Perjalanan Selingkuh - Bab 242 Tunggu Aku Pulang

Terlebih lagi sekarang lengan Steven masih terluka, kalau benar dipergok mereka, tangan yang luka pasti bisa membuat pria itu berada di situasi yang tidak terlalu menguntungkan.

“Kalau kamu benar mau pergi, kalau benar demikian bawa aku pergi sama-sama saja, meski aku sekarang kalau menjulurkan tangan tidak bisa membantu apa-apa, tapi juga tidak akan menyusahkan kamu.” Aku langsung berkata ke Steven.

“Tidak bisa!” Steven langsung saja menolak.

“Kalau kamu tidak mau aku pergi, aku diam-diam membuntuti saja.” Aku mengangkay kepala dengan ekspresi yang sok hebat melihat Steven.

Sebenarnya aku bukan tidak beralasan, hanya saja aku tahu, ada aku, Steven baru bisa lebih berhati-hati lagi, tidak akan dengan mudah mengambil keputusan yang berbahaya.

Aku lebih baik tidak mendapatkan simpanan berharga, juga tidak berharap terjadi apa-apa dengan Steven.

Lagi pula dengan harta kita dua keluarga dan juga kemampuan Steven sama sekali tidak memerlukan simpanan berharga apapun.

“Nurut yah! Aku jamin kali ini akan pulang dengan tanpa kekurangan apapun, kamu sendiri di rumah baik-baik tunggu aku pulang.” Steven membujukku seperti membunjuk anak kecil saja.

“Tidak bisa, aku khawatir denganmu.” Aku melihat mata Steven dengan wajah yang sangat serius.

Sikap Steven sangat tegas: “Tidak bisa, aku tidak akan membawamu ke sana, jalan gunung itu susah jalan, pagi hari tadi kamu naik gunung saja agak kesulitan apalagi malam, terlebih lagi agar mereka tidak mewaspadai, kita hanya bisa malam hari naik gunung, pandangan mataku cukup baik, bisa melihat dengan baik di malam hari, tapi kamu?”

Mendengar perkataan Steven, hatiku langsung jadi dingin, benar! Masalah yang ada di depan mata ini bukannya aku ingin abaikan lalu bisa terabaikan.

Aku mulai membenci diriku sendiri yang tak berdaya, di saat seperti ini hanya bisa membebani Steven.

Berpikir sampai di sini, hatiku memutuskan, tidak peduli betapa susah dan lelah, pasti harus melatih kekuatanku sendiri.

“Kalau begitu kamu bawa beberapa pengawal pergi ok?” Aku hanya bisa mengalah, dengan ekspresi wajah memohon melihat Steven.

“Kamu tenang saja, di sisiku ada pengawal rahasia, tidak akan ada masalah.”

Steven menenangkanku lagi, pria itu jelas sudah mempertimbangkan dengan baik semua hal, sudah mengatur dengan baik, tidak peduli aku sekarang bilang apa tidak ada gunanya.

Karena hal ini, aku makan malam dengan tidak tenang, akhirnya juga tidak bisa makan banyak.

Terakhir dengan suasana hati yang risau mengantar Steven pergi.

Waktu sudah mau pergi, aku tidak bisa tahun untuk menempel masuk ke dalam pelukan pria itu, merangkul pinggangnya berkata: “Steven, jangan buat aku mengkhawatirkan kamu lagi, jangan membuat dirimu terluka lagi, aku bisa sedih.”

Steven mengelus beberapa kali kepalaku, di dalam suara yang lemah lembut mengandung pesona yang luar biasa dalam dirinya: “Baik, aku janji!”

Selesai mengatakan, pria itu memegang wajahku dengan kedua tangannya, mematuk ujung bibirku sebentar, lalu berkata: “Tungguh aku pulang.”

Pria itu tahu, walau menyuruhku tidur aku juga tidak bisa tidur dengan baik.

Aku mengangguk, sorotan mata yang khawatir mengantar kepergiannya, yang akhirnya menghilang di dalam kegelapan malam.

Di badanku mengenakan jaket wool, duduk di sofa, di tanganku menggenggam remote sembarangan mencari acara TV untuk dibuka.

Aku tidak bisa menonton, tapi mau ada suara di sekelilingku saja, dengan seperti ini seakan bisa meringankan kerisauan dalam hatiku.

Tunggu setelah tengah malam, pintu dibuka orang, aku kedengaran suara, menoleh lalu kelihatan seorang pria tak dikenal mengenakan baju warna hitam memapah Steven pulang ke rumah.

“Steven!”

Aku melihat lengan Steven mengeluarkan darah, kakinya juga tertembak.

Melihat sekujur tubuhnya dipenuhi darah, kakiku jadi lemas.

“Kamu pergi ke tempat kakek ketiga sana minta dia memanggil dokter di kampung ini ke sini.”

Orang berbaju hitam itu berpesan padaku.

“Kita pergi ke rumah sakit dulu saja! Lukanya sudah terlalu parah.”

“Steven, aku Safira, kamu bangun.”

Kesadaran Steven agak kabur, kedengaran perkataanku, baru perlahan membuka mata, melihatku, setelah setengah sadar sebentar, melambaikan tangan memegang wajahku: “Maaf! Sudah membuatmu khawatir lagi.”

“Steven, jangan sampai ada apa-apa denganmu.”

Aku mengatakan sambil mengeluarkan ponsel menelpon, aku menelpon ke kakek ketiga dulu, tanya ke beliau rumash sakit terdekat di sini.

Dari apa yang disampaikan pria itu, meski di sini hanya ada rumah sakit kecil, tapi dokter di rumah sakit kecil semua adalah orang keluarga Himura dan Demina, semuanya adalah pensiunan dari rumah sakit besar, ilmu kedokteraannya sangat hebat.

Mendengar semua ini, aku baru tenang, lalu meminta orang berbaju hitam memapah Steven naik mobil, lalu langsung pergi ke rumah sakit.

Sepanjang jalan, telapak tanganku yang memegang stir mobil menembus keluar keringat kecil.

Setelah aku mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit kecil, orang di sini karena sudah dipesan dari tadi oleh kakek ketiga dari awal sudah siap.

Begitu Steven turun dari mobil, lalu langsung masuk ke Unit Gawat Darurat.

“Kaki kiri tertembak, perlu harus segera dikeluarkan, pasien kehabisan banyak darah, perlu tambah darah, tapi golongan darahnya sangat khusus, rumah sakit kita tidak ada.”

Mendengar perkataan dokter, aku buru-buru menggulungkan lengan baju: “Pakai darahku, golongan darahku sama dengannya.”

Seketika dokter itu terkejut setelah mendengar perkataanku, mengangguk: “Kalau begitu kamu ikut aku, tidak bisa ditunda lagi.”

Aku mengikuti langkah kaki dokter, lalu ikut dengannya pergi mengambil darah.

Setelah mengambil beberapa, kepalaku sudah perlahan pusing, wajahku mulai memucat.

Dokter itu menghentikan pipa jarum, melihatku bertanya: “Apa kamu akhir-akhir ini pernah mendonorkan darah?”

Aku mengangguk, tapi tidak peduli bagaimana pun juga, di saat seperti ini aku harus menyelamatkan Steven: “Dok, aku sangat sehat, sungguh, silahkan kamu ambil saja.”

Dokter itu memberikan kantong darah itu ke perawat di samping, setelah berpesan beberapa patah di samping telinganya, baru menoleh dengan ekspresi yang sangat tidak setuju berkata: “Tubuhmu sendiri saja kamu tidak tahu gimana menjaganya, tubuhmu ini baru dirawat tidak berapa lama yah?”

Sorotan matanya yang melihatku membuatku agak merasa bersalah.

Aku tahu, di depan dokter, meski berbohong juga bisa ketahuan.

Jujur, setelah mengambil beberapa hari obat dari si Tua Ye sana, tubuhku lebih baik banyak dari dulu, meski tidak bisa dibandingkan dengan saat aku sehat, tapi juga lebih hebat sedikit dibanding sebelumnya.

“Kamu mengabaikan kesehatanmu sendiri seperti ini, sampai waktunya nanti berapa banyak pil mujarab juga tidak berguna.” Mengatakan, pria iu melihatku hanya menggeleng dan menghela nafas.

Terakhir, dia bertanya padaku: “Badanmu dulu rusak hebat, sekarang baru diobati membaik setengah.”

“Anak muda sungguh tidak tahu menjaga kesehatan sendiri, nanti tunggu kamu sudah tua, nanti baru tahu menyesal.”

Dia dengan bersusah payah menasehati, dokter ini bermarga Demina, satu keluarga denganku, seharusnya juga memandang kita keluarga semarga baru berusaha dengan susah payah seperti itu.

“Di sini juga tidak ada darah semacam itu, kalian ada cara apa?” Aku mendongak melihat pria itu.

Suara pria itu langsung berhenti.

Tapi setelah diam beberapa saat, dia baru lanjut berkata: “Nyawa tidak ada perbedaan tinggi dan rendah, kesehatanmu dan kesehatan pria itu sama pentingnya, besok-besok jangan gegabah seperti ini lagi.”

Selesai mengatakan, dia sudah mau pergi.

Aku segera berdiri, tanya ke dia: “Apa darahnya sudah cukup?”

“Asal bisa menjamin tidak akan mati sudah cukup, seorang pria dewasa, tubuhnya gagah dan kuat, lebih hebat banyak darimu, kamu lebih baik banyak memikirkan kesehatanmu sendiri saja!”

Selesai mengatakan, lalu mengangkat kaki pergi.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu