Perjalanan Selingkuh - Bab 213 Masih Sama Dengan Dulu

"Lulu, kamu diam!" Weni dengan marah meneriaki Lulu.

"Mengapa takut? Apakah kamu mengira dengan menutupinya maka aku tidak akan bisa tahu lagi?" Lulu dengan angkuh melihat kearah kami.

Jantungku berdetak dengan keras sebentar . Melihat penampilan mereka seperti ini, jelas mereka tahu sesuatu.

Tapi ini semua jelas-jelas adalah rahasia keuarga Demina. Bagaimana mereka bisa tahu?

Aku tidak bisa menahan diri dan melihat ke arah Weni. Jangan-jangan dulu ibuku pernah mengungkitnya.

Weni mengerti maksudku dan menggelengkan kepalanya untuk memberikan isyarat bahwa dia sendiri tidak pernah mengatakannya.

"Masalah ini tidak hanya diketahui oleh kalian, melainkan orang yang tahu juga tidak sedikit!"

Berbicara tentang ini, Lulu tertawa dengan lebih jahat lagi.

Melihat penampilan Lulu, hatiku muncul sedikit kecurigaan . Meskipun Siro Likan akhir-akhir ini bergaul dengan banyak orang, tetapi dia sama sekali tidak ada seluk beluk untuk mengetahuinya. Bagaimana caranya dia bisa tahu tentang masalah ini?

Aku selalu merasa bahwa ada orang di balik Siro Likan, tetapi aku tidak tahu siapa yang ada dibelakangnya itu.

"Berbicara tentang ini, aku menjadi teringat bahwa jimat itu adalah barang milik keluarga Demina. Kamu juga sudah harusnya kembalikan kepadaku, sunny." Weni menatap Sunni dengan dingin dan mengatakan itu.

Sunni mendengar Weni mengungkit namanya lalu dia berjalan mundur beberapa langkah dan menatap tajamnya : "Apa yang sedang kalian bicarakan, aku tidak mengerti."

"Tidak mengerti?" Weni menyindirnya.

"Kembalikan jimat itu, jimat itu adalah milik keluarga Demina." Weni berkata sambil melangkah maju kedepan.

Seluruh tubuhnya penuh dengan kewibawaan, sama seperti dia biasa berdiri di kantor dan menghadapi bawahannya.

Tekanan semacam ini, membuat Sunni menjadi tidak tahan.

"Aku tidak ada, aku tidak ada jimat itu."

Sunni menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan tegas.

"Kembalikan jimat itu. Jangan membuat aku mengulanginya lagi. Ini adalah pusaka milik keluarga Demina. Kalian tidak pantas memiliki ini." Weni menatap tajam Sunni dengan kejam.

Keringat dingin yang ada di muka Sunni semakin lama mengalir semakin banyak. Akhirnya, dia tidak tahan dan terjatuh duduk dilantai disaat Weni jalan mendekat.

"Aku tidak tahu. Barang itu sudah lama hilang, sekarang cari pun tidak akan ketemu lagi."

Suaranya bergetar dan matanya tidak memandang kearah pembicara, sudah jelas dia sedang berbohong.

"Kamu berbohong."

Weni yang tinggi melihat ke dia yang pendek di bawah.

"Weni . Dia hanya anak-anak, apa yang bisa kamu paksakan dari dia?" Lulu tidak tahan melihatnya dan langung menghalangnya dari depan Sunni.

"Sekarang banyak bicara juga tidak ada gunanya. Kalian sudah harus pindah dari sini. Selain itu, ini semua adalah barang-barang milik keluarga Demina, jangan harap bisa mengambilnya."

Steven Himura menatap tajam mereka dengan dingin.

Ketika Siro Likan mendengar ini, dia menjadi marah dan berkata : "jangan khawatir, aku Siro Likan tidak menganggap beberapa barang murahan ini."

"Betul juga, kamu tidak menganggap beberapa barang murahan ini karena nafsumu lebih besar, dan berencana untuk mengambil segala barang milik keluarga Demina. Sayangnya, Tuhan memiliki mata dan tidak akan membiarkan kamu lakukan itu."

Weni lanjut berkata : " Kamu hati-hati. Mulai dari besok aku akan membawa kembali barang-barang ku semuanya dari kamu satu per satu."

Siro Likan sangat marah sampai tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Akhirnya, di depan pandangan kami, Siro Likan dan istrinya meninggalkan vila hanya dengan pakaian yang mereka kenakan tanpa membawa apapun.

Seluruh marga Likan dan juga para pelayan semuanya juga dipecat.

Orang-orang ini kurang lebih sudah mengkhianati Weni. Pada awalnya, ketika Weni masih gila dan sering dibuli, orang-orang ini pura-pura tidak melihat apapun, Bahkan ketika dia ingin mencari bukti untuk membuktikan bahwa dia telah didorong jatuh dari tangga oleh Lulu, Orang-orang ini tidak ada satupun yang berani memberikan bukti saksi mata.

Tidak peduli bagaimana orang-orang ini menangis dan tidak ingin pergi, Weni juga akan mengusir mereka tanpa ampun.

Tapi hal-hal seperti ini sangat mudah diatasi, Dengan menelpon Fuji dan tidak perlu banyak pertemuan lalu menyuruh dia membawa pelayan-pelayan yang lebih baik dan lebih memenuhi kriteria untuk mengantikan mereka.

Weni langsung membuang semua barang yang berkaitan dengan Siro Likan seperti semua barangnya terinfeksi dengan virus.

Dia berdiri di sana dan mengarahkan pelayan untuk menghapus semua jejak Siro Likan yang ada di dalam rumah itu.

"Sepertinya sudah waktunya untuk mendekorasi ulang rumah ini. Pada awalnya, tata letak rumah didekorasi sesuai dengan apa yang disukai oleh Siro Likan. Seleranya benar-benar jelek." Berbicara tentang ini, Weni merasa jijik.

"disitu juga, betul betul, buang saja bunga-bunga itu.”

"Kalau begini,apakah masih ada tempat untuk tinggal?"

Ketika Steven Himura mendengar ini, dia buru-buru mendorong kursi rodanya kemari dan berkata sambil tersenyum : "Kebetulan, kamu boleh tinggal di tempatku."

Weni melambaikan tangannya: "tidak apa-apa, kami tinggal di vila tempat tempat ayah tinggal semasa dia masih hidup."

Berbicara tentang ini, Weni sedikit menoleh ke aku dan berkata : "tempat itu tidak berubah sama sekali sampai sekarang, selalu dekorasi yang disukai oleh kakek kamu. Kamu juga harusnya sudah memiliki sedikit gambaran tentang tempat itu."

Berbicara tentang ini, dia berkata kepada aku : "ayo pergi! Aku bawa kamu lihat-lihat. Selain itu, ada banyak hal yang menarik disana!"

Sambil berbicara sambil membawaku ke arah lain, dan Steven Himura Cool juga dengan segera mengikuti kita.

Tempat ini adalah tempata dimana aku bertemu lagi dengan kakek. Vila ini sedikit lebih tua dari sebelumnya.

Dekorasi interiornya mengunakan perpaduan gaya barat dan cina. Ruang tamu ada perabotan yang terbuat dari kayu mahoni yang sangat berharga. Perabotan ini sudah dipakai dengan sangat lama. Setidaknya ketika aku masih kecil, sudah ada perabotan ini. Kakek sangat menyukainya dan menghargainya. Setelah bertahun-tahun, perabotan itu masih dijaga dengan baik.

Bahkan perabotan di sini juga sama dengan yang dulu dan tidak berubah.

Ketika sampai disini, aku merasa sangat nyaman dan tidak asing dengan tempat ini dan seperti ada perasaan pulang ke rumah lagi. Aku masih ingat bahwa kakek dulu suka berlatih di sana.

Di dinding juga ditempelkan dengan bingkai yang berisi tulisan tangannya sendiri yang menandakan kemakmuran dan keharmonisan keluarga.

Novel Terkait

Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu