Someday Unexpected Love - Bab 28 Seperti Duduk Diatas Tumpkukan Jarum (1)

Dia menutup telepon, mengangkat wajahnya tampannya dan tersenyum pada Helena He, lalu mengaitkan jarinya.

Sinar matahari yang lembut mengelilingi sekitar dia, mobil tren bagaikan lelaki tampan, seberapa godaan, wanita biasanya tidak bakalan menahan, tetapi dia siapa? Dia Helena He, orang yang sudah lewat usia idiot punya wanita sisa yang menyedihkan.

Wanita bisa bersia-sia, tetapi harus realistis, selalu ingat, meskipun kamu memenuhi syarat untuk bersia-sia, kamu juga tidak dapat bersia-sia terlalu lama.

Dia membuang-buang kepalanya, mencoba membuat dirinya agak sedikit sadar. Dia menatap wajah Dennl Du yang sempurna itu kemudian memperingatkan dirinya sendiri: Jangan sampai tergoda dengan kegantengan itu, kalau tidak, masa yang akan datang kamu bersiap untuk menghitung bekas luka tiap hari!

Baru saja membuka pintu kamar untuk keluar, sebuah bayangan orang bersosok didepannya: Helena He, Ibumu suruh aku menanyakanmu, depan rumah kita tegak seorang lelaki itu beneran Dennil Du kah?

Melihat ke arah ruang tamu, Yulia Yang sedang duduk di sofa, meskipun ekspresi wajahnya tenang, tapi telinganya bertegak tinggi.

Dia ingin dengar, tetapi ingin diketahui dari mulut orang lain, sendiri ingin mengetahui jawabannya.

Bener, Helena He melintasi ayah dan berjalan ke pintu ruang tamu.

Jika orangnya sudah sampai depan pintu rumah, kalau gitu ajak dia masuk kedalam duduk sebentar, Yulia Yang akhirnya berbicara, nadanya tidak sulit terdengar agak sedikit urgensi.

Aku tanya dulu. Dia mengangguk acuh tak acuh.

Ketika keluar dari rumah baru tahu, satu kompleksnya sangat ramai, banyak komentar berterbangan, pria wanita yang tua yang muda, dan wajah-wajah itu penuh dengan ekspresi gosip.

Kamu ingin memberikan aku apa? Dia menanggung tekanan untuk dihakimi dan pergi ke depan Dennil Du.

Dennil Du dari mobil mengeluarkan kotak dengan kemasan dengan indah : pakaian, aku meminta teman yang di dunia fashion bantu memilihnya.

Bukan pakaian yang kenampakan betis dan dada kan? Helena He dengan wajah pahit melihatnya, dalam pemikirannya mengenal fashion itu karena mamer baru bisa dikatakan modis.

Jika pakaian yang demikian, dia rasa orang tua Dennil Du juga akan menolaknya, bukan karena pemikiran feodalisme lama, tetapi firasatnya keluarga seperti dia, pasti sangat mementingkan etika dan kesopanan.

Tentu saja tidak, Kamu kira mau pergi renang? Nampak betis nampak dada, bisa juga dia kepikiran gitu.

Bagus lah, Helena he merasa lega, dengan canggungnya dia menunjuk pintu rumah sendiri: Mau gak…masuk duduk sebentar?

Dennil Du mengait bibirnya, menyempit berkata: Kenapa mengundangnya agak begitu terpaksa?

Dia juga merasa enggan, tapi dia mengerti orang tua mata duitannya jiaka ketemu Dennil Du akan bertindak apa, tapi gak jelas kalau Dennil Du tahu orangtua nya serakah bakalan berpikir apa…

Bukan, aku cuman takut kamu sibukkan, kamu tiap hari sesibuk itu…perkataan belum selesai, tapi dia tiba-tiba memotongnya: Gak masalah, sesibuk apapun juga seharusnya berpamitan sebentar.

... Helena He ingin mengatakan, sebenarnya tidak berpamitan juga tidak masalah, sangat tidak masalah!

Tunggu sebentar. Saat dia sudah melangkah kakinya, ia buru-buru memberhentinya: Lain kali aja, pilih hari lain baru secara resmi bertemuan, malam ini aku mesti bersiap-siap terlebih dahulu untuk bertemu dengan orang tua mu, kamu bertemu dengan orangtuaku gak bisa hanya sekalian begitu saja kan?

Dennil Du memikirkannya sebentar, juga benar demikian.

Okelah, kalau begitu aku pergi dulu, nanti malam jam 7 aku menjemputmu

Melihat Dennil Du berlahan pergi, dia dalam keadaan suasana tertekan dan sesak terus menghela napas sepanjang-panjangnya.

Sambil memegang kotak dengan kedua tangannya, dia masuk rumah tanpa ekspresi. Seperti yang dia dugakan, Yulia Yang dengan cemas berdiri berkata: Dianya?

Siapa? Helena He pura-pura bingung.

Menantu lah.

Jangan panggil begitu manis, kami belum menikah.

Yulia Yang berjalan mendekatinya, pertama kali dia memakai nada yang lembut berbicara dengannya: Itu bukankah hal cepat lambatnya, kamu sudah mengandung anaknya, aku panggil menantu juga wajar kan.

Dia bilang lain kali baru datang dengan kalian pamitan lagi, hari ini datangnya terlalu terburu-buru, tidak bawah hadiah apapun.

Helena He tidak karena Ibunya tiba-tiba begitu lembut merasa terkejut, tetapi sebaliknya dia muncul rasa sedih yang tak jelas, dia tidak perlu hubungan kasih sayang keluarga yang berkaitan dengan harta uang.

Hei yo, gak bawa ya gak bawa lah, kasih uang pun juga sama. Terjangkau dan mudah! Dia Steven He sangat menyesal bergegas ke luar pintu, tidak putus asa melihat kiri-kanan lagi..

Rasa kecewa dalam hati tidak dapat ditersembunyi lagi, dia sudah duga kalau hasilnya demikian, kalau Dennil Du tadinya tidak pergi, dia tidak tahu bakalan bagaimana menghadapin rasa malu yang begini.

Bahkan tahu ini hanya pernikahan yang tanpa cinta, dia tidak ingin orang lain meremehkan dirinya sendiri.

Bahkan dia dari awal tidak jika pernah memiliki modal untuk sombong, dia juga ingin mempertahankan prinsip-prinsipnya dan harga dirinya yang rendah hati ini.

Mulai sekarang, harus belajar beradaptasi dengan segala hal.

Menatap kotak hadiah yang indah di tangannya, Helena He tidak berani berpikir adegan malam ini. Wajah yang lembut itu sangat khusus. Dia dan Dennil Du tidak memiliki perasaan percintaan antara pria dan wanita, tetapi mereka harus berakting dan menunjukan ke orang lain tanpa disadarin oleh siapa pun.

Membuka kotak hadiah itu, Pandangan yang masuk dalam mata adalah satu set gaun putih sederhana yang mengungkapkan gaya mewah, dengan pola warna yang sama dari sulaman tangan, serta kristal, manik-manik dan yang terhubung pada gradien warna membuatnya terlihat semakin cemerlang dan halus.

Buka kertas labelnya, kata-kata 'Chanel' serasa sangat silau.

Menunduk kepala berhening sejenak, dengan tegasnya mengembalikan pakaian itu masuk kedalam kotak, saat ini tiada orang yang mengetahui apa yang dipikirkan olehnya, tapi dia sendiri mengerti dia sedang melakukan apa.

Sekalian mengambil sweter rajutan lavender dari tumpukan pakaian di tempat tidur, ditambah sepasang celana putih bersih. Dia menatap wanita pada cermin. Tiada penampilan yang mewah lagi, tetapi punya gaya yang lembut dan elegan yang biasa tidak muncul di wanita biasa lainnya.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu