Perjalanan Selingkuh - Bab 239 Naik Gunung

Mengatakan, aku juga bangun dan memakai baju, mau ikut pergi dengan Steven.

Steven menghadangku: “Kamu tenang saja, aku sendirian malah lebih aman.”

Namun aku tidak percaya perkataannya.

Melihat pandangan mataku yang khawatir, Steven dengan suara ringan di samping telingaku berkata: “Aku dulu belajar satu teknik khusus pandai menyembunyikan jejak, ini belajar dari pengawal rahasia ibuku, dan mataku bisa melihat baranng di kegelapan, bagiku, mereka ada di tempat terang, aku di tempat gelap, menurut yah!”

“Apa tidak bisa besok baru pergi?”

Aku masih khawatir dengan Steven, luka di lengannya masih belum sembuh, kalau berkelahi pasti tidak bisa mengerahkan kekuatannya.

“Aku malah mau lihat malam-malam apa yang mereka lakukan.” Steven dengan mata yang berat, nada suara yang dingin.

Aku tahu Steven selalu keras kepala, tentang hal yang sudah diputuskan oleh pria itu tidak akan bisa tergoyahkan.

Dengan pikiran dan mata yang bimbang aku mengantar Steven pergi, baring di atas ranjang bolak-balik tidak ada keinginan untuk tidur sedikit pun, hati dipenuhi dengan khawatir.

Asal memejam mata, dalam otakku bisa muncul banyak sekali adengan, tidak sedikit semua adalah gambaran Steven terluka, gambaran ini mengejutkanku lebih tidak berani baring lagi.

Semakin lama, hatiku semakin khawatir.

Aku dengan mata terbuka menunggu sampai langit sudah hampir terang, setelah ayam berkokok, Steven dengan dibungkus embin kembali ke kamar.

Aku segera maju memeriksa badan Steven, melihat badnanya tidak ada luka tambahan, dalam hati baru lega.

Steven melihatku, kasihan mengelus mataku: “Semalaman tidak tidur yah?”

Aku tidak menjawab, melihat mata pria itu, air mata yang sedih hampir saja menetes.

“Besok-besok jangan melakukan hal yang beresiko lagi, aku sungguh sangat takut, sangat mengkhawatirkanmu.” Berkata, nada suaraku tersumbat oleh air mata.

Steven memelukku, dengan wajah yang kasihan melihatku, satu tangan dengan maja menyentuh rambutku yang panjang: “Lain kali tidak akan lagi.”

“Kamu lihat lingkaran hitam di bawah matamu sudah meraja, mata juga merah, kalau kamu ingin menangis, sepasang mata ini takutnya bisa rusak.”

“Kalau begitu kamu jangan pergi melakukan hal yang beresiko, kamu tidak tahu, aku semalaman tidak tidur.”

Wajah Steven dipenuhi kepenatan: “Sewaktu keluar rumah terlalu terburu-buru. Lupa bawa ponsel, tapi kali ini aku tidak kelihatan oleh mereka.”

Pria itu perlahan mengganti topik pembicaraan, bercerita tentang tempat peninggalan aliran Yun Yin.

Steven menerka di tangan mereka mungkin mendapatakn suatu info, jelas ada satu tujuan untuk menggali dan menemukan sesuatu di reruntuhan.

Aku sangat tertarik mendengarnya, hati ikut turun dan naik dengan perkataannya.

Ingin sekali rasanya sekarang juga langsung pergi mencari rahasia yang tertinggal di sana.

“Sekarang langit sudah terang, pergi lihat tempat apa yang mereka gali, lihat masalah ini apa ada bisa terangkai jadi satu.” Nada suaraku semangat melihat ke Steven.

Steven dengan nakal menggunakan tangan menyentil ujung hidungku: “Kamu sudah semalaman tidak tidur, nanti di atas gunung kamu bisa tidak ada tenanga, lebih baik tidur dan istirahat sebentar dulu saja!”

Mengatakan, pria itu menggendongku, lalu langsung meletakkanku ke atas ranjang.

“Aku tidak mau tidur, aku tahu sebentar lagi kamu pasti mau pergi.” Aku mencibir mulut, dengan maja melihat Steven.

Steven menghela nafas, baring di sampingku: “Sebelum aku datang sudah mengatakan hal ini dengan kakek ketiga, sekarang aku akan dengan sepenuh hati menemani kamu tidur.”

Mendengar perkataan Steven, aku baru tenang.

Tidur kali ini, aku langsung tertidur sampai siang, saat aku bangun Steven masih ada di sebelahku, tapi setelah aku membuka mata pria itu sudah terbangun.

“Waktunya bangun, kakek ketiga tahu kamu semalam tidur larut malam, tidak memanggilmu, tapi ketika siang hari, kita mau pergi makan ke rumah kakek ketiga.”

Mengatakan, pria itu turun dari ranjang mencari baju untuk aku pakai.

Dari koper mengambil keluar satu setel baju dia meletakkannya di atas ranjang, lalu langsung menggendongku dan menggantikan bajuku.

Aku masih setengah sadar, terserah Steven mau bagaimana mengaturku.

Tunggu aku dan Steven bangun dan juga selesai merapikan diri, lalu pergi ke tempat kakek ketiga sana.

Siang hari, selesai makan siang kakek ketika baru dengan wajah yang serius mengatakan ke kami: “Setelah kalian memberitahuku, aku pagi tadi membongkar seputaran buku peninggalan yang ada di rumah, juga mengabungkan hal yang dulu kecil dengar dari leluhur, baru teringat beberapa info.”

“Info apa?” Steven terus memandangi kakek ketiga bertanya.

Aku juga dengan wajah yang gelisah melihat ke pria itu, mungkin info ini ada hubungannya dengan sekomplotan orang itu.

“Setiap aliran memiliki ruangan rahasia, di sana bisa disimpan beberapa harta karun aliran tersebut, atau semua rahasia ketentaraan, aliran Yun Yin juga tidak terkecuali, tapi dulu beberapa orang itu membongkar dan memutar balik juga tidak menemukan ruangan rahasia tersebut, lalu marah kepalang saja membakar bersih tempat ini.”

“Kebakaran besar itu, bahkan membakar mati anak yang masih terbungkus kain bedung, sungguh sangat menyedihkan sekali.” Kakek ketiga berkata sambil menggeleng, dengan wajah yang bersimpati.

“Tapi bukannya aliran Yun Yin menyimpan barang-barang itu di tempat suci?” Aku melihat dan bertanya ke kakek ketiga.

“Barang-barang yang ada di tempat suci itu adalah sumber utama aliran Yun Yin, harta yang paling berharga, tapi ruang rahasia di sini tidak sama, hanya beberapa barang berharga biasa, digunakan sama seperti sebuah gudang saja.”

Berkata sampai di sini, pria itu menyipitkan mata, seperti sedang memikirkan sesuatu melihat ke jalan gunung yang tidak jauh itu berkata: “Tapi, kalau menyebut tentang harta karun aliran Yun Yin punya harta karun yang tidak terhitung, satu barang yang biasa juga bisa menandingi barang berharga di dalam kerajaan, semuanya adalah barang berharga yang sulit ditemukan di dunia.”

Wajahnya mengandung rasa bangga, merasa bangga hati terhadap keluarga semarganya.

“Aku ingin naik gunung lihat.”

Akhir-akhir ini aku sudah mendengar tidak sedikit hal-hal mengenai aliran Yun Yin dari Steven dan Weni, tidak bisa menyangkal, hal-hal itu lebih seperti legenda saja, sampai di sini, aku tentu saja ingin pergi melihatnya sendiri.

“Baik kalau begitu, baru selesai makan, kebetulan mencerna makanan, aku dan kalian pergi sama-sama.”

Mengatakan, kakek ketiga berdiri, bersiap berjalan keluar.

“Jalan gunung sana tidah mudah untuk jalan, apa kamu sungguh mau pergi?”

Aku sudah lihat gunung itu, memang tidak kecil, mau naik ke sana, sungguh perlu menghabiskan tidak sedikit tenaga, gadis muda seperti aku ini saja agak takut tenaga sendiri tidak mendukung.

“Beberapa tahun ini, aku setiap hari pergi berkeliling, juga bisa dibilang sudah melatih diri, kamu tidak lihat, badanku sehat seperti ini, itu karena setiap hari memanjat sana sini.”

Selesai berkata, langkah kaki yang berangin berjalan keluar.

Aku dan Steven buru-buru mengikuti, sudah berjalan setengah jam di jalan gunung ini, menoleh melihat Steven dan kakek ketiga memang sepertinya tidak apa-apa, tapi aku dari tadi sudah capek sampai mendengus.

Kakek ketiga melihatku: “Safira, kamu besok-besok perlu melatih diri yang baik! Kita keluarga Demina yang menjadi kepala harus bisa bela diri dan berpendidikan!”

“Tenagaku sudah meningkat dengan kecepatan tinggi.” Setelah dengan sangat sesak mengatakan selesai, aku pun bertanya ke mereka: “Masih berapa lama lagi sampai.”

Siapa sangka, Steven malah terus melototi batu besar di bawah dan melamun.

“Ada apa?” Aku penasaran melihat dengan mengikuti sorotan matanya, menemukan bahwa batu di atas kakinya terukir corak, meski sudah lama sekali, corak itu masih sangat jelas sekali.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
3 tahun yang lalu