Perjalanan Selingkuh - Bab 134 Yosi Vinna adalah Anak Perempuan Itu (1)

Adit menganggukan kepalanya, lalu mengulurkan tangannya, di telapak tangannya terletak sebuah kunci.

"Tolong serahkan kunci ini pada Sisi." Ketika mengucapkan ini, raut wajah Adit terlihat suram.

"Kalau kamu ingin berpamitan, katakanlah sendiri padanya!"

Aku memalingkan mata, langsung membalikan badan dan berjalan menuju sofa.

"Adit, aku benar-benar memandang rendah dirimu, lihatlah, bahkan keberanian untuk menghadap Sisi saja kamu tidak ada." Aku menggelengkan kepala, penuh kekecewaan.

"Adit adalah anak yatim piatu, ia bisa bertahan hingga hari ini, adalah hasil dari kegigihannya berjuang, di belakangnnya tidak ada siapapun yang menopang, jika dibandingkan dengan Evan, ia terlalu lemah, pilihannya saat ini sangat bijaksana." Ucap Steven dengan datar.

"Jika saja masih ada sedikit harapan, masih lebih kuat daripada tidak ada sama sekali."

Bicara jujur, sebenarnya aku tidak terlalu setuju dengan Adit, hubungan percintaan ini, aku menganggap Sisi berkorban jauh lebih banyak daripada Adit, namun di saat-saat kritis ia selalu memilih untuk mundur.

Mungkin di luaran sana, Sisi dianggap sebagai seorang pengacara tegas, wanita tegas sesungguhnya, parasnya terlihat cantik.

Tapi aku tahu Sisi adalah kebalikannya, ia menjadi pengacara untuk melindungi keadilan, ia bukan wanita kuat, dan lagi ia lebih menghargai perasaan lebih dari siapa pun.

Sebagian orang tidak mengatakannya di bibir, bukan berarti mereka tidak peduli. Sisi adalah salah satunya.

"Lagipula, Evan, meski aku tidak pernah bertemu dengannya, tapi aku pernah mendengar, setiap-setiap selalu memiliki gosip dengan artis, khas seorang hidung belang, apakah kamu benar-benar rela membiarkan Sisi menikahi orang seperti itu?" Aku memandang Adit berharap ia merubah pikirannya.

Adit tersenyum pahit: "Tapi aku dan Sisi juga tidak mungkin bersama, aku juga tidak bisa apa-apa mengenai hubungannya dengan Evan."

"Pengecut."

Aku memelototinya dengan kesal, lalu berbalik dan berjalan keluar.

"Linda, kamu mau kemana?"

"Aku ingin membeli tiket terpagi menuju Jakarta."

Aku menjawab tanpa menoleh sedikit pun.

Ketika hampir saja pintu lift tertutup, Adit berlari menghampiri sambil terengah-engah, tangannya menghalangi di antara pintu lift, berjalan masuk: "Aku pergi bersamamu."

Dan di belakang Adit ada Steven yang mengikutinya.

"Kuantar kalian berkunjung ke rumah keluarga Sila."

Selesai berbicara, Steven menoleh menatapku: "Hal tentang Yosi Vinna yang ingin kamu lacak juga kebetulan harus pergi ke Jakarta dulu."

Sepertinya sepagi apapun tiket pesawat menuju Jakarta yang kami beli, kami juga akan tiba pada malam hari.

Saat ini juga pergi berkunjung tidak terlalu sopan, oleh karenanya kami memesan hotel untuk semalam.

Ketika malam tiba, Steven dengan cepat menemukan foto masa kecil Yosi Vinna.

Ketika ia memperlihatkan foto tersebut padaku, aku terpaku seluruhnya di tempat.

Perempuan itu, ternyata benar adalah gadis di dalam foto, ternyata Yosi Vinna memang ada hubungannya dengan Ayah dan Ibu.

Melihat wajahku yang pucat, Steven bertanya: "Kamu mengenalinya?"

Aku malah tidak tahu harus menjawab apa, hatiku kacau tidak karuan, yang ada di pikiranku adalah, bagaimana Ayah dan Ibu memiliki sangkut paut dengan Yosi Vinna?

"Mana arsip tentangnya?"

Berlalu sekian lama, aku baru kembali pada nalarku, lalu sibuk bertanya pada Steven.

"Semua tentangnya ada di sini. Sebenarnya aku mengetahui sedikit tentang kejadian tahun itu, Yosi Vinna adalah anak yang diselamatkan oleh keluarga Demina di tahun tersebut, setelah ia siuman, ia menyebut dirinya anak yatim piatu yang tidak memiliki Ayah dan Ibu, keluarga Dharma melihatnya sebagai gadis yang pintar dan penurut, lalu merawat segala keperluannya, akhirnya pun mengangkat dia sebagai cucunya sendiri."

Steven menjelaskan garis besar mengenai Yosi Vinna.