Perjalanan Selingkuh - Bab 192: Aku Mau Menunggu Dia Sadar

Aku tidak menyangka, demi keuntungan pria itu, sungguh bisa berbuat sampai tidak mengenal keluarga tahap ini.

“Aku sendiri yang pemikirannya terlalu polos, tidak mempertimbangkan dengan baik.” Aku sangat merasa bersalah sekali, aku tidak hanya mencelakai ibuku, juga mencelakai Steven.

“Jangan terlalu menyalahkan diri lagi, ini bukan kesalahanmu, mereka yang terlalu berambisi jahat.” Fuji menghelakan nafas, membujuk berkata.

“Paman kecil, ibuku sana tolong kamu jaga.” Aku memohon ke Fuji berkata.

“Tidak ada masalah, dia juga merupakan kakak sepupu perempuanku, aku tentu saja bisa menjaganya dengan baik, kamu tenang saja!” Berkata sampai di sini, Fuji berhenti sebentar: “Tapi kamu di sini, pasti mau periksa sekali lagi.”

“Iya! Linda, Steven di sini masih ada aku yang menjaga, kamu segera pergi periksa sebentar mata!” Moli juga membuka mulut membujukku.

Aku menggeleng: “Aku mau menunggu dia sadar.”

Berkata, aku sambil menjulurkan tangan dengan ringan mengelus badan Steven.

Aku menyentuh kepalanya, di atasnya terbalut kain kassa yang tebal sekali, aku tidak berani menggunakan tenaga, hanya berani menyentuh dengan ringan, tapi meski seperti ini, aku juga bisa merasakan dia terluka sangat parah.

Berpikir sampai sini, hatiku jadi sakit.

“Sekarang kamu sendiri tidak kelihatan, bagaimana bisa menjaga Steven? Meski dia sadar, kamu juga tidak kelihatan!”

“Iya! Linda, kamu pergi periksa matamu dulu dan ke sini lagi juga tidak terlambat.”

“Aku mau tinggal di sini, tinggal bersama dengan Steven.”

Aku menangkap tangan Steven dengan erat, tak rela melonggarkan.

Dibanding dengan mataku, Aku lebih khawatir dengan kondisi luka pria itu, karena mata tidak kelihatan, lebih banyak ketakutan dan kekhawatiran dibanding orang normal.

Pria itu dengan tenang terbaring di atas ranjang pasien, karena mengenakan masker oksigen, suara nafas saja tidak kedengaran, aku hanya bisa menyentuh tangan pria itu, merasakan suhu di atas yang menyebar kemari, dalam hati baru bisa agak tenang.

Keras kepalaku, membuat Fuji dan Sisi sama sekali tidak ada cara.

“Aku pergi mencari dokter kemari, lebih baik di sini diletakkan satu ranjang pasien lagi saja.” Berkata, Sisi lalu membalikkan badna langsung keluar dari kamar pasien.

Tunggu saat wanita itu kembali, di samping juga ikut seorang dokter lagi.

“Dokter, kamu cepat bantu dia periksa sebentar, matanya kenapa bisa tidak kelihatan?”

Sisi mendorong dokter ke sampingku.

“Kamu baring dulu buka mata, aku lihat sebentar matamu.” Dokter berpesan padaku.

Aku mengangguk, mendongak, membuka lebar mataku.

Aku tidak pernah ada rasa seperti ini, meski mataku dibuka seberapa besar, tidak bisa kelihatan sedikitpun sinar terang, dalam hati tidak kacau itu tidak mungkin, tapi kekhawatiran terhadap Steven menutupi sepenuhnya kekhawatiran terhadap kesehatanku sendiri.

“Kornea mata tidak ada masalah.”

Setelah dokter memeriksa sebentar, berkata padaku.

“Kalau begitu dimana yang bermasalah? Mengapa wanita itu tidak kelihatan lagi?” Sisi dengan nada suara yang khawatir bertanya ke dokter.

“Seharusnya kepala terbentur, kista darah dalm otak besar, mungkin sudah melukai saraf penglihatan.” Dokter memeriksa sekali lagi kepalaku, berspekulasi berkata.

“Kalau begitu kapan bisa membaik?” Sisi mengusut bertanya.

“Ini tidak bisa dikatakan dengan jelas, ada yang pulih segera, juga ada yang lambat pulihnya, tentu saja, juga ada yang seumur hidup penglihatannya tidak bisa pulih kembali.”

“Tidak mungkin! Bukannya kalian itu dokter? Rusaknya dimana, perbaikin dimana sudah bagus?” Mendengarkan sampai di sini, Sisi orangnya jadi gelisah, cuek berteriak keras berkata ke dokter.

“Kita adalah dokter, juga bukan dewa, juga bukan montir.” Dokter itu tak berdaya berkata.

“Tidak apa-apa, dokter, aku ingin tanya, Steven dia kapan bisa sadar? Bagaimana kondisi pria itu sekarang ini?” Aku dengan wajah yang gelisah melihat ke arah dokter ini.

“Lukanya parah, bisa tidak sadar belum bisa dipastikan!” Nada suara dokter agak menyesali.

Aku yang mendengarkan hati agak dingin, bisa tidak sadar masih belum bisa dipastikan.

Aku merasa kalimat ini tidak berhenti menggema di oatakku, aku seperti orang bodoh saja, tubuhku semuanya mati rasa.

“Dokter, aku mohon, kalian pasti mau cari cara untuk menyelamatkan pria itu.” Aku meraba-raba, menarik lengan tangan dokter memohon berkata.

Tidak peduli itu siapa, asal ada seuntai harapan bisa menyelamatkan Steven, aku bersedia bersabar memohon.

Dulu ada Steven mendukungku dari belakang, seakan melakukan apapun tidak takut, tapi sekarang dia rubuh, aku baru merasa, duniaku seakan runtuh.

Aku baru berkenalan dengan dia tidak lama, juga baru bertunangan dengan pria itu, baru memulihkan kebebasan diri, masih begitu banyak hal yang belum pernah kita lakukan, bahkan tidak pernah secara formal pacaran, betapa banyak hal yang indah juga belum kerjakan bersama.

Kenapa kamu sekarang bisa bermalasan baring di atas ranjang pasien.

“Steven, kamu cepat sadar! Kamu masih berhutang begitu banyak hal yang belum dikerjakan! Kenapa kamu sekarang bisa rubuh?” Aku menarik lengan pria itu, menangis kehilangan kemampuan mengontrol diri.

“Pihak keluarga boleh banyak berbicara dengan dia, keinginan pasien untuk hidup sangat kuat, saat baru datang ke rumah sakit lukanya begitu parah saja bisa bertahan, seharusnya bisa segera sadar.” Dokter menghibur berkata.

Terluka begitu parah, beberapa kata ini, membuatku tertegun sebentar.

Aku tahu, Sisi mereka pasti merahasiakan dariku, tapi aku sekarang baru tahu, sebenarnya mulanya Steven terluka betapa parah.

Dengan penuturan dokter, aku baru tahu, mulanya Steven luka parah sampai, banyak sekali orang menilai tidak bisa diselamatkan lagi, tapi di dalam ruang operasi, Steven malah dengan melewati dengan gigih.

“Kamu di sin imau banyak istirahat, lagi pula, nanti pergi scan periksa sebentar kepala, lihat pengumpulan darah dimana.” Dokter berpesan kepadaku berkata.

Tapi aku sekarang seluruh hati dah jiwaku hanya ada Steven, terhadap perkataan pria itu pada dasarnya masuk dari satu telinga, keluar dari satu telinga lagi.

Saat malam hari, di dalam kamar Steven sudah diatur satu ranjang pasien lagi oleh Fuji, aku tidur di samping Steven, satu malaman, tidur dengan tanganku menggenggam tangannya, hanya kehangatan telapak tangan pria itu, baru bisa membuat hatiku tenang.

Keesokan hari, perawat membukakan aku televisi untuk ditonton, meski aku tidak kelihatan, tapi untungnya bisa kedengaran suar, dunia orang buta tidak takut keramaian, tapi paling takut sunyi tak ada suara.

Awalnya mendengar berita, setelah berita berakhir lalu berita artis, tapi aku tidak kelihatan, di dalam tak disangka aku kedengaran berita tentang diriku sendiri.

“Semua orang tahu, calon istri CEO perusahaan keluarga Himura Steven, Safira, adalah burung phoenix yang terjatuh ke duniawi, nona besar keluarga Demina, riwayat dan pengalaman hidupnya sangat berwarna-warni seperti cerita dongeng, baru kembali ke rumah keluarg Demina, menarik perhatian tidak sedikit orang….”

“Sekarang, yang aku bilang adalah, akhir-akhir ini di internet mengabarkan satu topik, juga topik yang paling panas sekarang ini, berdasarkan berita yang dikabarkan oleh orangtua asuh Safira, Safira demi hidup mewah, mencampakkan orangtua, dan menjadi musuh, membalas kebaikan dengan kebencian, kenapa bisa seperti ini?”

“Sekarang yang berapi-api dibahas oleh orang, tapi lebih banyak makian, mengingat orangtua asuh sudah membesarkan dan mendidik belasan tahun, dan juga dengan susah payah membesarkan sampai tamat universitas, sudah mengeluarkan upaya yang tidak kurang, tidak menyangka sampai terakhir ternyata membesarkan anak yang tak tahu terima kasih….”

Semua orang karena hal ini membandingkan kemarahan, bahkan tidak sedikit orang mulai ke perusahaan Steven protes, dan juga mempertanyakan dengan standar Steven menilai orang, dan juga curiga terhadap pandangan bisnisnya apakah juga tidak terlalu baik, bahkan ada orang kejam yang mulai memboikot produk perusahaan Steven, tepat pagi hari ini, saham perusahaan keluarga Himura sudah jatuh tidak sedikit….”

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu