven memiliki banyak sekali tekanan.


Aku sambil menonton, sambil tidak hentinya mengeluarkan air mata, seakan-akan aku mengeluarkan air mataku hingga habis kering.


Di luar ibu mertuaku mengetok pintu, akan tetapi di mata dan telingaku adalah suara Steven, otakku dipenuhi dengan Steven.


Dia sangat baik padaku, sangat baik, tetapi kalau Ia tahu aku hamil, apakah Ia akan tetap sebaik ini padaku?


Aku menanyakan pertanyaan ini di internet, dan setelah mendapatkan jawabannya, aku sangat sedih.


Sebagia besar orang menyarankanku melakukan aborsi, dan mengatakan kalau kekasihku tidak akan ingin bertanggung jawab, jelas-jelas kalau kekasihku tidak ingin melakukan hubungan yang serius denganku.


Kata-kata ini, benar-benar menusuk hatiku.


Tetapi di sisi lain, aku terus memberitahu diriku sendiri, tidak mungkin, Steven tidak mungkin seperti itu, dia sangat baik padaku...


Aku tidak tahu menangis berapa lama, aku tidur melekuk di atas kasur, perlahan-lahan waktu pun berlalu.


Ibu mertua mengetuk pintuku lagi:"Cepat keluar, David sudah kembali, kita akan makan malam."


Suara ibu mertuaku terdengar sedang bahagia, mungkin suasana hatinya sedang baik. Aku tidak ada keinginan untuk memperhatikannya, tetapi aku teringat kata-kata Steven, hanya dengan makan kenyang, menjaga kesehatan tubuh, baru dapat berjuang.


Terlebih kata-kata dokter masih terdengar jelas di telingaku, kalau sekarang nutrisi tubuhku tidak begitu baik, kalau tidak menjaganya dengan baik, bayi yang ada di kandunganku akan tidak sehat.


Aku berjalan menuju meja makan.


Ibu mertuaku menatapku dengan tatapan bahagia, pertama, Ia menunjukkan wajah yang baik padaku, dan menyuruh David serta ayah mertuaku duduk.


"Hari ini, aku aka mengumumkan hal istimewa." wajahnya tersenyum lebar bagaikan bunga yang mekar.


Ayah mertua dan David bersemangat mendengarkannya, sedangkan aku sedikitpun tidak tertarik.


"Linda, sudah hamil..."


Begitu mendengarnya, aku terkejut, sumpit yang berada di tanganku terlepas jatuh ke atas meja.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu