Perjalanan Selingkuh - Bab 40 Hubungan Terakhir

Bab 40 Hubungan Terakhir

Setelah makan, aku memasukkan barang-barang aku ke dalam koper, tetapi untungnya aku hanya tinggal selama satu hari, dan hanya mengeluarkan barang kebutuhan sehari-hari dan berganti dua helai pakaian.

Adit dan Sisi membantuku membawa dua kotak besar ke seberang.

Aku pertama kali melihat rumah ini, walaupun sangat dekat dengan Sisi, tetapi kamarnya lebih besar berlipat kali, ada lebih dari seratus kamera CCTV dan dekorasinya sangat indah.

“Presiden Steven kemarin membelinya agak terburu-buru, renovasi sekarang ini di renovasi oleh pemilik sebelumnya, tetapi tenang saja, perabotnya semuanya telah diganti.” Adit menjelaskan kepadaku dengan cepat.

“Sudah sangat bagus.”

Aku tahu, jika ini adalah kamar pembantu, pasti tidak mungkin di renovasi sampai sebagus ini, dan juga rumah yang sangat besar, jika kalau hanya bisa memberikan apartemen yang kecil saja aku sudah sangat berterima kasih.

“Peralatan dapur juga sudah dibeli semuanya, selain itu, pakaian juga sudah dibeli dan dimasukkan ke dalam lemari, kamu tinggal memindahkan barang-barang kamu dan sudah bisa tinggal di sini.”

Sisi memandang rumah ini dan berkata: “Aku sudah tidak sabar untuk pindah dan tinggal bersamamu, rumah ini sangat nyaman, tidak seperti rumahku yang seperti sarang siput.”

“Jika kamu ingin tinggal dirumah yang besar seperti ini, kamu bisa tinggal dirumahku.” Adit merangkul pinggang Sisi, dan berbisik ditelinganya.

“Hei hei…, aku tinggal di rumahku yang sekarang ini sudah sangat nyaman, yang paling penting adalah masih bisa menjadi tetangga dengan Linda.”

”selain belum biasa, lainnya sudah sangat bagus, tolong bantu aku mengucapkan terima kasih kepada presiden Steven.”

Aku mengitari rumah ini dan meletakkan koperku di kamar tidur.

“Kalau begitu baguslah, kami pergi dulu.”

Setelah berkata, Adit dengan paksa menarik Sisi yang masih belum tega untuk pulang.

Semuanya sangat bagus di sini, hanya terlalu sepi, aku membuka gorden, melihat pemandangan malam kota di luar jendela, dan warna lampunya sangat mempesona.

Aku tidak tahu berapa lama aku berdiri di sini, bahkan ada seseorang yang membuka pintu pun aku tidak mendengarnya.

Sampai tiba-tiba aku dipeluk dari belakang, aku terperanjat, dan aku dipeluk oleh Steven didalam pelukannya.

“Kenapa kamu bisa disini?” Aku memandangnya dengan terkejut.

“Hanya ingin datang saja.”

Dia memelukku dan langsung membawaku ke kamar mandi.

Aku belum pernah melihat kamar mandi, ketika Steven menyalakan lampu, aku melihat kamar mandinya juga sangat besar, dan yang paling menonjol adalah bak mandi untuk dua orang.

“Ini aku khusus menyuruh orang untuk menghiasnya.”

Steven langsung menempatkan aku ke dalam bak mandi dan mulai membuka pakaiannya satu per satu.

Aku melihat gerakannya dan tiba-tiba mukaku memerah dan jatungku berdebar dengan cepat.

Di kantor Steven kemarin itu dia melakukannya dengan lembut, tetapi kurang menyenangkan, jika aku bilang aku tidak merindukan tubuh Steven maka itu adalah sebuah kebohongan.

Ketika Steven membuka sampai tersisa sepasang celana pendek, aksinya tiba-tiba berhenti, aku memandangnya dengan gelisah, dan mataku tanpa sadar menunjukkan kekecewaan.

“Apakah kamu ingin melepaskan pakaianmu sendiri atau aku yang akan membantumu melepaskannya?"

Setelah berkata, dia mengulurkan tangannya sampai di depanku, hatiku terkaget, dan segera memegang kerah bajuku, tenggorokkan terasa kering dan berkata: “Aku sendiri saja!”

Aku membuka kancing bajuku satu per satu, dan Steven yang terus memandangiku membuat jari-jariku gemetar.

Kancing bagian tengah tidak dapat dibuka, Steven terlihat sangat tidak sabar, dia langsung berbalik badan, dan menggunakan mulutnya membantuku membuka kancingku, janggutnya menyentuh kulitku dan aku merasa gatal, napasnya yang hangat tersembur di dadaku, dan atmosfernya tiba-tiba mencapai titik ekstrem.

Steven menghela napas dan mengulurkan tangannya ke dalam pakaianku: “Biar aku saja! Jika ingin makan sesuatu, lebih baik kita sendiri yang beraksi.”

Kata-katanya mengingatkan aku pada kata-kata Sisi tadi sore.

kulitnya sangat lembut, sepertinya Steven tidak akan kekurangan makanan!

Sesuai dengan makanan di mulutnya, seluruh tubuhnya menjadi panas, dan kulitnya menjadi merah muda, seperti udang yang dimasak.

Steven membantuku membuka pakaianku, dan aku merasakan kepanasan yang ada di empat sudut ruangan ini, pada akhirnya aku menjadi bingung, sampai aku sendiri pun tidak tahun kapan bajuku sudah dibuka semua olehnya.

Hanya bisa membiarkan tangan Steven berkeliaran di tubuhku.

Kali ini, kami berpindah tempat dari kamar mandi ke kamar tidur, situasi pada saat itu sangat panas dan dahsyat.

Tiap kali jika Steven mengkhawatirkan tubuhku, aku akan memeluk pingangnya dengan erat dan menatapnya dengan penuh rasa kesedihan.

Dapat dikatakan bahwa, diriku yang sekarang ini merasa sangat tidak aman, aku dan Steven ditakdirkan untuk bersama hari ini namun tidak lagi besok, maka setiap kali aku berhubungan dengannya aku pasti akan menganggapnya kalau kali itu adalah kali yang terakhir.

Setelah selesai berhubungan, aku memejamkan mataku dengan lelah, dan terdengar suara Steven yang baru saja bangkit dari ranjang.

Aku berbaring diatas ranjang, melihat dia memakai bajunya dengan pelan, dan untuk tidak mengangguku tidur, dia pergi dengan tanpa suara sedikitpun

Dia mengira aku sudah tidur, tetapi dia tidak tahu bahwa aku sedang mengawasinya dari awal dia bangun sampai pergi kemudian menutup pintu.

Pada saat bayangannya menghilang, air mataku terus mengalir keluar dari sudut mataku tanpa henti, aku menutup mulutku untuk tidak mengeluarkan suara, tetapi aku hampir saja tidak bisa bernapas.

Dia sudah pergi, jam sembilan dia datang, dan pergi pada saat jarum jam menuju setengah sebelas, menemaniku selama satu setengah jam.

Semenjak dia pergi, aku menghitung detik demi detik sampai langit pun sudah terang.

Ini menyebabkan aku membawa sepasang lingkaran hitam di mataku saat pergi bekerja di hari berikutnya, sampai bedak pun tidak bisa menutupinya.

Dan yang membuat aku merasa tidak senang adalah ketita aku melihat wanita perut besar itu di kantor.

Maafkan aku karena memanggilnya seperti ini karena aku tidak tahu namanya sejak awal.

“Kamu pergi belikan aku segelas susu.” Wanita itu duduk di sebelah Steven dan menatapku sambil berkata.

“Baik!”

Aku mengangguk kepala, dan berbalik badan pergi.

Ada warung cepat saji di seberang perusahaan kami, aku membeli secangkir susu panas dan bergegas kembali ke kantor.

Baru saja menyerahkannya kepadanya, dia melihat susu yang ada tangannya dan mengerutkan keningnya, dan menatapnya dengan tatapan tidak senang: "Beli dari warung cepat saji?"

Aku mengangguk kepala.

“Tidak mau, aku tidak mau minum yang seperti ini.”

Setelah berkata, dia langsung menaruh susunya diatas meja.

“Kalau begitu, kamu mau yang dari mana?”

“Aku mau yang di beli dari pabrik Baida.”

“Jika pergi ke sana, harus naik taksi selama lebih dari setengah jam, dan sekarang jalannya sangat macet karena sedang jam kerja," aku mengerutkan alisku dan berkata padanya.

“Tetapi aku hanya minum yang di situ, aku ini juga sedang menjaga bayi yang ada di perut, kamu tahu kan bahwa wanita hamil itu harus berhati-hati untuk menjaga bayi mereka, mau tidak mau, kemauannya juga akan lebih banyak banyak.” Wanita itu membelai dan menyentuh perutnya dengan wajah yang lembut.

Aku tidak bisa menahan lagi dan langsung memandang ke arah Steven.

Melihat dia mengerutkan alisnya tetapi tidak menghentikannya, membuat hatiku agak sedih.

Lagipula, aku dulunya juga pernah mengandungi anak dia, namun setelah anak tersebut hilang, Steven baru sadar bahwa pernah ada keberadaan anak tersebut.

Tetapi sekarang, melihat wanita dengan perut yang besar itu di depanku, hati ku tiba-tiba merasakan iri.

Aku tahu bahwa ini tidak baik, mencoba untuk menyembunyikan perasaan ini, lalu mengangguk dan berkata “Baik”, lalu pergi lagi.

Setelah satu jam kemudian, tubuhku penuh keringat dan kembali ke kantor dengan membawa beberapa cangkir susu, sebelum masuk ke dalam kantor, aku mendengar Adit berkata: “Presiden Steven sedang rapat, kamu harus berhati-hati dengannya.”

Setelah berkata, aku harus berhati-hati dengan gerakanku.

Aku membuka pintu dan melihat wanita itu duduk di sofa dengan sebuah majalah di tangannya.

“Susunya.”

“Taruh saja! Aku sekarang tidak ingin minum lagi.”

Api di hatiku tiba-tiba muncul, tetapi aku berkata pada diriku sendiri bahwa dia adalah wanita hamil, bertahanlah.

“Kalau begitu kamu sibuk dulu, aku akan pergi bekerja dulu.” Aku berusaha untuk senyum lalu berdiri dan pergi.

”Linda, berhenti!” Wanita itu tiba-tiba berteriak.

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu