Perjalanan Selingkuh - Bab 91 Harus Menikah Dalam Tujuh Hari

Pengawal mengulurkan tangan dan menarik aku, tetapi menyadari aku memegang tangan Kakek dengan erat, sedikit meragu :”ini .....”

Weni melihat momen ini, maju ke depan, dengan mata merah menatap aku, kemudian menampar aku dua kali :”Linda, ayahku meninggal karena kamu, kamu adalah pelakunya, masih berani datang ke sini ?”

Tenaga Weni yang sedang emosi sangatlah kuat, pipiku merasa panas, tidak perlu melihat, juga sudah tau pasti sudah bengkak, tetapi aku tidak peduli terhadap hal ini, dengan keras kepala aku menatap dia :”Aku ingin mengantar Kakek untuk terakhir kali.”

“Linda, apabila kamu mencoba menyentuh batasan terakhirku, aku akan memberitahu kamu, konsekuensi dari perbuatan kamu ini.”Weni berbisik di telinga-ku.

Saat ini Sonya buru-buru lari ke sini dan menarik aku :”Tante, maaf, aku akan segera membawa Linda pergi, dia bukan sengaja, dia hanya ingin mengantar Kakek untuk terakhir kali.”

**(Sonya adalah nama asli Moli di keluarga Steven)***

Setelah Weni melihat Sonya, ekpresi wajahnya menjadi lembut.

“Sonya, lain kali kamu harus hati-hati dalam memilih teman, jangan sampai di pergunakan orang lain.”

“Terima kasih atas perhatiannya tante, tetapi, Linda adalah teman yang sangat baik.”

Selesai berkata, Sonya dengan memaksa membawa aku pergi.

Pada akhirnya, aku diseret keluar dari aula rumah duka, setelah Sonya menarik aku ke dalam mobil, akhirnya merasa lega :”Linda, apakah kamu tidak tahu, kamu sekarang sudah benar-benar membuat Weni marah.”

Sebenarnya, dari awal, aku tidak berpikiran ingin membuat Weni marah, tetapi hal ini tidak berjalan seperti apa yang telah direncanakan, hubungan aku dengan Weni sudah ditakdirkan tidak bisa berdamai.

“Awalnya aku berpikir setelah beberapa hari ini, Weni melupakan kamu, membawa kamu pergi dari kota ini, tidak menyangka, saat ini kamu melakukan hal ini, ingin dia melupakan kamu itu adalah hal yang mustahil.”Sonya menhembuskan nafas.

Akan tetapi hatiku dipenuhi rasa sedih, teringat Kakek yang terbaring diam di dalam peti, rasa sakit didalam hatiku seperti di tusuk ribuan bahkan ratusan jarum.

Setelah Sonya berkata, menyadari bahwa emosi-ku tidak stabil.

“Linda, ada apa denganmu ? “

Aku mendongak, melihat dia :”aku merasa sangat sedih, sangat sedih.”

“Meskipun aku dengan kakek hanya berinteraksi beberapa kali, di dalam hati aku merasa sangat sedih, tetapi tidak seperti kamu .....”berkata sampai sini, Sonya tidak tau harus bagaimana lanjut mengatakan.

Aku tau, aku sendiri saja juga merasa aneh, aku bukan orang yang berhati lembut, hingga merasa sangat sedih karena seorang yang berhubungan telah meninggal, tetapi kecuali kakek, didalam hati aku benar-benar merasa sangat sedih, sangat sedih.

Karena aku masih demam, aku dipaksa Sonya untuk kembali ke rumah sakit.

Di keesokan harinya, Sonya telah menemukan handphone-ku, dan saat ini baterai sudah diisi penuh.

Aku mengambil handphone, melihat beberapa panggilan yang tidak terjawab, semua panggilan tersebut dari Kota Jakarta.

Aku langsung telepon balik, dan ternyata adalah kantor polisi di Jakarta, kedua orangtuaku ditahan di kantor polisi, uang dari hasil menjual giok keselamatan semuanya sudah di sita.

Mendengarkan kabar ini, handphone yang di tanganku jatuh.

Aku teringat kata-kata Weni, dia akan membuat aku menyesal …….

Teringat momen ini, aku kabur dari rumah sakit lagi, keluar dari gedung rumah sakit, aku berpapasan dengan Steven.

Dia mengerutkan alis dan melihat aku :”Linda, mengapa kamu keluar ?”

Aku menarik baju dia, dengan mata yang merah dan ekpresi yang cemas berkata kepada dia :”cepat, bawa aku ketemu Weni, aku ingin ketemu Weni.”Kalimat terakhir, aku hampir mengatakan dengan berteriak.”

Steven juga terkejut melihat kondisiku sekarang, dia tau aku sedang ada masalah, dan tidak menghentikan aku, langsung menarik aku sambil berjalan, sambil berkata :”baiklah, aku akan membawa kamu kesana.”

Steven membuka pintu mobil, aku langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.

Steven menyalakan mobil, menginjak pedal mobil, memutar balik mobilnya dan keluar dari rumah sakit.

Aku kembali lagi ke rumah, karena Steven, tidak ada yang menghalangi, aku mengikuti dari belakang Steven masuk ke dalam ruang tamu.

Weni sedang memakai baju santai, kelihatan beristrirahat duduk di atas sofa, melihat aku masuk ke dalam, dia tertawa sinis dan melihat aku :”aku sudah bilang, kamu akan menyesal.”

Weni terlihat lebih kurus dibandingkan saat pertama kali saat aku jumpa dia, dan kelihatan tidak segar, tetapi ini bukan inti-nya, aku penuh dengan amarah sekarang, tidak kepikiran untuk mengasihani dia.

“Lepaskan kedua orang tuaku, semua ini tidak ada hubungan dengan mereka berdua.”

“Mengapa tidak ada hubungannya ? karena mereka berdua yang melahirkan kamu, dan kamu membunuh ayahku, jadi, kalian tidak bisa melarikan diri dari masalah ini.”Weni menatap aku, dengan cara berbicara yang sinis.

“Aku sudah bilang, aku tidak membunuh Kakek, apabila bisa, aku akan memberikan nyawaku kepada kakek, dan berharap dia bisa sehat selalu dan panjang umur.”berkata sampai sini, air mataku jatuh lagi.

Tatapan Weni sepertinya tersentuh, tetapi segera, dia menyeringai :”Jangan berakting, manis sekali mulutmu, tidak mengherankan ayahku bisa tertipu dengan kata-katamu. “

“Lepaskan kedua orangtuaku, apabila kamu belum puas, biarkan aku saja, tetapi masalah ini tidak ada hubungan dengan mereka berdua.”aku dengan ekpresi keras kepala menatap Weni.

Weni melihat kearahku :”Anak berbakti yang sangat menyentuh, baiklah, aku akan melepaskan kedua orangtuamu, tetapi kamu ——”

Berkata sampai sini, tatapannya tertuju di antara aku dan Steven.

Aku sepertinya mengerti, menahan rasa sakit hati, berkata kepada dia :”kamu jangan khawatir, aku dan Tuan Steven sudah tidak ada hubungan sama sekali.”

Steven melihat kearah Weni dan berkata :”Tante, apabila kamu karena hal ini mempersulit dia, maka itu tidak perlu, dari dulu aku sudah bilang, hanya Safira yang bisa menjadi istriku.”

Mendengar kata-kata Steven, Weni menunjukkan ekpresi senyum.

Sedangkan aku, seluruh tubuhku merasa dingin, apabila Steven sudah memutuskan hanya ingin menikahi Safira seorang, dan, mengapa dia menjemput aku dari kota Jakarta, dan berjanji akan memberikan aku sebuah status ?

“sudah mengerti ?”Weni menatap aku dan menyindir.

Aku menahan rasa kesal, mendongak dan menatap Weni :”jika kamu masih ada permintaan lain, lanjutkan saja.”

“Di dalam tujuh hari ini, kamu harus menikah, siapapun itu ?”Weni melihat aku dan berkata.

Ketika mendengarkan permintaan ini, hati aku merasa sakit, dan melihat kearah Steven, melihat mata Steven tiba-tiba membesar, sangat jelas bahwa dia juga tidak menyangka Weni mengungkapkan permintaan seperti ini.

Aku hanya merasa tenggorokan aku kering dan sakit, dalam waktu yang lama, mengatakan satu kalimat ini :”Bisakah kamu memberitahukan aku, apa tujuanmu ?”

Weni melototi aku :”Sangat simple, aku tidak percaya kamu, kamu bisa membuat kekacauan di acara tunangan putriku, artinya kamu mencintai Steven tanpa memikirkan segala kegilaan ini, dan, satu hari kamu tidak menikah, putri-ku satu hari tidak bisa nyaman, jadi, agar putri-ku bisa nyaman, kamu harus menikah.”

“apabila aku sudah menikah, anak gadismu tetap tidak ada rasa kenyamanan bagaimana ?” aku tidak bisa menahan untuk melihat dia, dengan ironi.

“Untuk hal ini, kamu tidak perlu mengkhawatirkan, aku berharap kamu bisa menemukan seseorang secepat mungkin, apabila tidak, apabila kamu tidak keberatan biarkan aku membantu kamu memilih satu.” Weni menatap aku dengan tatapan yang dingin.

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu