Perjalanan Selingkuh - Bab 83 Lihat Saja Nanti

“Pelaku yang bebal seperti kamu ini, banyak kita temui, kamu tenang saja kami pasti bisa mendapatkan bukti.” Polisi wanita muda dengan wajah yang galak melihatku.

“Kalau begitu, kita lihat saja nanti, tapi semua harus berdasarkan bukti.” Kedua bahuku naik, dengan ekspresi yang dingin melihat ke arah polisi wanita yang dari awal sangat tidak suka melihatku.

“Kamu juga harus ada bukti bahwa tetua Demina yang memberikan ke kamu, kalau tidak, kamu masih tetap saja perlu diperiksa.”

Usai berbicara, setelah polisi wanita dengan sangar melototiku sejenak, berdiri mengikuti polisi pria membalikkan badan dan pergi.

Setelah polisi baru saja pergi, ayahku pun berdiri, dengan sangat ganas menamparku.

Tamparan ini dilepaskan dengan suara yang sangat nyaring, juga sangat keras, mukaku saat itu juga langsung bengkak, aku dengan sorotan mata yang tidak berani percaya memandangi ayahku.

Ayahku dengan amarah yang berkobar-kobar berkata padaku: “Aku tidak menyangka sekarang sudah belajar berbohong, sekarang masih menjerat diriku dan ibumu ditambah nama baik pun hancur.”

“Pa, barang ini memang benar diberikan oleh kakek keluarga Demina ke aku, adalagi, kalian sendiri secara sembunyi-sembunyi menjualnya ke toko perhiasan.” Aku dengan muka yang penuh kekecewaan melihatnya.

Aku di rumah seakan seperti sudah menggila mencari giok keselamatan itu, tapi ayah ibuku malah dengan dinginnya melihat, juga tidak memberitahuku, giok itu sudah dari awal sudah dijual oleh mereka.

Jujur, jika boleh dibilang, saat ini, aku benar-benar sangat kecewa.

“Apa salahnya mengambil dan menjual satu barangmu, kami juga yang membesarkanmu! Sudah besar seperti ini, anak keluarga lain mana ada yang tidak memberikan barang ke orang tua untuk berbakti, hanya kamu seorang anak perempuan yang egois dan mementingkan diri sendiri ini yang tidak perhatian terhadap aku dan ibumu.”

Ayahku melototiku dengan sangat marah, dengan gaya yang seakan tak bersalah dan penuh percaya diri.

Aku bukannya tidak pernah peduli, awalnya setelah menikah dengan David, aku saat hari raya, juga ada memberi hadiah yang tidak sedikit, mesti setiap kali ayah dan ibu tidak menyelamatiku, tapi yang seharusnya aku berikan ke mereka untuk berbakti tidak kurang sedikitpun.

Tapi aku tidak menyangka mereka sekarang bisa berkata seperti ini, sungguh membuat aku sangat terluka.

“Linda, kamu jangan melawan ayahmu lagi, kamu lihat kalau keluarga Demina mengusut ini, kamu dan kami akan masuk ke penjara, sekarang yang terpenting kamu harus memikirkan cara.” Ibu dengan wajah yang cemas melihatku.

Dari aku mencari kerja, sampai aku pulang kembali ke rumah, aku merasa keluarga Demina sangat menguasai gerak-gerikku, kalau begitu artinya aku mungkin terus berada di bawah pengawasan keluarga Demina.

Terpikir akan point ini, sekujurku emosi sampai gemetar.

Aku sekarang sudah pergi dari Steven, juga tidak lagi menganggu kehidupan Steven dan Sunni, mengapa mereka masih tidak mau melepaskanku dan mengenggamku dengan erat?

Terpikir akan hal ini, hatiku menjadi sakit sekali.

“Aku tidak mau tahu cara apa yang kamu gunakan, kamu harus selesaikan masalah ini, kalau tidak kamu sendiri yang harus bertanggung jawab.” Ayahku melihatku dengan dinginnya berkata.

Ibuku juga menghelakan nafas melihatku.

Tidak peduli benar atau tidak ayah ibuku diam-diam menjual barang milikku, aku tidak boleh membiarkan mereka masuk penjara karena dendam antara diriku dan keluarga Demina.

“Ma, aku kembali ke Shanghai dulu, kalian tenang lah, aku pasti memikirkan cara untuk menyelesaikannya.”

Usai mengatakan, baju pun aku tidak ambil langsung keluar pintu.

Tidak disangka, perjanjian yang paling kuanggap tidak berguna dengan keluarga Steven setidaknya mungkin bisa digunakan.

Aku dalam satu malam langsung kembali ke Shanghai, belum sempat pulang ke rumah, langsung saja pergi ke perusahaan Steven.

“Aku mau bertemu dengan Steven.” Aku berdiri berkata ke resepsionis.

“Kamu kira Presdir Steven itu kamu mau ketemu langsung bisa ketemu? Kalau semua sama seperti kamu ini, Presdir Steven bisa tidak habis-habis kerjaannya!” salah satu petugas resepsionis mengejek melihatku.

Aku masih ingat gadis ini, dulu waktu aku masih bersama dengan Steven, setiap kali saat aku masuk ke kantor, gadis itu sangat menghormatiku.

Tidak disangka sekarang seakan seperti secangkir teh, menjadi dingin ketika orang pergi, sampai-sampai gadis ini saja mulai berkata dengan nada mengejek.

“Kamu bisa menelepon Presdir Steven, bilang Linda datang mencarinya untuk menukar sebuah janji.” Aku dengan dingin melihat gadis itu.

Gadis itu mencibir-cibir mulut tidak puas tapi juga tidak berani membuka mulut lagi, matanya melirik ke atas, pura-pura tidak terdengar.

“Kalau kamu tidak telepon, aku yang telepon.”

Saat itu aku langsung merampas telepon di resepsionis.

“Kamu ini kok seperti ini? Kamu kalau seperti ini aku bisa dihukum.” Petugas resepsionis menghembus nafas melihatku, sambil merambas kembali telepon dari tanganku.

Aku ingin nomor telepon ruang kerja Steven, langsung menelepon ke sana.

Tidak berapa saat, di sisi sana pun menerima telepon: “Resepsionis kenapa langsung ke sini?”

“Aku adalah Linda.” Aku langsung membuka mulut berkata.

Aku terdengar di sisi telepon sebelah sana suara nafas Steven membeku, setelah beberapa saat kemudian bertanya padaku: “Kamu ada apa?”

“Aku datang untuk menukar janji keluargamu kepadaku.” Aku yang gugup mengenggam erat-erat gagang telepon, aku sekarang sudah tidak ada jalan lain, hanya bisa bergantung pada keluarga Steven untuk menyelesaikan masalah ini, tapi dalam hatiku juga tidak yakin.

“Baik kalau begitu, kamu naik!”

Steven dengan nada suara berat berkata.

Aku menutup telepon, dengan dingin melihat sejenak karyawan wanita yang bertugas di resepsionis: “Presdir Steven mau menemuiku.”

Usai mengatakan, aku tidak peduli gadis itu terbengong membentuk huruf O sampai sebutir telur pun bisa dimasukkan, langsung saja berjalan pergi ke arah elevator.

Aku dengan terbiasa dan mudahnya datang ke tempat ruang kerja Steven, setelah orang-orang di sekeliling melihatku, sorotan mata pun satu per satu melihat ke arah sini.

Aku mengetuk pintu masuk ke dalam, di dalam ruang kerja hanya ada Steven seorang, setelah tidak melihat Sunni, hatiku baru lah merasa lega seketika.

Steven menutup pena yang ada di tangannya dengan tutup pena, bertanya kepadaku: “Kamu butuh keluargaku melakukan apa?”

“Bantu aku selesaikan masalah giok keselamatan.”

Aku langsung membuka mulut berkata.

Baru saja berkata, aku melihat alis mata Steven mengerut.

Hal ini sepertinya lebih kacau dibanding yang aku pikirkan.

Steven mengambil handphone keluar, di hadapanku menelepon satu nomor, di sisi sana tidak tahu mengatakan apa dengan pria itu.

Pria itu meletakkan telepon, dengan wajah penuh memohon maaf melihatku: “Hal ini keluargaku tidak bisa menyelesaikannya.”

Aku tidak menyangka bisa berakhir seperti ini, tidak berani percaya melihat pria itu: “Bagaimana mungkin?”

“Sepasang giok keselamatan milik keluarga Demina semua adalah warisan peninggalan leluhur ribuan tahun lalu, selalu dianggap menjadi harta warisan berharga keluarga Demina, dulunya hanya ditinggalkan untuk anggota keluarga Demina, tapi 16 tahun lalu, setelah giok keselamatan yang dibawa oleh Safira hilang, baru lah makna giok ini sebagai tanda status dihilangkan, tapi walaupun seperti ini, makna barang ini terhadap keluarga Demina juga tidak biasa.”

Mendengar perkataan Steven ini, seluruh tubuhku menjadi kacau!

Kalau memang barang yang begitu penting, mengapa tetua keluarga Demina memberikannya padaku?

Kalau tahu dari awal barang ini begitu penting, bisa dibilang seperti bom waktu, aku mati pun tidak mau menerimanya.

Dan sekarang ini, seharusnya ada 100 mulut pun tidak bisa menjelaskannya, siapa yang percaya tetua Demina bisa memberikan barang yang begitu penting ke diriku!

“Barang ini benar-benar diberikan oleh Kakek keluarga Demina ke diriku.” Aku berkata melihat Steven.

Steven melihatku, dengan suara berat berkata: “Sekarang ini Kakek keluarga Demina sudah sakit kritis, sampai saat ini masih terbaring di dalam rumah sakit koma tidak sadarkan diri, tidak ada orang yang bisa membantumu membuktikannya, dan hal ini adalah urusan keluarga Demina, keluargaku tidak bisa ikut campur.”

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu