Perjalanan Selingkuh - Bab 110 Sikap Steven yang Aneh (1)

Aku tidak menyangka dia akan begitu terus terang, hatiku panik, ketika dia mengulurkan tangannya, aku langsung menundukkan kepala dan menggigit tangannya.

Tangan Steven berhenti di dadaku, gigitan ini karena terlalu tiba-tiba, tenaga yang aku gunakan pun kuat dan lidahku merasakan bau darah.

Steven sedikit mengerutkan alisnya, aku baru melepaskan tangannya, melihat wajahnya yang suram, aku melangkah mundur dan menatapnya dengan waspada: "Kamu ini namanya pemerkosaan, belum lagi, kita juga tidak memiliki hubungan apapun. "

Steven menatapku, dan tatapannya jatuh di dadaku.

Segera setelah aku menundukkan kepala, aku menemukan bahwa Giok Keselamatan di leherku terlihat. Giok Keselamatan yang berwarna hijau sangat mencolok pada kemeja putih, sudah terlambat bagiku untuk menutupinya.

Setelah aku bereaksi, aku memegang Giok Keselamatan di tangan dan dengan cepat berkata: "Ini Fuji yang memberikan padaku, aku tidak menginginkannya."

Steven mengerutkan alisnya dan bahkan tidak melihat bekas giginya di tangannya. Dia mengulurkan tangan kepadaku lagi.

"Kamu -"

Ketika aku mengucapkan sepatah kata, aku dihentikan oleh Steven: "Jangan bergerak—"

Matanya sangat serius, nadanya juga sangat serius, dan aku secara tidak sadar ditakuti dengan sikapnya.

Hanya dalam waktu sebentar, Steven membuka pakaianku.

Aku kedinginan dan melihat ke bawah. Kancing baju terlepas dan terlihat pakaian dalam yang berwarna merah muda.

“Apa yang kamu lakukan?” Aku memegang tanganku dan melangkah mundur. Betisku kena di tepi tempat tidur, dan kemudian di bawah wajah Steven yang makin mendekat, aku jatuh ke tempat tidur.

Aku menarik napas, menutup mataku dan berteriak langsung: "Steven, jika kamu berani melakukannya, aku tidak akan melepaskanmu."

Baru saja selesai aku mengatakan, aku melihat jari Steven melewati pakaian dalamku, berhenti di posisi atas pinggang samping, dan menyentuhnya dengan tangan.

Suara rendah dengan magnetiknya bertanya kepadaku, "Bagaimana kamu memiliki tato?"

"Sebelumnya ada bekas luka, agar terlihat bagus, aku tato." Ketika aku menikah dengan David, aku mentato atas permintaannya. Warnanya sangat ringan dan sangat mendekati warna kulit. Jika kamu tidak melihat dengan cermat, maka sangat mudah untuk diabaikan.

Aku dulunya ada bekas luka seukuran koin. Aku ingat orang tuaku mengatakan bahwa itu secara tidak sengaja terbakar oleh besi panas di rumah kampung.

“Bekas luka?” Steven melihatnya dengan hati-hati, dan nadanya bercampur dengan kekecewaan.

“Ini yang kamu mau lihat?” Aku memandangnya dengan aneh.

Aku awalnya berpikir bahwa Steven ingin ...

"Tidak apa-apa, kamu mengenakan pakaianmu dulu!"

Steven melemparkan pakaian itu kepadaku, aku mengambil bajuku dan baru saja meletakkannya di tubuhku, pintu kamar terbuka.

Aku sangat takut sehingga aku dengan cepat mengambil selimut yang tipis menutupi badanku dan kepalaku juga ditutupi selimut.

Aku bukan pemalu, tetapi pada saat ini, tidak peduli siapa pun, juga tidak ingin dilihat oleh orang-orang bahwa diriku tidak berpakaian dengan benar!

Kemudian, aku mendengar seseorang menginjak sepatu hak tinggi, dan dengan cepat masuk. Suara marah Sunni terdengar: "Aku mau melihat rubah mana yang berani menggoda priaku?"

Aku tidak menyangka orang yang datang adalah Sunni, teringat bahwa Sunni membunuh anakku yang di perut, tanganku memegang selimut dengan erat, dan hatiku membencinya.

Kemudian ketika Sunni mengulurkan tangan dan menarik selimutku, aku menoleh langsung dan menatapnya.

Setelah Sunni melihatku, dia terkejut dan mundur beberapa langkah. Kemudian, dia bereaksi, dia mengangkat tangannya dan ingin memukulku: "Linda - kamu tidak tahu malu -"