Perjalanan Selingkuh - Bab 98 Cerita di Belakang Kehamilan Ektopik

Aku tidak begitu optimis seperti Sisi, ketika aku sedang mengalami kesulitan mencari pekerjaan, kemudian orang tuaku barusan menjual Giok Keselamatan, Keluarga Demina belakangan langsung memanggil polisi untuk datang ke rumahku. Sangat jelas, keluarga Demina mengirim orang untuk mengikuti dan menyelidikiku. Gerak-gerikku semua ada di bawah mata mereka.

Memikirkan hal ini, hatiku merasa dingin.

Ketika aku berpikir tentang sertifikat medis di acara pernikahan, aku merasa merinding, aku tidak menyangka bahkan pada kehamilan ketiga Weni pun tahu, aku tidak tahu apakah dia tahu sebelumnya, atau setelah penyelidikan baru-baru ini?

Jika dulu, aku pikir Sunni tidak akan diam saja membiarkan aku hamil anak Steven. Jika dia ingin melakukan sesuatu terhadapku, apa yang akan dia lakukan?

Mungkin itu konspirasi pikiranku, semakin aku berpikir, semakin aku curiga.

Karena aku juga melakukan pemeriksaan pertama kalinya untuk hamil, pada saat itu dokter tidak mengatakan bahwa itu adalah kehamilan ektopik, tetapi ketika diperiksa kembali minggu depannya, dikatakan sebagai kehamilan ektopik ...

Aku tidak tahu apakah itu karena efek psikologisku, aku memikirkan mata dokter yang rumit dan merasa bersalah hari itu, dan aku berkeringat.

Jika tebakanku benar, maka perlakuan Keluarga Demina terlalu mengerikan.

Tidak - jika itu memang kebenarannya, aku tidak akan pernah memaafkan mereka.

Batas kesabaranku adalah anak. Jika mereka benar-benar berani melakukan apapun terhadap anakku, aku akan bekerja keras untuk mendapatkan keadilan kembali untuk aku dan anakku.

“LInda, ada apa denganmu? Mengapa mukamu sangat jelek?” Sisi menatap mukaku pucat dan bertanya dengan wajah khawatir.

Aku melihat ke Sisi: "Sisi, aku ingin melakukan pemeriksaan rahasia. Bisakah Kamu membantu aku menemukan rumah sakit dan dokter yang dapat dipercayai? Selain itu, hasilnya juga harus dirahasiakan."

Sisi terkejut dengan sikap seriusku. Dia menarik tanganku dan bertanya dengan gugup: "Linda, kamu tidak memiliki penyakit terminal apapun, bukan?"

Ketika mendengarkan kata Sisi, aku terdiam beberapa saat.

"Bukan -"

Aku tidak tahu bagaimana memberitahu Sisi tebakanku. Mungkin hal ini terlalu aneh, atau luar biasa, Sisi belum tentu percaya padaku.

Aku tidak ingin memikirkannya ke arah ini, tetapi begitu aku menemukan ide itu, aku tidak bisa menghentikannya.

“Bisakah hal ini disembunyikan dari keluarga Demina?” Aku menatap Sisi dan bertanya.

Sisi mengangguk dan meyakinkan aku: "Kamu jangan khawatir, keluargaku memiliki saham di sebuah rumah sakit, ada seorang dokter didalamnya merupakan teman sekelas SMA kakakku, dia merupakan dokter ginekologi, dia dapat membantumu memeriksa dan pasti akan dirahasiakan. ”

"Kalau gitu bagus."

“Linda, ada apa, dan perlu waspada terhadap Keluarga Demina, Apakah ini penting?” Sisi menatapku dengan khawatir.

"Aku hanya ingin tahu hasilnya. Jika aku tidak memeriksanya, aku tidak akan tidur nyenyak."

"Kalau gitu bagus, hal ini akan aku melakukannya dengan benar. Yakinlah, meskipun Keluarga Demina kuat, tetapi juga ada banyak orang kaya dan berkuasa di Kota Jakarta. Keluarga Demina tidak bisa menutupi semuanya di sini." Sisi berkata dengan lembut untuk menghiburku.

Bir yang awalnya dibawa untuk perayaan sudah semua diminum oleh kami berdua, sayang sekali, suasana minumnya tidak terlalu bahagia, hanya bisa dianggap sebagai mabuk-mabukan.

Setelah Sisi mabuk, dia bahkan menangis dan berteriak memanggil Adit. Dia juga sambil berteriak: “Dunia ini, siapa yang tidak bisa hidup jika berpisah dengan yang lain? Mengapa kita harus menggantung di pohon yang sama?”

Lalu dia marah dengan tidak jelas, dan memaki Adit adalah bajingan.

Dan aku memikirkan Steven, dan ketidakpedulian Steven kepadaku, aku juga ingin sekali belajar cara Sisi marah, tampaknya hanya dengan cara ini, dapat melampiaskan ketidakenakkan dalam hati.

Dalam kesan terakhirku, aku dan Sisi hampir bergiliran bergegas ke toilet muntah.

Sampai semua isi perutku dimuntahkan, dan kemudian aku berbaring di lantai dan tidur.

Setelah bangun, matahari di luar terik, aku mengucek pelipis yang sakit setelah mabuk, dan kemudian aku melihat Sisi, yang meletakkan kakinya di pahaku dan tertidur.

Dia memegang botol bir di tangan kanannya dan cakar ayam di tangan kirinya, aku tersenyum meilhat adegan ini.

Kemudian aku mengulurkan tangan dan membangunkannya: "Sisi, ayo bangun."

Ketika Sisi bangun dengan tersandung, baru saja mengulurkan tangan dan melihat kaki ayam berminyak di tangannya, dia melemparnya ke tempat sampah dengan tampilan wajah kekecewaan, dan kemudian melihat sekeliling kamar dengan rambut seperti sarang ayam.

“Aku mabuk tadi malam. Apa yang terakhir aku lakukan? Mengapa aku tidak mempunyai ingatan sama sekali?” Sisi menggaruk kepalanya dan tampak bingung.

Aku tidak minum sebanyak Sisi, dan masih ada beberapa ingatan terakhir, aku ingat bahwa aku dan Sisi sama-sama mengabaikan penampilan, dan otakku melewati garis-garis hitam.

"Jangan mempedulikan hal ini lagi, bantu aku berkemas, dan urusan rumah sakit ingat untuk menghubunginya."

Sambil mengatakan, aku berdiri di antara sampah-sampah, dan kemudian mulai membersihkannya.

Sisi memberi isyarat ok: "Tidak masalah."

Kemudian dia mencium bau pakaian di tubuhnya dan tampak jijik. Dia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi: "Tidak, aku harus mandi dan ganti baju, kalau tidak aku akan mati akibat bau menyengat."

Setelah Sisi keluar dari kamar mandi, aku sudah membersihkan kamar, Sisi membungkus tubuhnya dengan handuk mandi, dan menemukan satu set pakaian di lemariku dan memakainya.

"Melihatmu begitu mendesak, aku pulang dulu. Masalah ini tidak membutuhkan bantuan orang tuaku. Kakakku sudah dapat membantu." Dia berkata kepadaku sambil membawa pakaian yang telah dia ganti.

“Sisi, terima kasih!” Aku memeluk Sisi.

“Hubungan apa antara kita berdua? Kamu adalah teman sejati dalam hidupku. Sudah, aku akan membantumu menyelesaikan masalah ini.” Sisi menghiburku dengan menepuk pada pundakku.

Setelah Sisi pergi, sorenya langsung dapat kabar dan mengatakan bahwa dia telah menghubunginya. Dia meminta aku menunggu di hotel. Dia akan menjemputku nanti.

Sepanjang jalan, Sisi penasaran dengan pemeriksaan yang ingin aku lakukan.

"Kamu tidak hamil, pemeriksaan apa yang kamu mau lakukan?"

"Aku curiga bahwa hamil yang terakhir kali bukanlah kehamilan ektopik," aku memberitahukan Sisi keraguanku.

“Apa?” Sisi tiba-tiba menghentikan mobil dan menatapku dengan tidak percaya.

Setelah waktu yang lama, Sisi tergagap dan berkata: "Linda, hal ini sangat serius."

"Aku hanya curiga, jadi aku ingin mencari dokter dan memeriksanya lagi untuk melihat apakah bisa dilihat dari bekas luka aku melakukan operasi terakhir."

Ini hanya sebuah tebakan, dan hasil hanya bisa ditunggu setelah pemeriksaan.

Sisi menyetir mobil dengan sangat cepat. Tidak lama kemudian, kami tiba ke rumah sakit. Karena sudah memberitahunya di awal, aku langsung dibawa ke kantor dokter oleh Sisi.

Dokter itu masih sangat muda dan berusia lebih kurang 30 tahun. Dia terlihat cantik dan murah hati. Setelah aku memberitahu alasannya, dia berkata kepada aku, "Kamu berbaring di ranjang dulu, aku akan melihat di mana kamu melakukan operasi."

Aku berbaring di ranjang rumah sakit sesuai dengan instruksinya.

Dia memeriksa di daerah bekas luka operasi, selama proses itu, dia mengerutkan kening, tampak serius dan suasananya pun agak tertekan.

“Bagaimana?” Aku bertanya dengan gugup.

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu