Perjalanan Selingkuh - Bab 126 Terjadi Masalah (1)

Dari balik tubuh Steven yang gagah, aku melihat ekspresi cemburu Sunni, bahkan tatapan matanya penuh kebencian dan tidak berhenti memelototiku, seperti ingin memakanku, sudah jelas, ia pasti mendengar perkataan Steven tadi.

Aku merangkul leher Steven seperti sedang memeluknya, Steven memeluk pinggangku dengan natural, tidak menyadari Sunni yang ada di belakangnya.

Tanpa suara, aku menaikkan alisku padanya, tertawa renyah, ia semakin geram, tatapan matanya mematikan, terakhir membuatku terkejut dengan tawa dinginnya, lalu membalikkan tubuh. Tidak disangka ia begitu bisa menahan, kukira ia akan mendatangiku dan merobek diriku,

"Ayo! Ku antar kamu pulang." Steven melepaskan pelukkannya dan menggandeng tanganku berjalan keluar.

Bermesra-mesraan dengan Steven selama beberapa hari, aku hampir lupa tentang hari pernikahannya dengan Sunni, ia jarang ada bersamaku di pagi hari, aku tahu kemana ia pergi, tapi tidak bisa menghalanginya, melihat hari pernikahannya semakin dekat, aku tidak bisa berbuat apa-apa, perasaanku juga mulai terusik.

Sebenarnya harus bagaimana supaya bisa menghentikan pernikahan mereka?

Tiba-tiba, telepon genggam di kantongku berbunyi, menghentikan khayalanku, aku mengeluarkannya, ternyata Ibu menghubungiku.

Sejak perpisahan yang tidak mengenakan itu, Ibu tidak pernah menghubungi aku lagi, meski hatiku terluka dan aku tidak bisa memaafkan mereka, hanya bisa membiarkan mereka menghabiskan masa tuanya di Kota Langfang, ada keluarga yang menjaganya, aku sangat tenang. Ibu tidak mungkin tiba-tiba meneleponku di siang bolong.

Aku buru-buru mengangkat telepon: "Ma, kenapa!"

"Linda, kabar buruk, terjadi sesuatu...!" Suara Ibu di telepon terdengar panik dan sedih.

"Ma, apa yang terjadi? Bicaralah perlahan." Hatiku terjekut, apa yang terjadi?

"Itu adalah ... Ayahmu ... ia terluka dan dirawat di rumah sakit! Sangat parah ..." Suara Ibuku berubah menjadi tangisan, menunjukkan kepanikan dan kesedihannya.

Aku terdiam, hatiku tidak habis pikir. Ayahku terluka!!! Apa yang terjadi?” Sehari-hari pergerakkannya juga terbatas, bagaimana mungkin terluka, apalagi sangat parah ... semakin aku berpikir semakin panik diriku.

"Linda, Linda ..." Aku terkejut mendengar tangisan Ibuku, baru tersadar dan mengembalikan nalarku, "Ma, tenang dulu, aku akan segera pulang. Tidak mungkin terjadi apa-apa pada papa!"

Setelah mematikan telepon, aku segera berlari ke kamar, menyiapkan barang-barangku dengan buru-buru, menarik koper dan berjalan keluar.

Di jalan, aku masih tidak mengerti mengapa ini bisa terjadi. Ayahku biasanya selalu berhati-hati, juga tidak mungkin menyakiti orang lain, apalagi ia belum pernah terlibat kecelakaan, bagaimana mungkin tiba-tiba terluka parah? Belum lagi, bukankan keluarga Himura berjanji melindungi aku sekeluarga? Aku tidak mendapat jawaban, benarkah hanya suatu kebetulan?

Sesampainya di Jakarta, aku membawa koperku dan berdiri di luar, buru-buru melambaikan tanganku pada taksi kosong, ingin segera pergi ke rumah sakit.

Tiba-tiba terdengar suara orang sedang menggodaku, "Nona muda, terburu-buru seperti ini, ingin kemana." Suara ini terdengar akrab, aku menengadahkan kepalaku, ternyata Justin, bagaimana ia bisa disini, aku menahan kecurigaanku, mengalihkan pendanganku, Jason juga disini?!

Ia sedikit canggung kekita melihat raut wajahku. Betapa kebetulannya? Mengapa mereka berdua datang ke Jakarta, aku menatap Jason dan bertanya: "Bagaimana kamu bisa di sini?" tidak menggubris Justin yang tertawa dan menanggapi dengan tidak serius: "Tentunya karena ada urusan, sekarang kami akan kembali ke Shanghai, apakah Nona Muda ingin bergabung?"

Jason menyahut: "Linda, apakah terjadi sesuatu?" Raut wajahnya penuh dengan perhatian.