Perjalanan Selingkuh - Bab 218 Permintaan Si Tua Ye

Baru saja Dennis membawaku keluar dari gerbang, kita melihat seorang kakek-kakek yang terlihat baik hati sedang membawa kandang berisi burung beo di tangannya. Dia berjalan perlahan ke arah kami.

“Guru.” Dennis memanggil orang itu.

Orang itu pun menoleh dan menatap ke arah kami. Kemudian tidak lama, tatapan matanya jatuh kepadaku.

Dennis melihat arah tatapan mata orang itu, dia pun mengenalkanku dengan berkata, “Ini adalah Safira, dia mau menemuimu untuk memeriksakan sakitnya.”

Aku pun menyapa Si Tua Ye, “Halo kakek Ye”

Aku pun dengan tidak maluya memanggilnya dengan sebutan kakek.

“Safira?” Setelah mendengar namaku, dia memandangiku dari atas ke bawah lalu berpikir sejenak dan mengangguk.

“Ternyata kamu adalah anak perempuan Keluarga Demina yang sudah kembali itu?”

Selesai bicara, dia pun berjalan dengan langkah besar ke gerbang rumahnya, “Hei anak muda, ikuti aku!”

Aku pun segera mengikutinya dari belakang, lalu dia berkata kepadaku, “Ketika kakekmu masih hidup dia sering sekali menceritakan tentangmu. Kakekmu selama bertahun-tahun ini sangat khawatir dan tertekan setelah tahu kamu hilang. Aku sudah menasehatinya berulang kali tapi percuma saja. Jadi aku hanya bisa membantunya memeriksa dan menyembuhkan kesehatannya sebagai seorang dokter. Tapi sayangnya untuk penyakit hati, aku tidak bisa mengobatinya.”

Mendengar dia berceloteh mengenai kakek, hatiku pun jadi sedih.

Aku sedikit membenci diriku sendiri, kenapa aku tidak mengingat semuanya lebih awal, kenapa aku kembali begitu terlambat? Bahkan aku masih belum memberitahu siapa diriku kepada kakek, juga belum berbakti di depan kakek.

Di dunia ini, hal yang paling membuat menyesal adalah ketika ingin berbakti dan membalas jasa seseorang tetapi sayangnya orang itu sudah tidak ada.

Halaman Si Tua Ye punya tiga pintu masuk halaman yang tampak begitu rapi dan elegan. Di halaman itu juga ditanami dengan beberapa bunga peoni dan bunga krisan. Tepat karena sekarang akhir musim gugur jadi bunga krisan itu bermekaran dan menambah keindahan dan warna dalam halaman yang indah itu.

Tercium juga aroma tanaman obat herbal yang samar di halaman itu, tidak terlalu menyengat dan tidak terlalu bau.

Setelah mengikuti Si Tua Ye masuk ke dalam ruang tamu, dia memintaku untuk duduk.

Belum sempat memeriksa nadiku dan hanya melihat raut wajahku saja, dia bisa langsung berkata, “Kamu ini ya, energi dan darahmuu dua-duanya kurang, bagaimana tubuhmu sampai bisa jadi seperti ini?”

Ada nada menyalahkan dalam ucapan Si Tua Ye, dia pun memelototiku dan berkata, “Kalian satu keluarga tiga generasi, kenapa bisa-bisanya satu persatu tidak tahu bagaimana menghargai dan menjaga tubuh kalian sih? Meskipun dokter luar biasa pun di dunia ini tidak akan bisa menjamin hidup kalian akan lama jika kalian terus merusak tubuh kalian sendiri. Seperti kakekmu yang lebih muda sepuluh tahun dariku, tapi kondisi tubuhnya begitu tidak baik. Orangnya lebih muda dariku tapi malah meninggal dunia duluan daripada aku.”

Ketika mendengar Si Tua Yesedikit sedikit terus membahas mengenai kakek, aku pun bisa tahu kalau hubungan di antara mereka pasti sangat bagus. Jadi meskipun kakek sudah meninggal, tapi tetap saja ada orang yang selalu menyebut-nyebutkannya dan menceritakan tentangnya.

Setelah selesai bicara, dia pun menggelengkan kepalanya lagi, “Coba lihat aku ini, setelah sudah tua begini jadi suka berceloteh dan mengomel. Sampai lupa membicarakan hal yang utama!”

Pada akhirnya, dia menoleh ke Dennis, “Dennis, kamu bantu periksa nadinya dulu.”

Dennis pun maju ke depan lalu berkata kepada Si Tua Ye, “Aku sudah membantunya memeriksa nadinya. Energi dan darahnya kedua-duanya kurang. Rahimnya trauma karena telah berulang kali keguguran.”

Selesai Dennis bicara, Si Tua Ye berkata kepadaku, “Ulurkan tanganmu, aku bantu kamu memeriksa nadimu lagi.”

Aku pun mengulurkan tanganku, setelah Si Tua Ye selesai memeriksa nadiku, dia pun berkata kepada Dennis, “Kamu kurang satu hal, ovarium kanan berubah bentuknya dan saluran tuba tersumbat.”

Aku tidak menyangka hanya dengan memeriksa nadi saja, dia bisa mengetahui semua masalah itu.

Padahal harusnya semua penyakit itu membutuhkan alat-alat periksa kesehatan agar bisa diketahui.

Ketika melihat aku yang sangat terkejut, Si Tua Ye mengelus jenggotnya lalu tersenyum, “Saluran nadimu ini tidak terhubung dengan baik ditambah dengan raut wajahmu yang tidak bagus ini, maka bisa langsung tahu kalau ini adalah penyakit ginekologis. Lalu menggabungkan dari berbagai aspek barulah bisa keluar kesimpulan ini.”

Bicara sampai sini, dia juga berkata kepadaku, “Aku akan membantumu meresepkan beberapa obat, kamu baik-baik memulihkan kesehatan tubuhmu dulu.”

“Berapa lama bisa terlihat ada perubahan yang baik?”

"Setengah bulan kedepan harusnya sudah ada perubahan yang baik. Tapi masalah kekurangan energi dan darahmu ini tetap butuh untuk diperbaiki dengan makan-makanan bergizi. Aku akan memberi sebuah list lalu sepulangnya dari sini, kamu berikan list ini kepada koki keluarga kalian. Aku jamin akan mengembalikan tubuh sehatmu. Namun, untuk malformasi ovarium kongenital ini, aku juga tidak bisa apa-apa.”

Mendengar semua ucapannya itu, aku buru-buru berterima kasih.

Aku ingat sekali dulu dokter pernah berkata kepadaku. Presentase kehamilanku sangatlah kecil sampai lebih baik diabaikan saja. Pada dasarnya telah menetapkan tidak akan ada kemungkinan untuk hamil lagi.

Aku tidak menyangka Si Tua Ye memberikanku harapan lagi, tidak usah harus minum setengah bulan obat herbal, meskipun minum satu tahunpun aku tetap bersedia sekali.

Aku sangat berterima kasih dalam lubuk hatiku dan aku ingin berterima kasih dengan memberikannya uang.

Baru saja aku mengatakannya, aku pun melihat Si Tua Ye menundukkan wajahnya, “Dasar kamu ini ya, persahabatanku dengan kakekmu sudah lebih dari puluhan tahun, mana butuh kamu berterima kasih denganku menggunakan uang. Apalagi, aku hanya tinggal seorang diri saja seperti ini, mana butuh uang yang banyak aku.”

Selesai bicara, dia menoleh dan memandang Dennis di sampingnya lalu menghela napas, “Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih, kalau begitu ketika Dennis, bocah satu ini ada masalah. Aku harap kamu bisa membantunya.”

Kalau ada masalah?

Walaupun aku tidak tahu kenapa Si Tua Ye berkata seperti itu, tapi karena jelas sulit sekali melihatnya mengajukan permintaan maka aku pun langsung mengiyakan.

“Anda tenang saja, selama aku bisa membantunya, aku pasti akan membantunya.” Kataku menjamin semua kepada Si Tua Ye.

Mendengar ucapanku ini, Si Tua Ye mulai meneteskan air mata.

Sedangkan Dennis pun langsung berlutut di hadapan Si Tua Ye ketika melihat Si Tua Ye mulai menangis dan membuka mulutnya.

“Dasar kamu bocah satu ini, kenapa kamu begitu terlalu begininya sih. Ayah dan ibumu sudah menyerahkanmu untuk aku rawat. Jadi aku bukan hanya gurumu, tapi keberadaanku ini juga sama seperti ayahmu sendiri.”

Mendengar ucapan Si Tua Yeini, air mata Dennis semakin menetes dengan derasnya.

“Pria hebat yang nantinya akan jadi seorang suami, kenapa menangis begini.”

Mendengar ini, Dennis pun langsung berusaha menghentikan air matanya yang terus menetes. Aku yang melihat pemandangan ini seolah melihat komunikasiku bersama dengan kakekku.

Walaupun setelah aku dewasa, aku hanya bisa dua kali bergaul, bertemu dan berkomunikasi dengan kakek. Tapi setiap kali itupun, rasanya sangat membekas di lubuk hatiku, membuat sisa hidupku bisa punya kenangan yang bisa aku ingat setiap jamnya.

Pada akhirnya Si Tua Ye meresepkan beberapa obat herbal dan juga list bahan makanan kepadaku.

“Berdasarkan dengan kemampuan Keluarga Demina, harusnya tidak akan sulit untuk mencari bahan-bahan tanaman obat herbal ini.”

Aku pun melihat list di resep itu. Selain ada beberapa bahan yang memang sangat sulit dicari, berharga dan mahal, bahan obat herbal yang lainnya sering aku temukan.”

”Yang paling baik menggunakan tanaman obat herbal yang tumbuh secara alami, hasilnya pasti yang terbaik.”

Aku mengangguk lalu memasukkan list bahan-bahan obat itu kemudian sekali lagi berterima kasih pada Si Tua Ye, “Terima sekali ! kakek Ye.”

“Tidak perlu berterima kasih. Kamu juga sudah mengiyakan permintaanku, kita berdua bisa dibilang sudah lunas dan tidak punya hutang budi satu sama lain.”

Selesai bicara, dia pun melambaikan tangan, “Pulanglah kamu!”

Aku mengangguk lalu pamit.

Baru saja aku keluar dari gerbang Si Tua Ye, aku langsung melihat Evan yang menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Dennis.

Setelah melihatku, aku pun menganggukkan kepalaku dengan pelan kepadanya.

Evan langsung berubah seperti ayam jantan yang marah dan memberdirikan bulunya, dia memelototikuku dengan marah, “Kamu datang kesini, tidak untuk mencari masalah dengan Dennis kan?”

Mendengar ini, aku seketika langsung tidak bisa berkata apa-apa. Alisku terangkat ke arahnya, “Aku tidak punya dendam apapun dengan Dennis, untuk apa aku mau cari masalah dengannya?”

Mendengar ucapanku ini, wajah Evan langsung berubah.

“Kalau begitu apa yang kamu lakukan di sini?” Wajah Evan jadi sedikit canggung memandangku.

Aku melirik ke gerbang di belakangku, “Aku kan juga tidak pergi ke rumah Dennis.”

“Ternyata kamu pergi untuk menemui Si Tua Ye !” ucap Evan tiba-tiba.

“Kamu mau cari Dennis?” tanyaku sambil mengangkat alisku.

“Apa ini masih perlu ditanyakan lagi.”

“Dia ada di rumah Si Tua Ye, kamu masuk saja untuk mencarinya!”

Aku malah melihat Evan yang tidak bergerak. Dia membuka mulutnya lalu bergumam, “Aku menunggu di sini saja sampai dia keluar.”

Novel Terkait

Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu