Perjalanan Selingkuh - Bab 130 Pelakunya Harus Tertangkap (1)

Setibanya aku rumah sakit, terlihat ibuku yang sedang merawat ayahku, terlihat ibuku yang sedang berbicara kecil, lalu ketika melihatku masuk ke dalam ruangan, ibuku langsung terdiam.

“Ma, papa sudah baikan?” Aku meletakkan sup ayam yang sudah ku bawa di atas meja sambil bertanya.

“Masih seperti sebelumnya.”

“Ma, mama istirahat saja dulu, biar aku yang merawat papa.”

Ibuku sudah merawat ayahku begini lama, pasti lelah, sambil mengatakannya, aku sambil membuka rantang yang berisi sup ayam dan menuangkan dua mangkuk sup ayam.

1 untuk aku dan 1 mangkuk lainnya untuk ayahku.

“Aku bantu kalian carikan suster ya.” Tiba-tiba Jason membuka suaranya.

Ini adalah ide yang sangat bagus, ayahku saat ini sedang terbaring di atas tempat tidur tidak dapat bergerak, kalau aku yang mengurusnya ayah pasti merasa tidak bebas, sebaliknya kalau membiarkan ibuku yang mengurus, ibuku akan sangat kelelahan.

“Hm, kalau begitu kamu bantu aku untuk cari ya, disarankan yang lincah dan teliti, lebih baik lagi kalau yang berpengalaman.” Aku berkata kepada Jason sambil tersenyum.

“Sekarang aku dan papamu sudah pensiun, denda yang kemarin itu pun sudah menghabiskan tabungan kami hingga ludes, uang dari mana lagi untuk membayar suster.” Wajah ibu mulai berubah, sambil menunduk mengatakannya.

“Tidak apa-apa, ma, pa, uang ini biar aku yang urus.” Aku belum sempat berkata, Jason sudah merebut kesempatan berbicaraku.

Ibuku mendengar perkataan Jason, langsung menatap Jason, dan ekspresi wajah ibuku pun langsung membaik.

Sebenarnya, aku tidak ingin menggunakan uang Jason, tetapi apa boleh buat, aku pun tidak punya uang, aku hanya berharap agar segera mendapatkan pekerjaan, dan akan segera mengembalikan uang Jason.

Aku teringat tujuan ku datang ke rumah sakit, karena kemarin aku tidak menanyakan kondisi penyakit ayahku dengan teliti, sekarang aku ingin menanyakannya kepada ayahku: “pa, papa kenapa bisa sampai separah ini?”

“Saat menyebrang jalan, tidak hati-hati tertabrak mobil.” Ayahku menjelaskannya.

“Ditabrak mobil? Yang menabraknya?” Hatiku tiba-tiba berdetak kencang.

Aku tidak tahu apakah karena masalahku belakangan ini yang terlalu banyak, aku terlalu ketakutan dan berpikiran negatif, aku selalu membayangkan masalah yang terjadi telah direncanakan buruk oleh orang lain.

“Kabur, tapi kami sudah lapor polisi, kamu tenang saja!” Ibuku berkata menenangkanku.

“Masalah ini tidak dapat begini saja, juga harus di cek dengan jelas.”

Aku sekarang sangat sensitif dengan keluarga Demina, masalah ini pun, aku berpikir ada kemungkinan kalau ini dilakukan oleh keluarga Demina.

Bagaimanapun juga aku sekarang sudah sampai pada tahap sangat membenci Sunni.

Lagipula bukannya keluarga Steven sudah berjanji untuk membantuku menjaga ayah dan ibu ku? Bagaimana mereka menjaganya?

Begitu memikirkan hal ini aku serasa ingin marah.

Selagi aku tidak sibuk, aku keluar dari kamar pasien dan menelepon Steven.

“Kamu....bisa tolong bantu aku mengecek dan meneliti lebih lanjut masalah kecelakaan ayahku?” Aku ragu-ragu beberapa detik lalu memutuskan kalau aku tetap harus bergantung dengan Steven untuk masalah ini.

Jelas-jelas aku memiliki Jason, dia juga bisa membantuku, tetapi aku tetap saja ingin meminta bantuan Steven. Mengenai Jason, setiap kali aku meminta bantuannya, aku merasa seperti berhutang kepadanya, dan aku tidak ingin memiliki hutang yang semakin lama semakin banyak padanya.

Membicarakan ini, rasanya seperti memang ada jarak dengannya, sedangkan Steven dalam hatiku sudah menjadi sandaran ku selama ini.

“Kamu curiga ada orang yang sengaja melakukan ini pada ayahmu?”

Aku mengangguk, dan mengiyakannya dalam pembicaraan telepon itu.

“Pelakunya harus tertangkap.”