Perjalanan Selingkuh - Bab 82 Kedatangan Polisi

Aku menelpon untuk mengatur hal ini, Sisi terdiam sejenak: “Tujuanku membuka kantor pengacara memang untuk membantu kaum lemah, wanita yang mengalami KDRT, juga adalah lingkup yang aku bantu, kamu boleh memberiku nomer telepon wanita itu, asal dia mau, aku bisa membantunya.”

Mendengar perkataan Sisi, aku terbang berlari ke dokter menyampaikan hal ini.

Dokter melihatku tersenyum gembira: “Kamu boleh meninggalkan nomor telepon temanmu, aku bisa komunikasikan dengan wanita itu.”

Aku meninggalkan nomor telpon kantor pengacara Sisi ke dokter, kemudian dengan beraneka ragam terima kasih dari dokter, dengan cara yang sangat berbeda aku pergi dari rumah sakit.

Setelah kembali ke rumah, ayah ibuku tidak di rumah, mumpung ibuku tidak di rumah, aku menggunakan kesempatan baik untuk mencari lagi seputaran di dalam dan luar rumah, sayangnya masih tetap saja tidak ada bayangan giok keselamatan itu.

Saat sore hari, ayah ibuku dengan pulang dengan senang hati, senyuman di wajah ayahku yang jarang kali terlihat.

“Pa Ma, kenapa hari ini begitu senang?” Aku tidak bisa menahan diri bertanya ke mereka.

Ibuku tersenyum berkata: “Pagi ini pergi beli mobil sama Papamu, satu tipe mobil yang sudah lama ditaksir Papamu akhirnya sudah bisa didapat, tentu saja senang.”

Aku tidak terpikir hal seperti ini, juga buru-buru memberi ayahku selamat.

“Mobil ini berapaan?” Aku tidak bisa menahan diri bertanya.

“Ditambah biaya admin, total 200 jutaan, tapi setengah tahun lagi baru bisa dapat mobilnya.” Setelah usai berbicara, ibuku melihatku sejenak: “Tunggu Papamu sudah mendapatkan mobilnya, minta Papamu bawa kita sekeluarga bertamasya.”

Tentang ayahku menaksir satu tipe mobil, aku sudah tahu dari dulu, tapi aku anak perempuan yang tidak berbakti ini, berapa tahun ini juga tidak memberikan ayah ibuku banyak uang, juga tidak mampu membelikan mereka mobil itu.

Mungkin beberapa tahun ini, mengumpulkan tidak sedikit uang, makanya baru rela membelinya.

Dalam waktu beberapa hari, ayah ibuku sibuk mengurusi urusan mobil, dan aku berpikir tunggu mereka sudah selesai sibuknya, berencana mengatakan bahwa aku mau pulang kembali ke Shanghai.

Tapi yang tidak aku sangka, hari kedua, rumahku ternyata kedatangan polisi.

Melihat polisi datang, kami sekeluarga bengong, tetangga sekitar mengelilingi di depan pintu rumah menunjuk-nunjuk, raut muka ayah ibuku sangat suram sekali.

“Apa benar ini rumah Bapak Halim?”

“Benar, ada apa yah Pak datang kemari?”

Polisi mengeluarkan dokumen, kemudian dengan ekspresi wajah yang serius berkata: “5 hari yang lalu, kamu menjual sebuah giok keselamatan hijau bulat?”

Mendengar perkataan polisi, benakku berbunyi “ngiung”, aku menoleh, dengan muka terkejut melihat ke arah ayah ibuku.

Aku tidak menyangka, giok keselamatanku bukannya hilang tapi dijual oleh ayah ibuku.

Tidak sedikit orang di sekitar berbisik-bisik: “Pantas saja Halim beberapa waktu ini masih bisa pergi melihat mobil....”

“Itu adalah barang milik kami, apa ada masalah menjualnya?” Ayahku dengan alis berkerut bertanya ke polisi.

“Barang milik kalian?” Polisi tersenyum dingin berkata.

Kemudian mengeluarkan selembar foto, di atas itu benar adalah giok keselamatan itu: “ Ini adalah barang milik keluarga Demina, giok keselamatan ini diukir dengan menggunakan batu giok hijau kerajaan yang sangat bermutu, di atasnya terukir “Pasangan Cinta Paling Berharga” 4 kata, ini adalah warisan turun menurun keluarga Demina, orang-orang kalangan atas semua juga mengetahuinya, sejak kapan menjad barang keluargamu?”

“Tidak mungkin, barang ini dihadiahkan oleh anak perempuanku ke aku.” Ayahku tidak bisa menahan diri ketakutan sampai raut mukanya berubah sekali.

Ayah paling mementingkan nama baik, sekarang mau diberi predikat pencuri, pasti lah tidak bisa menerima.

“Anakku, kamu cepat beritahu polisi yang sejujurnya! Kamu bukannya bilang, ini diberikan oleh temanmu kan?” Ibuku mengoyang-goyangkan lenganku, membuatku sadar dari mimpi burukku tadi.

Aku melihat sejenak ke segerombolan orang yang melihat keramaian di depan sana, berkata ke polisi: “Pak polisi, kalian masuk dulu ke dalam, aku akan mengatakan dengan jelas ke kalian.”

Melihat sikapku yang baik polisi itu dengan muka yang berat menganggukkan kepala, kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, dan aku seterusnya pun menutup pintu, memutuskan sorotan mata yang penasaran dan menggosip di luar sana.

Ayahku dengan muka suram, muka ibuku juga memucat, mereka sudah menjadi guru separuh hidupnya, masih pertama kalinya mereka berurusan dengan polisi untuk masalah seperti ini.

Aku mengambilkan dua gelas air untuk kedua polisi dan menghidangkan ke depan mereka.

“Giok keselamatan ini diberikan ke aku oleh tetua keluarga Demina.” Aku tentu saja tidak bisa menutup-nutup di hadapan mereka.

Mendengar perkataanku ayah ibuku menyorotiku dengan mata tajam, ayahku dengan suara tajam bertanya kepadaku: “Kamu bukannya bilang teman yang memberimu, tidak berharga kan?”

“Aku takut hati kalian ada beban.” Aku berkata dengan wajah bersalah.

Sebenarnya aku ingin bertanya ke ayah ibuku, mengapa mau menutupi dariku menjual giok keselamatan, tapi sangat jelas ini bukan lah waktu yang tepat.

“Kamu bilang ini diberikan oleh tetua keluarga Demina?” Seorang polisi wanita satu lagi berkata dengan dingin kepadaku.

“Tidak salah.”

Baru lah aku selesai bicara, polisi wanita itu dengan emosi berdiri, menunjukku berkata: “Kamu sembarangan bicara, kasus ini dilaporkan ke polisi oleh keluarga Demina, barang ini sangat penting bagi keluarga Demina, tetua itu tidak mungkin memberikan ini ke kamu begitu saja tanpa alasan?”

Ayah ibuku juga melihatku dengan wajah kaget, dari matanya muncul kecurigaan.

Hatiku tiba-tiba jadi tidak enak: “Ini benar, kalau kalian tidak percaya boleh tanya ke tetua Demina.”

“Tetua Demina dua hari yang lalu masuk rumah sakit, sekarang masih koma tidak sadar, kamu ini jelas sedang membuat alasan.” Polisi wanita itu dengan wajah yang marah melihatku.

Aku tidak menyangka ternyata kakek itu sakit? Dan masih koma lagi, jelas sekali sangat serius.

Mendengar kabar ini, hatiku tersumbat parah, hanya merasa sangat sakit hati, sangat sedih, air mata dengan tanpa tanda-tanda pun menetes ke bawah.

Ketika nenekku sakit, aku juga tidak sedih sedalam ini, tapi terhadap kakek yang hanya sekali bertemu malah bisa membuat hatiku seperti teriris pisau.

“Masalah ini, kalian bertiga perlu diperiksa.” Polisi pria itu melihat ayah ibuku dan juga diriku.

Ayah ibuku langsung saja kebingungan.

Ayahku berkata ke Polisi: “Masalah ini kita tidak tahu sama sekali.”

Ibuku buru-buru menganggukkan kepala: “Iya, kita benar mengira ini barang milik anak perempuanku.”

Ekspresi wajah polisi itu melihatku dengan sangat aneh.

Ayahku bergegas berkata: “Aku menjadi teladan selama bertahun-tahun, apa yang aku selalu untuk menjadi teladan, teman kerja maupun murid bisa jadi saksi, dan kalau memang anak perempuanku telah mencuri barang orang lain, kami tidak akan tidak diam.”

“Hal ini masih perlu diinvestigasi dengan jelas, barang yang dicuri harganya terlalu mahal, maka kita pasti akan dengan berhati-hati mengatasi hal ini, kemudian, kalian berdua menjual ke toko perhiasaan juga merupakan tindakan penadah, juga bersekongkol.”

Ayah ibuku mendengar ini, takut sampai wajahnya pun kehilangan warna darah.

Aku tidak bisa menahan diri berkata ke polisi itu: “Pak Polisi, kamu juga jangan menakut-nakuti ayah ibuku, hal ini juga belum ada kesimpulan, kamu tidak boleh memfitnah orang, giok keselamatan ini memang diberikan oleh tetua Demina ke diriku, kalau tidak percaya, kamu boleh tunggu dia sadar lalu tanya dia.”

Giok keselamatan ini juga bukan aku yang mencuri, aku tentu saja tidak mau menanggung tuduhan yang tanpa dasar ini.

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu