Perjalanan Selingkuh - Bab 142 Aku Bukan Dia (2)

Selain itu siapa yang bisa mengira kalau Dennis tidak bisa menanggung pukulan ini.

Sejujurnya, sepertinya hatinya lebih rapuh dibandingkan aku, aku dan Steven bahkan pernah sekali dipergoki oleh Weni Demina sedang berada diatas ranjang. Meskipun saat itu aku merasa sangat malu dan marah, namun karena ada penghiburan dari Steven, akhirnya aku tetap berani untuk keluar.

Setelah berlalu cukup lama, Evan membuka pintu lalu menatapku dan Sisi dengan tatapan mata yang terlihat rumit, dia berkata : "Dennis mencari kalian."

Aku dan Sisi saling memandang lalu segera masuk ke dalam.

Sedangkan Evan malah berada di luar.

Di dalam kamar terlihat sedikit gelap, jendelanya ditutupi dengan sebuah tirai yang tebal, saat aku masuk, aku langsung melihat pria yang sedang duduk bersandar diatas ranjang.

Dia terlihat sedikit kurus dan lemah, kulitnya sangat putih, hampir terlihat pucat, wajahnya tampan dan terlihat lembut dan juga lemah.

Tubuhnya ditutupi dengan selimut, lengannya yang berada di luar selimut terlihat sangat kurus, pergelangan tangan kirinya dibalut dengan kain kasa, sedangkan pergelangan tangan kanannya ditusukkan jarum infus dan botol infusnya digantung di sampingnya.

Pria seperti ini, bahkan meskipun kamu tidak mempunyai hubungan apapun dengannya, kamu tetap tidak akan tega berbuat kejam terhadapnya.

Saat kami baru saja masuk, tatapan matanya langsung terkunci kepada Sisi.

Tiba-tiba terlihat senyuman di wajahnya, senyumannya sangat indah dan menyilaukan, bagaikan bunga yang mekar, ini adalah yang pertama kalinya aku melihat seorang pria dapat tersenyum dengan begitu indahnya, giginya yang putih dan rapih dan juga lesung pipi di sisi wajahnya membuatnya terlihat sangat menarik.

"Lama tidak berjumpa!"

Dia mengulurkan tangannya kearah Sisi, Sisi juga mengulurkan tangannya.

Aku melihat mata Sisi dipenuhi dengan rasa bersalah.

"Di musim panas saat berumur 14 tahun, di jalan kecil, seorang remaja berkemeja putih, apakah kamu masih mengingatnya?" dia menatap Sisi dan bertanya dengan lirih.

Saat Sisi mendengar perkataannya, air matanya seketika mengalir keluar.

"Maafkan aku!"

Sisi langsung berjongkok di atas lantai sambil menutupi matanya, air matanya mengalir dengan deras : "Maaf, itu bukan aku....."

Aku seketika langsung merasa terkejut : "Sisi, kamu kenapa?"

"Aku pernah mempunyai seorang kakak kembar yang bernama Sasi, aku bukan dia." Sisi mendongak dan menggeleng kepada Dennis.

"Sasi?" setelah Dennis menyebut namanya, dia langsung mulai batuk dengan sangat hebat.

"Dennis."

Evan yang berada di luar kamar langsung masuk ke dalam, kemudian berlari kearah Dennis.

Melihat Evan sibuk memberikan air kepada Dennis, lalu akhirnya menepuk punggungnya dengan pelan, aku tiba-tiba menyadari kalau mungkin Evan benar-benar sangat mencintai pria ini!

"Sangat jarang ada orang yang tahu kalau keluarga Sila mempunyai 2 orang putri, mereka adalah anak kembar, karena saat mereka baru saja lahir, ada seorang peramal yang meramalkan nasib kami, dia berkata kalau aku akan membawa sial bagi orang tuaku, jadi aku dibuang dan dibesarkan oleh nenekku, sampai aku berumur 14 tahun, Sasi meninggal, barulah aku dijemput kembali oleh orang tuaku."

Sisi tersenyum pahit, air matanya terus mengalir keluar.

Aku tidak pernah tahu kalau Sisi mempunyai masa lalu seperti itu, dia terlihat begitu kuat dan ceria, tetapi aku tidak tahu kalau dia ternyata memendam begitu banyak hal.

"14 tahun?" Dennis membelalakkan matanya dan menatap Sisi.

"Di musim panas saat kami berumur 14 tahun, dia tenggelam dan meninggal di desa, dia pernah memberitahuku kalau dia menyukai seorang anak laki-laki, anak laki-laki itu suka memakai kemeja putih, senyumannya sangat indah, dia memanggilnya "si putih".

Setelah itu Sisi menutup mulutnya dan menangis dengan keras.

Tidak perlu dipikirkan lagi, si putih ini pasti adalah Dennis.

Aku melihat Dennis menutup mulutnya dengan menggunakan kepalan tangannya untuk menahan dirinya agar tidak menangis, air matanya mengalir di wajahnya yang terlihat sedikit pucat.

"Ternyata dia tidak melupakanku......"

Aku melihat Dennis menahan suara tangisannya dan juga Evan yang sibuk dan tidak tahu harus berbuat apa kepadanya.

Lama setelah itu, Dennis mendongak dan menatapku dan juga Sisi serta berkata : "Aku tahu maksud kedatangan kalian kemari."

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu