Perjalanan Selingkuh - Bab 157 Kecelakaan Weni

Weni langsung mengeluarkan kontrak dari tasnya dan menunjukkannya kepadaku.

"Tidak benar, ketika menandatangani kontrak jelas-jelas tidak ada pasal terakhir ini."

Aku dengan tidak percaya melihat pasal terakhir itu.

Steven menatap kontrak tersebut dan berkata kepadaku, "Itu adalah jenis tinta khusus, ketika ditulis tintanya transparan, tulisannya muncul setelah satu jam kemudian."

"Kamu menjebakku?"

Aku dengan tidak percaya menatap Weni, aku benar-benar tidak menyangka Weni akan begitu jahat.

Weni tidak marah dengan perkataanku, tetapi dia berkata dengan santai: "Jika penyakit Safira tidak sampai ke kondisi tersebut, maka pasal ini tentu saja tidak akan digunakan, pasal ini hanya untuk pencegahan."

Meskipun demikian, hatiku masih sangat dingin.

"Aku tidak akan menyetujuinya, dia membunuh anakku dan berkali-kali mencoba menyakitiku. Kenapa aku harus menyumbangkan ginjalku kepadanya?"

Setelah selesai berkata, aku melihat wajah-wajah yang ada di bangsal ini dan merasa jika aku tetap berada di sini, maka aku akan mati karena sesak napas.

Aku menoleh dan berlari keluar, Steven dengan cepat mengikutiku.

Aku tidak tahu bagaimana aku keluar dari rumah sakit. Setelah Steven menyusulku, aku tidak bisa menahan lagi dan menangis di dalam pelukannya.

Hatiku sangat sedih, seperti binatang buas yang tidak dapat dihalangi, pada saat ini, perasaan sedih menenggelamkanku.

Steven langsung membawaku kembali ke rumahnya. Sonya melihat bahwa aku berada dalam kondisi yang buruk dan bertanya kepada Steven dengan tatapan khawatir: "Apa yang terjadi?"

Lalu dia tiba-tiba berkata, "Apakah Weni menyulitkan kalian?"

“Bibi Linda, jangan menangis lagi, siapa yang mengganggumu? Ami membantumu memukulnya.” Ami juga meraih tanganku dan berbisik.

Aku perlahan-lahan sadar kembali, dan aku dengan terpaksa tersenyum dengan Sonya: "Tidak ada apa-apa, aku pergi istirahat dulu."

Ami masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia ditarik oleh Sonya: "Ya, Linda, kamu pergi istirahat dulu!"

Lalu, dia menatap Steven dan berbisik, "Jaga Linda baik-baik."

Steven mengangguk dan langsung membawaku kembali ke vila.

Steven membawaku ke kamarnya dan meletakkanku ke tempat tidurnya. Dia berbaring di sampingku, membelai rambutku sambil berkata: "Kamu jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan mereka mengancammu lagi."

Aku memasukkan kepalaku ke dalam pelukannya, dan berkata “Ya”.

"Kalau begitu, bagaimana dengan masalah ibuku?"

Setelah lama kemudian, aku mendongak dan bertanya pada Steven.

“Aku akan membantumu memikirkan solusinya,” Steven menghela nafas, kemudian membawaku ke dalam pelukannya lagi.

Aku berada di dalam pelukannya, dan hatiku perlahan-lahan mulai tenang.

Aku tidak tahu bagaimana Steven melakukannya, Weni akhirnya menyetujui pembubaran kontrak pernikahan Steven dan Safira, dan berita pembubaran kontrak pernikahan tersebut juga dipublikasi di Majalah Bisnis Mingguan.

Harga saham kedua perusahaan ada sedikit turun, dan Steven harus mulai sibuk dengan pekerjaannya.

Dan aku berpikir bahwa setelah semua masalah di sini diselesaikan, aku ingin kembali ke Shanghai untuk bekerja lagi.

Yang aku tidak menduga adalah ketika aku akan bersiap-siap untuk pergi, aku mendengar berita kecelakaan Weni.

Dan penyebabnya adalah Weni jatuh dari lantai atas, kepalanya jatuh ke lantai, dan sekarang dia berada dalam kondisi koma.

Ketika aku mendengar berita ini, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan suasana hatiku, aku kira aku akan bahagia, tetapi pada kenyataannya, aku tidak bisa bersemangat sepanjang hari, hatiku selalu panik dan tidak bisa tenang.

Setelah Weni diantar ke rumah sakit, keluarga Himura yang memiliki hubungan baik dengannya, tentu saja perlu mengunjunginya. Akhirnya, ketika Sonya mau pergi, aku mengusuli untuk pergi bersamanya.

Mungkin orang lain hanya berpikir bahwa aku mau pergi melihat lelucon, tetapi hanya aku yang memahaminya, aku benar-benar ingin pergi melihatnya.

Di bangsal, kepala Weni dibalut dengan kain kasa tebal, dia berbaring di tempat tidur dan wajahnya pucat sekali.

Melihat pemandangan ini, air mataku jatuh tanpa menyadarinya.

Setelah aku bereaksi, aku buru-buru menghapus air mataku dan berbalik untuk pergi, tetapi aku bertabrakan dengan seseorang ketika aku berjalan keluar dengan menundukkan kepala.

"Apakah kamu tidak apa-apa?"

Aku mendengar suara ini, mendongak, dan melihat bahwa orang yang bertabrakan denganku adalah suami Weni, Siro.

Dia kelihatannya tidak ada yang berbeda dengan sebelumnya, meskipun saat ini Weni sedang berbaring di unit perawatan intensif, dan dia juga tidak terlihat sedih dan pucat.

Aku tidak tahu apakah ini efek psikologisku, aku merasa ada sedikit kemunafikan di dalam kesedihan di wajahnya.

Aku teringat hal terakhir kali aku bertemu dengan dia dan Lulu, sehingga aku tidak memiliki perasaan yang baik padanya.

Dia menatapku dengan tercengang dan akhirnya menghela nafas: "Terima kasih atas perhatianmu."

Aku mengangguk dan langsung berjalan melewatinya.

Ketika aku berjalan sampai luar rumah sakit, aku melihat dua sosok yang akrab berada di belakang pohon-pohon.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah dia akan bangun sekarang?"

Aku mendengar suara Sunni.

"Jangan khawatir! Ada aku yang menjaganya!"

Ini adalah suara Lulu, ketika aku berpikir untuk pergi, aku menginjak cabang pohon yang kering.

"Siapa?"

Aku secara tidak sadar tidak ingin bertemu dengan mereka, dan bergegas ke rumah sakit.

Ketika aku kembali, aku bertemu Sonya: "Linda, kamu tadi ke mana?"

"Aku keluar untuk menghirup udara segar." Setelah itu, aku bertanya pada Sonya: "Bagaimana dengan Weni?"

"Bagian belakang kepalanya terbentur dan ada pendarahan di otaknya, kali ini otaknya terluka, dia belum tentu bisa bangun!" Steven menghela setelah berkata.

Kemudian dia menatapku lagi: "Sepertinya orang benar-benar tidak boleh melakukan hal-hal buruk. coba kamu lihat, Weni baru saja mennjebakmu, sekarang dia sendiri terjadi hal seperti itu, apakah ini yang disebut dengan karma?"

Karma?

Dulu aku pernah mengkhayalkan hal semacam ini, aku pikir aku akan sangat bahagia, tetapi pada kenyataannya, ketika aku melihat Weni diam-diam berbaring di sana, hatiku sangat sedih.

Malam ini, aku mulai bermimpi lagi, dan isi semua mimpiku adalah tentang Weni.

Ketika dia masih muda, dia cantik dan kompeten, dan terkadang dia adalah wanita yang lemah lembut.

Ada banyak gambar yang pecah belah dalam mimpiku, setelah aku bangun, kepalaku sedikit sakit.

Apakah ini yang dikatakan memimpikan apa yang aku pikirkan di siang hari? Dalam mimpiku, ternyata ada begitu banyak Weni.

Aku menggelengkan kepala dan ingin menghilangkan gambaran dalam mimpiku.

Selama tiga hari Weni koma, aku diam-diam pergi melihatnya. Pada hari ketiga, aku berjalan memasuki bangsal dan perawat yang menjaga Weni karena ada urusan mendadak memintaku untuk menjaganya sebentar.

Aku melihat Weni dengan wajah pucat berbaring di tempat tidur, dan hatiku binging. Akhirnya, aku membuka ikatan Giok Keselamatan di leherku dan meletakkannya ke telapak tangan Weni.

"Ini adalah Giok Keselamatan yang diberikan Kakek Demina kepadaku, aku berharap ini dapat melindungimu."

Aku tahu, mungkin aku harus membenci Weni, tapi aku tidak bisa membencinya, lagipula, semua yang dia lakukan hanya untuk melindungi Sunni.

Dan Giok Keselamatan ini memang Kakek Demina yang memberikan kepadaku. Jika ini benar-benar dapat memberkati putrinya, Kakek Demina juga akan senang melihatnya.

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu