Perjalanan Selingkuh - Bab 263 Aku Ingin Hidup

Mengenai pengobatan tradisional Tiongkok, aku kurang mengerti, tapi aku berpikir, walaupun pengobatan Tiongkok berefek, hasilnya juga lambat, butuh perawatan jangka panjang, dalam proses ini juga membutuhkan kekebalan dan fisik pasien yang kuat, mungkin tidak bisa mengembalikan kondisi tubuh yang baik dengan sepenuhnya, mungkin manusia bisa meninggal tiba-tiba karena penyakit sekunder.

“Aku ingin hidup, aku tahu sekarang kamu ada uang dan potensi, asalkan kamu mau, dokter terkenal di dunia ini bisa datang untuk merawatku, anggap saja permohonan terakhirku.” Dia tiba-tiba melihatku dengan tatapan bersinar.

“Di dunia ini begitu banyak orange yang berpotensi dan berkuasa, namun tidak dapat melewati wabah penyakit, dokter bukan Tuhan, tidak bisa mengobati segala penyakit.” Aku melihat dia dengan tatapan yang tenang.

“Aku tidak percaya, tidak percaya!”

Dia tiba-tiba mengila, dia mengambil buah di atas meja dan melemparnya ke arahku.

Melihat buah itu akan dilempar dibadanku, tidak tahu sejak kapal Steven masuk ke kamar sakit, dia bergegas menghadang di depanku

Apel itu jatuh di tubuhnya, dia tidak mengerutkan dahinya, hanya berkata dengan dingin kepada ayah Linda: “Dulu kamu tidak pernah memberikan sedikit kehangatan kepadanya, sekarang dengan alasan apa membuat permintaan seperti itu?”

Ayah Linda emosi sampai mengulurkan tangannya, dengan tangan yang gemetar menunjukku: “Karena aku mencari nafkah dan membesarkannya.”

“Tapi kalian mengakhiri hubungan kalian dengan pembayaran biaya membesarkannya sebanyak dua puluh juta rupiah.” Steven berkata dengan dingin.

“Aku tidak mendapat uang dua puluh juta rupiah itu, semua dengan ibunya, tidak ada hubungannya denganku, aku ingin hidup, aku hanya ingin hidup.” Setelah mengatakan dua kata terakhir, pandangan membawa permohonan.

“Selama kamu bekerja sama dengan perawatan dokter pasti bisa.”

Meskipun sekarang tidak dapat menyembuhkan kanker sepenuhnya, tapi melewati pengobatan, juga mampu menstabilkan kondisi penyakit, bahkan ada yang terkena kanker, masih bisa bertahan hidup bertahun-tahun.

Nampaknya Ayah Linda tidak puas hanya dengan beberapa tahun ini.

“Tahun ini aku baru saja 50 tahun.” Ayah Linda menatap langit-langit dan berkata dengan santai.

“Baru saja pensiun, belum menikmati hari-hari tua, waktu kecil, hidup miskin, makan pun tidak kenyang dan akhirnya aku masuk ke Universitas, tapi menikah dan mempunyai anak, agar memiliki pendirian teguh di kota, menempatkan anak di kampung halaman, bersikap hemat sepanjang hidup, juga tidak menghasilkan uang yang banyak, aku berpikir setelah pensiun, akan berpergian jalan-jalan, menikmati hidup, namun sekarang belum saja mulai menikmati, aku sudah jatuh sakit …..”

Dia berbaring disana dan mengoceh, tidak peduli ada yang mendengarkan atau tidak.

Bisa dibilang, dia sekarang mendesak ingin hidup dengan sehat, ini menjadi obsesinya, jadi setelah tahu bahwa ibu Linda mengambil uang itu untuk berinvestasi ke pasar saham, langsung berkelahi dengan ibu Linda, karena dia kehilangan semua harapan, sehingga dia menyentuh pisau.

Harus bahwa, selama ini aku hidup bersama mereka, jangan melihat amarah ayah Linda begitu tinggi, bahkan menghukumku secara fisik atau memukulku, tapi tidak pernah bersikap kasar kepada ibu Linda, bisa dibilang suami yang baik.

Tidak menyangka, kali ini, sampai menyentuh pisau, sungguh mengagetkan.

“Aku akan menyari cara untuk menemukan dokter terakhir untukmu, tapi hasilnya bagaimana aku kurang jelas.”

Sesudah aku berbicara, aku memberi jeda dan bertanya lagi kepadanya: “Aku tidak mengkhawatirkan ibu angkat?”

Tiba-tiba aku penasaran, sejak aku masuk ke kamar sakit, dia tidak bertanya sekatapun kondisi ibu angkat.

Harus dikatakan, dalam kondisi hidup dan mati, sepasang suami istri yang saling mencintai menampakkan keegoisan diri.

Dia terdiam sebentar.

Setelah beberapa menit, aku berkata: “Aku hanya menusuk bahunya sedikit, tidak akan mati.”

Sesudah berkata, langsung membalikkan badan.

Aku menarik Steven keluar dari kamar sakit, hati merasa kacau.

Melihat Puput di luar, melihat mukanya yang lemas, aku berkata padanya: “Kamu istirhatlah!”

Puput menggelengkan kepala: “Tidak apa-apa, aku sudah meminta izin kepada atasan, besok tidak pergi kerja, hari ini aku menghabiskan malamku di sini!”

Harus dikatakan, Puput adalah seorang anak yang baik hati, banyak hal yang dia lakukan lebih baik dariku.

Saat berpikir, lampu di ruangan operasi menyala, pintu terbuka, dokter berjalan keluar.

“Siapa anggota keluarga?”

Puput segera kedepan, aku juga mengikuti dibelakang.

Mendengar dokter berkata: “Luka sudah dijahit, nanti akan diantar ke kamar sakit.”

Sesudah berkata, melihat ibu Linda yang pucat terbaring diatas ranjang rumah sakit dan didorong keluar dari ruang operasi oleh dokter dan peawat.

Aku mengikuti dokter dan perawat memasuki kamar sakit.

Steven yang mengatur dua kamar sakit yang mewah ini, aku duduk diatas sofa, menunggu dia bangun.

Kemudian mengatur agar Puput tidur diranjang penemani.

Puput bersikeras menahan rasa kantuk dengan menggelengkan kepala: “Aku tidak ngantuk, kak Linda, kamu tidurlah sebentar!”

“Tidak apa-apa, kamu tidurlah!” Aku menasehati Puput .

“Aku juga tidak ngantuk, serius.”

Sesudah berkata, dia berkata kepada Steven: “Atau anda yang istirahat dulu”

Steven menggelengkan kepala: “Tidak perlu.”

Kita bertiga menolak, akhirnya aku memecah suasana, dengan bertanya kepada Puput : “Bagaimana pekerjaanmu?”

Puput membeku sebentar, berkata padaku: “Semenjak kamu pergi, mempekerjakan seorang sales lagi bekerja bersamaku untuk saat ini pekerjaannya baik-baik saja.”

Sesudah berkata, dia menatapku dengan hati-hati: “Kak Linda, aku ingin bertanya kepadamu.”

Aku sedikit terkejut, tapi tetap berkata: “Apa yang ingin kamu tanyakan?”

Setelah mendengar kata-kataku, Puput baru tersenyum dan bertanya kepadaku: “Apakah kamu adalah putri dari presdir perusahaan kami, yang sekarang bernama Safira?”

“Bagaimana kamu mengetahuinya?” Aku bertanya sambil sedikit tersenyum.

Dia berkata dengan sedikit canggung: “Aku dengar dari paman dan bibi berkata saat bertengkar.”

Aku tidak menyangka karena ini alasanya, kelihatannya saat mereka cikcok masih membahas aku, tapi aku tidak tertarik dengan apa yang mereka katakan saat bertengkar.

“Aku tidak menyangka, masalah menjadi begitu mistik, anda beneran anaknya presdir, luar biasa!” Puput menatapku dengan iri.

“Jangan begitu melihatku, aku bukannya bertambah tangan kaki, bagaimana aku sebelumnya, sekarang masih sama.” Aku memandang Puput dengan lucu.

“Bagaimana bisa seperti itu, kamu bisa dianggap sebagai atasan tingkat atasku, mulai sekarang aku adalah karyawanmu, selanjutnya mohon perhatian dan pengawasan anda,” sambil berkata, Puput masih berlagak aneh dan bertunduk kepadaku.

Melihat kondisinya sudah kembali normal, aku juga merasa lega.

Pada saat ini, melihat orang diatas ranjang rumah sakit sudah bangun.

“Air ….”

Mendengar suara, aku segera menuangkan segelas air, menyerahkan padanya.

Lalu menggunakan kapas menaruhkan pada bibirnya, kemudian melihat pupilnya fokus dengan perlahan, pandangan jatuh pada mukaku.

“Linda….”Dia menatapku dengan hampa, membuka mulutnya dan bergumam.

Aku tidak membetulkan kata-katanya, hanya bertanya kepadanya: “Sekarang sudah lebih baik?”

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu