Perjalanan Selingkuh - Bab 264 Perencanaan

“Apa rencanamu?” Aku bertanya kepada Steven.

“Aku ingin masuk ke tanah suci itu.” Steven menatapku dengan bersinar.

“Tapi selain piagam emas, selebihnya ada ditangan Rufin.” Aku berkata sambil mengerutkan dahi.

“Aku sengaja meninggalkan celah, agar Rufin mengambil piagam emas ditanganku.” Steven berkata sambil melihatku.

“Mengapa?”

Aku melihat Steven dengan bingung, berharap dia memberikanku jawaban, bukan seharusnya piagam emas tu dijaga baik-baik?

“Kita susah mengambil kembali barang yang diambil Rufin dalam kegelapan, tapi aku sengaja mengeluarkan piagam emas agar dia mencurinya, dan diam-diam mengikuti mereka saat mereka pergi ke tanah suci, pada saat itu, kita sanksikan hasil dari rencana kita yang tidak pernah dipikirkannya.

Setelah mendengar kata-kata Steven, aku mengerti rencana dia, ternyata dia rencana jadikan piagam emas sebagai umpan agar Rufin terpancing.

“Bukannya tidak ada barang yang tertinggal di tanah suci?”

Aku tidak menyangka Steven bersusah payah merencakannya.

“Itu hanya catatan dari buku, tapi coba kamu mikir, dulu tanah suci dianggap tanah terlarang, anggota Sekolah Yunyin juga jarang kesana, tak kira mereka sendiri tidak tahu banyak hal soal itu.” Steven menjelaskan kepadaku.

Aku tidak menyangka Steven memikirkan begitu banyak.

“Karena itu adalah tempat dimana kepala generasi pertama Sekolah Yunyin menghabiskan masa tuanya, menurutku mungkin disana tertinggal sesuatu, lagipula seni bela diri ini diwariskan turun temurun, aku merasa disana tertinggal barang yang benar-benar berharga.

Aku tidak tahu apakah tebakan Steven benar, tapi karena dia ingin pergi, maka aku akan pergi bersamanya.

“Kamu rencana kapan mulai menata?” Aku bertanya sambil menoleh kepalaku.

“Setelah beberapa saat lagi, saat kamu sudah membuka meridian, kita pergi bersama.” Steven melihatku sambil berkata.

Aku hanya mengangguk, jika benar terjadi, masalah itu tidak akan diselesaikan dengan tenang, dan pasti akan ada masalah pada akhirnya, pada saat itu aku tidak berharap membebani Steven.

Dimalam ini, aku dengan Kharis Himura makan di kamarnya, kami makan sambil diskusikan rencana ini.

Di malam hari ini, pertama kalinya aku tidak tidur bersama Steven, itu semua karena dia sudah tidak sabar untuk mulai berlatih seni bela diri, bahkan untuk mengimbangi agar tidak terlambat, dia mulai berlatih siang dan malam.

Kegilaannya berlangsung seminggu.

Dalam waktu seminggu, dibawah efek dari kakek kelima dan Si Tua Ye, tubuhku mulai sembuh dengan cepat.

Dan hari ini, tubuh Si Tua Ye sudah pulih, tubuhku juga mulai memenuhi standar, dan bisa melakukan akupuntur.

Beda dengan Steven, aku memakai pakaian ketat saat mandi, bagian atas memakai tank top ketat berwarna putih, bagian bawah memakai celana pendek ketat, sehingga tidak mempengaruhi penusukan jarum.

Kali ini, aku berendam dibak mandi obat, baru mengerti bagaimana perasaan Steven.

Sakit, terasa kulit seluruh tubuh sakit dan menderita, seperti banyak serangga yang tidak terlihat menembus ketulangmu.

Sedikit tidak tertahan, butiran keringat diwajahku mengalir dari pipi ke bawah, dan aku hanya bisa menahan.

“Kamu harus menahan, aku akan mulai akupuntur.” Si Tua Ye berkata padaku.

Setelah berkata, terasa jarum yang panjang menusuk dibadanku, dengan gerakan yang cepat, tidak terasa sakit, tapi saya bisa merasakan aliran udara yang sangat tipis mengalir ke dalam mengikuti jarum.

Kemanapun aliran udara berlalu, disitulah terasa semburan udara yang menyegarkan masuk kedalam tubuhku, dan saya merasakan kemanapun udara itu lewat, tubuhku terasa nyaman.

Dibawah jalinan dua perasaan ini, waktu berlalu.

Waktu diperpanjang tanpa batas, berujung tubuh Si Tua Ye bergetar, kakek kelima segera membantu.

“Gadis, mulailah bermeditasi sesuai mantra yang kamu lihat sebelumnya, titik akupuntur kamu sudah hafal, Steven sudah mengajarimu cara berlatih, bersila, tenangkan hati dan pikiran, mulai berlari selama seminggu.”

Mengikuti suara Si Tua Ye, aku bersila, mengingat kembali cara berlatih yang pernah dikatakan Steven, kemudian bermeditasi dalam hati pada mantra, mulai berkonsentrasi.

Waktu berlalu tanpa sadar, saat aku membuka mataku, tubuh terasa nyaman, seluruh tubuhku terasa mempunyai energi yang tidak habis digunakan.

Saat aku berdiri dari bak mandi, aku menyadari aku terlalu banyak menggunakan tenaga.

Sebelumnya aku ada sedikit rabun, tapi tidak berat, jadi tidak perlu menggunakan kacamata, tapi tidak sebaik mata orang normal.

Namun sekarang terasa pandangan aku sangat jernih, telinga dan bisa mendengar dengan jelas, seperti bayi yang baru lahir.

Aku akhirnya mengerti mengapa orang yang begitu tenang seperti Steven bisa menjadi sangat bersemangat.

Saat aku terbangun melihat Steven jalan kemari, tangannya memegang handuk yang besar.

Langsung membungkus badanku, dia menggendongku keluar dari bak mandi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Sayang, pergi mandilah.”

Suaranya yang lembut dan memikat membawaku kembali ke realita.

Tapi aku tetap terus berbicara padanya bagaimana perasaanku sekarang.

Steven mendengar dengan sabar, matanya penuh dengan memanjakan, membiarkan aku menariknya dan berbicara tanpa henti.

Aku harus mengatakan, perasaan ini sangat puas, tidak heran banyak orang suka mengejar.

“Kamu baru saja memulai, paling skillmu lebih cepat daripada sebelumnya, bukan masalah besar, jika kamu ingin melindungi diri, masih perlu berlatih terus.”

Aku harus mengatakan, disaat aku sedang senang sendiri, Steven menuang air dingin ditubuhku.

Aku tahu itu demi kebaikanku, takut aku puas dengan diriku, malah bersantai.

“Aku tahu.” Aku mengangguk seperti sudah diberi pelajaran, kemudian menoleh kepalaku dan bertanya: “Kapan kamu berencana untuk memulai?”

Setelah Steven merenung sejenak: “Setelah kamu berlatih beberapa hari, aku memikirkan cara untuk mengekspos celah, agar Weni terpancing.”

“Baik.” Aku mengangguk, aku sangat setuju dengan keputusan Steven.

Dimalam hari, aku latihan bersama Steven, ada Steven yang memandu, aku berlatih dengan lancar, walaupun tidak sebaik Steven, tapi sudah lumayan.

Dan kali ini, manfaat dari latihan Taekwondo dan Muay Thai tanpa henti mulai terlihat.

Dihari kedua saat aku berlawan dengan Xena, kecepatan dan kekuatanku meningkat beberapa level.

Dulu aku hanya bisa mengelak saat menghadapi Xena, tapi sekarang aku memiliki kekuatan untuk melawan.

Setelah turun beberapa kali dan melihat kesempatan, aku menyerang Xena.

Pada akhirnya dia menatapku dengan tidak percaya, wajahnya penuh dengan ketidakpercayaan: “Bagaimana kamu berlatih beberapa saat ini? Mengapa kemampuanmu tiba-tiba maju begitu cepat?”

Aku berlatih Furutake dengan Steven sementara tidak boleh dibeberkan, aku hanya bisa jadikan Steven sebagai alasan.

“Beberapa hari ini aku dilatih oleh Steven, dan tubuhku sudah mulai pulih, jadi kecepatan lebih meningkat.”

Kata-kataku juga berlogika, hanya, hasil latihannya sedikit berlebihan.

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu