Perjalanan Selingkuh - Bab 109 Pertemuan Dengan Steven (1)

“Karena kamu, waktu aku pulang ke rumah aku mencari tahu tentang keluarga Demina dan Himura, giok keberuntungan keluarga Demina dengan medali emas keluarga Himura, adalah pernikahan antara kedua keluarga yang awalnya bernama ‘Pasangan Cinta Paling Berharga’.”Sisi menatapku sambil tersenyum.

Aku mendengar berita tentang Steven lagi, hatiku terasa gugup, aku merasa seperti susah bernafas mau mati lemas.

Dulu, aku pikir aku akan melewati hidup sederhana bersama David seumur hidup, tak menyangka, di hidup manusia banyak persimpangan jalan, banyak terjadi hal tak terduga.

Dan yang paling tak terduga adalah Steven, aku menganggunya, dan jatuh cinta padanya, terakhir aku dicampakkan.

Dalam waktu singkat, aku merasakan asam masih pahit kehidupan, cinta ini datang dengan cepat dan pergi dengan cepat, seperti menghabiskan seluruh energi hidupku.

Kupikir, setelah melewati Steven, takutnya aku tidak punya keberanian untuk mencintai orang lain lagi.

“Aku dan Steven sudah tidak ada hubungan lagi.”

Sisi menatapku lalu menghela nafas, dan berkata: “Sebenarnya aku lihat Jason juga lumayan, kamu boleh mencobanya.”

Aku menggelengkan kepala tersenyum pahit: “Untuk sementara aku tidak ingin melibatkannya, waktu itu aku terlalu ceroboh.”

Aku teringat hari ini hari Senin, sudah janji mau cari Jason selesaikan prosedur perceraian, mengingat tentang ini, aku menarik laci mengeluarkan dokumen perceraian yang sudah kusiapkan semalam dan buku nikah.”

“Aku pergi sebentar.”

Sisi yang mendengar perkataan ku, berdiri dan meneriakiku: “Linda, apa kamu benar berencana cerai?”

“Surat nikah ini waktu itu hanya untuk mengatasi Weni, sekarang sudah tidak perlu.”

Dalam suatu hubungan aku tidak suka menunda-nunda, tidak suka, lebih baik putus, untuk apa saling membuang waktu.

Saat aku keluar rumah langit sudah gelap, tapi tak lama duduk dimobil, diluar sudah turun hujan rintik, supir menurunkan ku di depan perusahaan Justin, yang artinya dibawah perusahaan Justin, dan berkata padaku: “Mobil disini banyak, kamu turun disini seberang sendiri sudah sampai.”

Aku menganggukkan kepala, setelah memberikan uang pada supir, aku turun.

Kehujanan dimusim gugur memang sedikit dingin, aku memakai kemeja putih semuanya hampir menempel di tubuhku, aku hanya bisa membungkuk berlindung dari hujan di pintu masuk Perusahaan Steven.

Aku melihat ada ruangan kosong, saat aku berlari kesana, tiba-tiba menabrak lengan seorang pria.

“Kamu ini......”

Aku menengadah, mata marahku tertegun saat melihat orang didepanku.

Saat ini, aku dan Steven hanya berjarak satu sentimeter, dekat sampai aku bisa melihat dengan jelas setiap inci dari ekspresi wajahnya.

Dia mengangkat bibirnya, setelah melihatku, ada sedikit kejutan terlintas dimatanya.

Lalu, melihat kebawah, dia menundukkan kepala melihat ke bawah ada buku nikah yang jatuh ke lantai.

Aku mengikuti tatapan Steven yang melihat kebawah, melihat buku nikah yang terciprat beberapa tetes air, aku sibuk membungkuk mengambilnya.

Tapi jarakku dengan Steven sangat dekat, begitu membungkuk, kepalaku tepat berada di tempat Steven yang sulit untuk di deskripsikan.

Pada saat yang sama badan kami berdua kaku, Steven mundur selangkah.

Aku tidak berani melihat ekspresi wajah Steven, aku benci hingga ingin mencari lubang untuk bersembunyi, aku baru sadar diriku sangat tidak berguna, setelah bertemu dengan Steven, bahkan tidak bisa mengendalikan detak jantung yang berdegup kencang.

Dia seperti racun, seperti obat, ingin berhenti, tapi bertemu lagi, bahkan hanya mencium aromanya, hatiku berdegup kencang, wajahku merah.

Tanganku memegang erat surat nikah menundukkan kepala tidak berani melihat ekspresi wajah Steven.

Tiba-tiba, di hadapanku, ada satu tangan, Steven memegang ujung lain dari surat nikah dan langsung menariknya.