Perjalanan Selingkuh - Bab 114 Steven, Pasti Jadi Milikku (2)

Tapi tak dapat dipungkiri, tebakanku yang paling terakhir mampu membuat hatiku sedikit lebih manis.

Saat menutup pintu, tidak tahu kenapa tanpa sadar wajahku tersenyum.

Setelah aku tiba di lobi hotel, senyuman di wajahku memudar.

Weni duduk di sofa lobi dengan anggun minum secangkir kopi, setelah melihatku, dia mengangkat matanya dan melambaikan tangan padaku.

Hatiku sedikit gugup, menyipitkan mata, dan tidak ingin mempedulikannya.

Mendengar nada bicaranya yang dingin: “Kalau kamu tidak mempedulikan perkataan ayah dan ibu mu, kamu bisa keluar dari sini.”

Aku yang mendengar perkataan Weni, memegang tas dengan sekuat tenaga, lalu menarik nafas dalam-dalam, dan berjalan kearah Weni.

Tapi begitu aku mendatanginya, dia langsung menamparku.

Tamparan ini sangat sakit dan pedas, aku memandangnya dengan marah.

“Tamparan ini, untuk putriku.”kata Weni yang berdiri, dan menatapku dengan tajam.

“Sunni mencelakai anakku hingga mati, dasar tidak punya hati, tangan kejam, aku hanya menamparnya dua kali, nona Weni benar ingin melindunginya tanpa membedakan mana yang benar dan yang salah.” aku memegang wajahku, mengejeknya tanpa rasa takut.

“Jadi ku kembalikan dua tamparan padamu, selain itu, kamu hamil anak Steven, menurutmu meskipun sudah dilahirkan apa masih bisa dipertahankan?” Weni menatapku sambil tersenyum sinis melihatku.

“Bukan kalian yang memutuskan anaknya bisa dipertahankan atau tidak.” Aku memandang Weni dengan wajah penuh kebencian.

“Weni, sekarang kamu bersikap seperti ini padaku, bukannya harusnya aku yang tidak berdaya?” aku memandang Weni dan tersenyum ringan.

Weni mengangkat dagunya, menatapku dengan sarkastis: “Bagaimana aku memperlakukanmu, itu karena kamu yang tidak tahu diri.”

Selesai mengatakannya, dia mengeluarkan selembar cek dari dalam tasnya, dan memberikannya padaku: “Ini 1 milyar, aku harap kamu menjauh dari sini, dan jangan pernah hubungi Steven lagi.”

Aku menerima ceknya, memandang Weni dengan senyuman sinis, dan langsung merobek ceknya, lalu melemparkannya ke wajah Weni.

“Sorry, semakin kamu ingin aku melakukan begitu, semakin tidak ingin aku melakukannya, Steven, pasti jadi milikku——”

Setelah mengatakannya, aku balik badan pergi.

“Kamu benar tidak berencana merawat orang tuamu?” suara Weni sedikit dingin, disertai dengan ancaman.

Aku berbalik badan, memandangnya dan berkata: “Kalau keluarga Himura tidak bisa melindungi mereka, aku tidak ada cara lain, terlebih lagi, hubunganku dengan Sunni tiada akhir selain kematian, dendam diantara kita berdua, tidak terselesaikan.”

Selesai mengatakannya, aku melangkahkan kaki dan pergi.

Setelah meninggalkan hotel, aku langsung pergi ke tempat Jason.

Aku meneleponnya, memberitahunya aku di lantai bawah gedung kantornya, setelah menunggu hampir lima menit, Jason keluar dari dalam perusahaan.

Dia memakai setelan jas berwarna hitam, yang dirancang khusus untuk body fit pria yang proporsional.

Ditambah dengan fitur wajahnya yang indah, bisa dibilang, itu impian pasangan setiap wanita.

Dan aku ini, seorang wanita yang menempati posisi itu tapi tidak dapat memenuhi kewajiban apa pun, juga harus memberi jalan bagi orang baik.

“Sudah tidak sibuk?” aku menyambutnya dengan senyum.

“Ehn.” Jason menganggukkan kepala: “Setelah pulang kerja hari ini, aku bantu kamu pindahkan barang ke apartemenku.”

Mendengar perkataan Jason, aku sibuk melambaikan tangan: “Tidak perlu.” aku mengeluarkan buku nikah: “Aku datang untuk mengurus proses perceraian denganmu.”

Begitu aku mengatakan kalimat ini, wajah Jason menjadi suram.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu