Perjalanan Selingkuh - Bab 45 Rencana Ling Ling

Bab 45 Rencana Ling Ling

Aku pergi ke kantor polisi bersama Sisi, karena waktunya sudah terlalu lama, jadi sulit untuk menemukannya pertama-tama, kita mendaftarkan informasi Moli, lalu kalau ada waktu suruh Moli datang untuk meninggalkan data medis, tiba waktunya dapat menggunakan data medis untuk menemukan kecocokan di seluruh negara.

Keesokan harinya saat kami pergi mencari Moli, kebetulan kami bertemu Ling Ling dan seorang wanita tua di sana.

Wanita tua itu menangis dengan terseduh-seduh mengucurkan air mata, berlutut di depan Moli dan menolak untuk berdiri: “Kumohon pada kalian, lepaskan anakku! Aku hanya punya seorang anak, kalau dia masuk penjara, aku juga tidak mau hidup.”

Moli berdiri di sana dengan panik, berusaha menarik wanita tua itu, tapi dia terlalu gemuk, tidak bisa menariknya.

Ami bersembunyi ketakutan di belakangnya, lalu dengan wajah ketakutan melihat wanita tua yang berlutut di lantai sambil menangis terseduh-seduh.

Ling Ling, dengan perut besar, mengulurkan tangannya menarik lengan Ami, “Nak, bisakah kamu membujuk ibumu?”

Ami diseret oleh Ling Ling, dan wajahnya pucat ketakutan.

Aku tidak tahan melihatnya, sibuk memeluk Ami, lalu mundur beberapa langkah, dengan marahnya Ling Ling berkata: “Kamu tidak lihat dia takut dengan mu?”

Ling ling melihatku, wajahnya berubah: “Linda, kenapa kamu disini?”

Reaksi Ling Ling menarik perhatian ibu tua dilantai bawah.

“Linda? Apa dia wanita yang membuatmu kehilangan pekerjaan?” Dengan air mata berlinang, wanita tua itu berdiri, dan menatapku dengan tajam seperti api.

“Bu, itu dia, dia di sini sekarang, dia pasti mau menghalangi, “Ling Ling menarik lengan wanita tua itu dan menatapku dengan waspada.”

Sisi tertawa dan bertepuk tangan, berjalan keluar dari belakang Ling Ling, lalu berjalan ke arahku dan berbalik menghadap Ling Ling mengatakan: “Kalian sekeluarga benar-benar bisa memutar balikkan fakta.”

“Sisi” Ling Ling melangkah mundur, menatap Sisi, dan tanpa sadar satu tangan menjaga perutnya.

“Aku lupa memberitahumu, aku pengacara Moli sekarang.” Bibir Sisi tersenyum sinis, dan menatap Ling Ling dengan dingin.

Ling Ling menatap Sisi dengan ketakutan, lalu mengalihkan pandangannya ke Moli: “Kalian berdua memang bukan orang baik, kamu jangan dengarkan mereka.”

Moli menatap Ling Ling dan berkata, “Dibandingkan kamu, aku lebih percaya mereka.”

Ling Ling menatapku dan Sisi dengan marah, dan akhirnya mengucapkan kalimat ini pada Moli: “Kami sangat menyesal atas kematian suamimu, tapi kami akan mencoba untuk menebusnya, dan berharap kalian mempertimbangkannya dengan cermat."

Setelah mengatakannya, menarik ibu tua yang masih belum mau pergi.

“Ling Ling, tidak bisa begitu saja kakakmu masih menunggu kita menyelamatkannya! sembahyang keluarga Lin masih mau mengandalkan kakakmu”

Setelah Ling Ling pergi, ruangan itu baru menjadi tenang.

Sisi mengambil secarik kertas di atas meja, memandanginya selama beberapa menit, lalu tersenyum dingin dan berkata: “Aku tidak menyangka Ling Ling benar-benar tak tahu malu untuk, bahkan menginginkan Moli menandatangani surat damai.”

“Apa dia membahas uang kompensasi denganmu?” Aku menoleh bertanya pada Moli.

Moli mengelengkan kepala: “Setelah mereka kemari terus menangis tidak mampu membayar uang kompensasi, dan mengatakan pelaku adalah putra satu-satunya, dan tidak sengaja menabrak orang.”

Sisi marah dan langsung meremas kertas itu menjadi bola, lalu mengertakkan gigi dan berkata, “Ide Ling Ling benar-benar tidak tahu malu.”

Setelah itu, dia berkata kepada Moli, “Surat damai itu hanya bisa meringankan hukuman, tapi kalau benar-benar di tandatangani, setidaknya harus bayar kompensasi sebanyak 2M rupiah lebih.”

Aku sudah menghitungnya, apartemen Ling ling yang 50 meter persegi, karena berada di pinggiran kota, harganya sekitar 2M, kalau ditambah uang kompensasi, dan berikan uang itu kepada ibu mertua Moli, rumah ini mungkin bisa dipertahankan.

“Aku lihat mereka juga sangat kasihan.”tatapan Moli sedikit ragu.

“Mereka kasihan?”ucap Sisi dengan tersenyum sini.

Menarik tangan Moli untuk duduk, dan berkata dengan penuh tekanan, “Kamu jangan tertipu oleh mereka.”

Dan aku juga menarik tangan Ami untuk duduk disofa, dan mendengarkan Sisi menceritakan masalah aku dan Ling Ling.

Setelah mengatakannya, Sisi baru ingat: “Ku beritahu kamu, cari waktu pergi berikan data medis, kalau keluargamu juga mencarimu, dengan perbandingan data medis kita bisa mencarinya.”

“Terima Kasih banyak.”Moli menatap Sisi dan aku penuh dengan rasa syukur.

Aku ragu sebentar, lalu mengajukan pertanyaan: “Mungkin kamu bisa mencoba memasukkan data sendiri lalu mencari keluarga, sekarang jaringan informasi internet lebih berkembang.”

Setelah mendengar itu, Moli menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak, aku tidak ingin muncul.”

Menatap mataku dengan aneh, Moli berkata dengas sedih: “Aku tidak publik membuka identitasku dengan anakku, ini tidak baik bagi pergaulan Ami di sekolah.”

Aku menoleh dan melihat Ami dengan mata besar, dan mengangguk mengerti.

Sebenarnya, keadaan Ami sekarang mirip dengan anak-anak autis, dia sangat sensitif terhadap tatapan orang lain, dia akan bersembunyi dibelakang jika ada pergerakan, kalau begini terus tidak bisa.

“Moli, Ami tidak bisa begini terus.”

Aku tahu, mungkin bukan giliranku menyela dalam mendidik anak-anak, tapi aku tidak tahan membiarkan Ami terus seperti ini.

“Aku tidak ada pilihan, anak ini jarang berinteraksi dengan orang lain, pagi-pagi aku bangun berjualan sayur di pasar, tidak ada orang menjaga Ami, aku hanya bisa menguncinya di rumah, kejadian ini berlangsung lama, hingga akhirnya berubah menjadi seperti ini.”selesai mengatakannya, Moli meraba rambut Ami dengan penuh sedih.

“Kalau tidak begini saja, aku tidak kerja, pagi hari biarkan Ami bersamaku.”

Sisi dan Moli menatapku dengan wajah terkejut, mereka tidak menyangka akan mengatakan permintaan ini.

“Sejujurnya, aku sangat menyukai Ami, aku berharap suatu hari nanti dia bisa bermain dengan bahagia seperti anak-anak lain.”

Sebenarnya, Ami saat masih kecil sangat mirip denganku, hanya saja dia lebih parah dariku.

Waktu itu karena aku asing dengan sekitar, tidak bersedia mendekati siapapun, terus tenggelam dalam dunia kesepian, kalau bukan karena anak tetangga, aku pikir, aku pasti akan begitu terus, penuh ketakutan dengan dunia luar.

Wajah Moli penuh dengan keraguan, dia menunduk melihat Ami, dan berkata dengan pelan: “Kamu pagi hari bersama tante ini mau tidak?”

Ami menatapku, lalu pada Moli, dan akhirnya mengangguk.

Melihat reaksi Ami tersenyum dan menatapku, “kalau begitu beberapa hari ini, merepotkan nona Linda.”

“Jangan panggil nona Linda, panggil saja Linda.”

Karena masalah Ami, meskipun aku baru bertemu dua kali dengan Moli, tapi sudah merasa lebih dekat.

“Mungkin itu takdir, aku merasa perasaan yang diberikan Ami padaku sangat familiar, seperti adik.” Moli juga tersenyum dengan lepas.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu