Perjalanan Selingkuh - Bab 178 Apakah Aku Melakukan Kesalahan?

"Jika aku tidak mengambil resiko, maka aku tidak akan mendapatkan apa yang aku inginkan. Semakin dia begitu, maka semakin dia akan menunjukkan kelemahannya."

“Aku sudah pernah berkata bahwa aku tidak mengizinkanmu terlibat dalam bahaya apapun, meskipun itu hanya sedikit berbahaya.” Steven menatapku dan berkata dengan serius.

Aku memandang wajah Steven yang khawatir, tiba-tiba tertawa dan berkata, "Kamu dapat yakin! Tempat yang paling berbahaya adalah tempat yang paling aman, coba kamu pikirkan, jika aku tinggal di rumah Keluarga Demina dan terjadi sesuatu, maka Siro susah untuk melarikan diri. Selain itu, aku juga tidak akan diam-daim kembali ke rumah Keluarga Demina, aku akan membiarkan Siro mengadakan konferensi pers untuk mengakui identitasku. "

"Jika mengakui identitasmu, bagaimana dengan Sunni nanti?"

"Serahkan pertanyaan ini pada Siro, bukankah dia pintar mencari alasan? Terserah dia mau mencari alasan apapun."

Aku menanggapi dengan acuh tak acuh.

Steven tertawa setelah mendengar jawabanku: "Aku tidak menyangka Lulu untuk menghubungkan Sunni ke Maro yang sudah meninggal, dia benar-benar membully orang mati tidak bisa berbicara, tapi aku rasa alasan ini lumayan bagus, dan aku tebak Siro akan menggunakan metode ini juga. "

"Biarkan dia bangga beberapa hari lagi, setelah semuanya sudah tenang, aku baru mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya, nanti semua orang akan lebih membencinya, dan pada saat itu, apapun yang dia dan Lulu katakan, tidak akan ada yang mempercayainya lagi."

Kekerasan dunia maya sekarang sangat parah, jika aku tidak mempersiapkan sepenuhnya, aku juga akan diserang, meskipun akulah yang mengungkapkan semua jenis berita sengit tentang Siro. Bagaimanapun, aku adalah putri Siro dan di dunia ini ada tradisi beribu-ribu tahun di mana keburukan keluarga jangan diungkapkan keluar, nantinya akan ada orang-orang menuduhku dan menyalahkanku. Ditambah lagi, jika Siro diam-diam merekrut sekelompok netizen untuk menyerangku, maka situasiku mungkin akan menjadi semakin sulit.

“Kamu tidak perlu khawatir, kamu dapat melakukan apapun yang kamu inginkan, dan aku akan membantumu menindaklanjutinya.” Steven berkata kepadaku.

Perkataannya membuat hatiku terasa hangat, perasaan ada seseorang yang bisa diandalkan lumayan bagus, setidaknya aku bukan berjuang sendirian, dan juga mengakhiri kesepian dan ketakutanku sebelumnya di mana tidak ada orang yang bisa membantuku.

Tidak lama kemudian, mobil tiba di luar villa Fuji.

Ketika aku datang ke sini kali ini, Sisi dan Fuji tidak ada di rumah, untungnya, pembantu rumahnya kenal aku dan Steven.

"Kalian datang untuk melihat Nyonya ya?"

Aku mengangguk dan bertanya, "Apakah ibuku baik-baik saja?"

"Jauh lebih baik daripada sebelumnya, dia sudah tidak gila lagi sekarang, tapi dia sekarang mulai merajut sweater dan mengatakan bahwa ketika kamu masih kecil, kamu selalu iri pada ibu orang lain yang merajut topi untuk anaknya, jadi dia ingin belajar merajut baju untukmu."

Ketika berbicara sampai sini, pembantu tersebut menghela nafas, dia berkata nasib mempermainkan orang, dan tidak mudah untuk menjadi seorang ibu, serta diam-diam membujukku untuk tidak menyalahkan ibuku sendiri lagi.

Dan kejutan di dalam hatiku masih belum hilang, aku tidak menyangka bahwa apa yang aku sembarang katakan ketika aku masih kecil, Weni masih mengingatnya.

Pada saat itu, hatiku masam dan tidak nyaman, aku memegang tangan Steven dan bertanya kepadanya, "Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?"

Steven berhenti, lalu menatapku dan menggelengkan kepalanya, dia mengulurkan tangannya dan menyentuh pipiku, lalu berkata dengan lembut, "Tidak, kamu tidak salah."

"Benarkah?"

"Benar, yang salah adalah mereka yang menipumu, semua ini tidak seharusnya terjadi, kamu jangan menyalahkan dirimu sendiri dan juga jangan menyalahkan Bibi Weni, karena kedua hal ini akan membuatmu tidak nyaman. "

Setelah mendengar perkataan Steven, hatiku perlahan menjadi tenang.

Setelah aku bersama Steven memasuki villa, aku melihat Weni duduk di balkon, dia sedang merajut sweater, sweater berwarna putih, dan seutas benang masih diletakkan di lantai kayu.

Dia sangat fokus, kecepatannya tidak cepat, tetapi dia memberi orang perasaan anggun dan tenang, sinar matahari berwarna emas menabur padanya melalui jendela dan terlihat sangat hangat.

Ini adalah pertama kali aku melihatnya mengenakan pakaian rumah dan merajut sweater dengan lemah lembut, pada saat ini, dia bukan lagi wanita kuat di dunia bisnis dan lebih seperti seorang ibu.

Aku menghentikan gerakan Steven, melepaskan tangannya, dan perlahan berjalan ke arahnya.

Setelah aku tiba di depannya, aku berjongkok dan menatapnya, lalu dengan pelan memanggilnya, "Ibu."

Dia meletakkan sweaternya, matanya perlahan fokus pada wajahku, kemudian dia tersenyum dan menatapku dengan lembut: "Safira, kamu sudah pulang ya."

Aku mengangguk, "Ya, aku sudah pulang."

“Coba kamu lihat, ini adalah sweater yang ibu merajut untukmu, apakah kamu menyukainya?” Dia mengambil sweater di tangannya dan menunjukkannya padaku.

Ukuran sweater itu jelas untuk anak-anak berusia belasan tahun, aku sekarang pasti tidak bisa memakainya, tapi aku masih mengangguk sambil tersenyum: "Indah sekali, aku sangat menyukainya."

“Kalau begitu aku harus cepat merajutnya, dan membiarkanmu memakainya ke sekolah besok.” Dia tersenyum dengan gembira, seperti seorang anak yang sedang memamerkan bahwa dia mendapatkan nilai seratus.

“Ibu tidak perlu buru-buru, ibu perlahan merajut saja, aku dua hari kemudian baru masuk sekolah!” Aku membujuknya dengan lembut.

"Bagaimana mungkin aku tidak buru-buru! Cuaca sekarang sudah dingin dan sudah saatnya memakai sweater."

"Kakek telah meminta pembantu rumah tangga untuk membeli banyak pakaian baru, dan benar-benar tidak buru-buru untuk memakai sweater ini."

Percakapan dengannya sepertinya mengingatkanku kejadian masa lalu, kejadian yang begitu lama sehingga aku kira aku sudah lupa, tetapi aku menemukan bahwa sekarang, ketika aku memikirkannya, hal-hal tesebut masih seperti baru terjadi.

"Bu."

Aku merasa tenggorokanku tersedak, lalu aku langsung duduk berlutut di lantai dan meletakkan kepalaku di lututnya.

Walaupun dia sangat sibuk pada waktu itu, tetapi karena aku adalah satu-satunya anaknya, bagaimana mungkin dia tidak mencintaiku, tetapi karena beban keluarga Demina terlalu berat, pada saat itu, nenek meninggal, dan kesehatan kakek tidak terlalu baik, jadi kakek harus pensiun lebih awal, sehingga, semua urusan perusahaan dibebankan kepadanya yang masih muda.

Aku ingat ketika aku berumur 7 tahun, dia dengan perut yang besar dan berkata bahwa dia ingin melahirkan seorang adik laki-laki untukku, sehingga ketika aku besar nanti, aku tidak perlu sibuk seperti dia, dia mengatakan bahwa beban perusahaan itu terlalu memberatkan, dan aku hanya perlu mengambil saham dan menerima dividen setiap tahun saja.

Meskipun aku tidak memahaminya pada waktu itu, tetapi kelembutannya ketika dia berbicara membuatku ingat sampai sekarang.

Tetapi semua hal baik berakhir mendadak pada tahun kematian adikku.

Pada saat itu, kesunyiannya sangat mengerikan, terkadang tatapan dia menatapku membuatku merasa takut, sejak kapan aku tidak lagi sedekat itu dengannya?

Aku ingat bahwa pada waktu itu, Lulu menjaganya di rumah, dan sering bermain denganku, kemudian dia sering mencuci otakku dan membuatku berpikir bahwa di dalam hati ibu hanya ada pekerjaan dan adikku yang telah meninggal tersebut, aku berpikir bahwa ibu tidak mencintaiku. .

Ketika memikirkan hal ini, aku sangat membenci Lulu.

Aku juga ingat bahwa ketika aku jatuh ke dalam air pada umur 10 tahun, hari itu adalah hari ulang tahunku, sebenarnya ibu sangat sibuk dengan pekerjaannya dan tidak ingin pergi ke sana, tetapi karena aku teradu domba oleh Lulu, dan aku memaksanya untuk menemaniku merayakan ulang tahunku.

Adegan-adegan masa lalu perlahan-lahan terlintas di benakku.

Aku terkejut, mungkin, kami semua salah.

Kami lebih mempercayai orang luar daripada saling mempercayai, sehingga kami teradu domba dan digunakan oleh orang lain.

“Safira, jangan menangis, apakah kamu dibully di sekolah?” Dia memegang wajahku dan dengan lembut menghapus air mata di wajahku.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu