Someday Unexpected Love - Bab 195 Wiily He Dicelakai Orang (2)

Helena He sedikit sedih melirik kearah Ibunya, "Ibu, sekarang rumah kita tidak sebanding lagi dengan dulu, dulu walaupun bertengkar, tapi setidaknya anggota rumah satupun tidak ada kurang, tapi sekarang? Ayah hilang begitu lama, sudah cari tak ketemu, satu rumah kurang satu lelaki, masih termasuk namanya rumah kah?"

Yulia Yang menunduk kepala, mengisap-ngisap hidung, dan menelan ludah berkata, "Juga tidak tahu apakah dia terkena kecelakaan tidak, kenapa satu manusia hidup bisa hilang begitu saja...."

"Sudahlah, kamu juga jangan sedih lagi, orang yang dikirim oleh Dennil masih belum pulang, mungkin bentar lagi sudah ada kabar.“

Helena He tidak tega melihat ibunya begitu sedih, kemudian menghiburnya.

"Tit...tit", diluar terdengar suara klakson mobil, dia segera berdiri, "Dennil sudah datang, aku pergi dulu ya."

"Baiklah, kalau ada kabar Ayahmu, ingat beritahu padauk."

"Tahu, beberapa hari ini bantu jagai adikku, jangan lepas dia keluar cari masalah lagi!"

Helena He keluar dari ruang tamu, diluar Dennil Du bersiap untuk masuk kerumah, disambut oleh Helena He, dia tersenyum berkata, "Aku masih khawatir, kamu tidak keluar-keluar, apakah bersiap untuk nginap dirumah Ibu kamu...."

"Mana mungkin, aku kalau menginap disini, aku tak bakal menelepon kamu suruh kamu jemputku."

Naik mobil, dia bersaran, "Dennil, kita pergi makan malam mau gak?"

"Kamu perut lapar?", tanya dia sambil senyum.

"Ya...."

"Baiklah, ingin makan apa?"

"Ingin makan.....", Helena He berpikir-pikir, "Terserah lah."

"Tidak ada makanan terserah yang dapat dimakan."

"Aku bilang terserah makan apa saja!"

Dennil Du mengangguk kepala, "Kalau gitu aku yang berkeputusan."

Dia mengendari mobil ketempat restoran yang elegan, masih belum masuk kedalam, Helena He sudah mendengar suara lagu yang menyedihkan."

Dia menghentikan mobil, mengandeng tangannya masuk kedalam. Pelayan dengan ramah melayani mereka, membawa mereka ketempat yang bersih, dan memberi menu makanan pada mereka, Dennil Du menunjuk Helena He, ”Beri pada istriku."

Helena He mengambil menu makanan dari tangan pelayan, sekilas melihat sebentar, terus ambil pena cetang beberapa.

"Sudah, ini saja."

Dia beri menu makanan pada pelayan, terus mulai menimbangkan tata restoran ini, tembok dinding yang putih bersalju, dekorasi langit-langit yang unik, ditengah tergantung lampu kaca yang indah dan unik, rumbai-rumbai yang indah menusuk silau cahaya.

Sekitar dinding terpajang gambaran oil yang indah, sekali lihat ini bukanlah restoran, malahan adalah istana yang penuh dengan arti puitis, yang paling menarik perhatian orang adalah, lagu yang diputar dalam restoran ini, sebuah lagu yang halus, yang dinyanyikan melalui ribuan emosi, ada sedikit kesedihan dan kekhawatiran yang mengalir. sajak seruling, penuh dengan ribuan gaya, menafsirkan cinta kesepian yang dalam.

"Dennil, kamu sering kesini kah?", tanya dia yang penasaran.

"Datang beberapa kali."

"Kamu tahu lagu yang diputar sekarang berjudul apa?"

"The Herd's Daughter"

"The Herd's Daughter?", Helena He mengangguk kepala, "Enak didengar."

"Ya, adalah sebuah lagu yang bagus.", dengan penuh kasih sayang memandang dia, "Sekarang mood kamu sudah agak baikan belum?"

Terkejut sambil mengangkat kepala, "Aku tidak ada bermood jelak...."

Dennil Du menyulurkan tangan mencubit pipinya, "Jangan bohongiku, ekspresi wajah kamu tak bakal lari dari mataku."

"Benaran tidak ada..."

Suara dia sedikit mengecil, ada semacam kecemasan yang muncul karena lubuk hatiku terngintip oleh orang. Bahkan malam ini, karena masalah Willy, membuat suasana hati dia benar-benar kurang baik.

"Ya sudahlah, jika tidak ada ya tidak ada, mengisi perut adalah hal yang paling penting dulu."

Dia tidak lagi memaksa untuk bertanya padanya, hal yang tidak ingin ia katakan, dia selalu berbaik hati untuk dia mengukit. .

Secara tidak sengaja, perasaan sejati yang telah lama hilang terbangun lagi, oleh karena itu mata jadi sedikit basah, wajah yang kaku menjadi rasa tergerak lagi, dan suasana hati yang acuh tak acuh perlahan-lahan diresapi, dilembabkan, dan dilelehkan ...

"Ketika angin datang dan hujan juga datang, hujan turun, dan awan mulai menangis setelah dipeluk oleh angin. Tak bakal pernah lupa lagi, kebaikan kamu kepadaku, kena tipu kamu hingga tua..." Helena He berkomat-kamit, ia dengan tatapan mata penuh kasih sayang yang sama menatap Dennil Du.

Lagu seperti Bahasa manusia, manusia seperti inti lagu, lagu ada kasih, manusia pun juga ada kasih.

Pelayan itu membawa hidangan sepiring-piring kemari, Helena He menelan-nelan ludah, berkata pada Dennil Du,“Aku mulai gerak dulu."

"Geraklah.", dengan manjanya dia tersenyum.

Restoran ini tidak hanya memiliki lingkungan yang baik, rasanya juga lebih enak, Helena He makannya pun juga senang. Saat pertengahan makan, dia tiba-tiba berdiri dan berkata, "Aku mau ke itu bentar, kamu makan dulu."

Dennil Du tidak menanggapi sesaat, dengan santai bertanya, "Yang mana?"

Dia sekejap terkaku, kemudian wajah dia penuh dengan kederitaan berbisik pada telinganya, "Kencing..."

Dia pergi ke kamar mandi, ketika dia keluar, dia sedang menunduk kepala mencuci tangannya, ada satu sosok yang tak asing melayang melewatinya.

Helena He kejut dan memutarkan kepala, ia mengejar dengan cepat dan berteriak, "Michelle..."

Michelle Yang berhenti, perlahan-lahan berbalik, dan tersenyum pada Helena He. Tidak tahu kenapa, Helena He merasa senyuman dia begitu pahit.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu