My Cute Wife - Bab 97 Sudah Dewasa Dan Sudah Bisa Menghamburkan Uang

"Temperamen bibi kedua sungguh baik." Levana An menghela nafas, "Akan kupatahkan tangannya, jika dia berani menyentuhku tadi."

Lindsay Chu: "..." Anak gadis, jangan mengucapkan kata-kata kejam seperti itu dengan serius.

Di sisi lain, di kantor CEO Li’s Corp.

Bryan Li mendengarkan laporan Riley Sun sambil membuka layer ponsel. Penasaran dengan pesan teks apa yang baru masuk. Sudut mulut pria itu naik tak tertahan setelah melihat jelas konten pesan teks itu.

Melihat ini, Riley Sun tidak tahan bertanya, "Hal bahagia apa yang ditemui CEO Li?"

Alasan mengapa Riley Sun adalah asisten khusus ada di sini, dia sangat mengerti Bryan Li, dan lelaki itu sekarang memang ingin membicarakan hal ini dengan seseorang.

"Istri saya sudah dewasa," kata Bryan Li sambil tersenyum.

“Hah?” Riley Sun tidak mengerti.

"Sudah bisa membelanjakan uang," Bryan Li dengan cepat mengetik dengan ujung jarinya. "Dia pergi ke toko emas khusus yang membuat perhiasan menurut pesanan dan membeli perhiasan dengan harga lebih dari satu juta RMB. Aku sangat senang."

Riley Sun: "..." Kalian seperti lukisan bertema pasangan suami istri yang elegan dan aneh. Yang satu tidak mau menghamburkan uang, dan yang satunya malah memaksa pasangannya untuk menghamburkan uang. Riley Sun mendesah di dalam hatinya setelah melihat CEO Li telah meningkatkan limit kartunya menjadi 10 juta RMB. Sudahlah, jumlah ini hanyalah uang kecil bagi CEO Li. Tidak bisa dibandingkan dengan kebahagian nyonya.

“Levana, apa kakimu sakit?” Lindsay Chu sangat memperhatikan Levana An, tidak tahan untuk bertanya, melihat sepatu hak yang dikenakannya cukup tinggi.

Levana An menggelengkan kepalanya: "Tidak sakit. Ibu telah secara khusus menukar sepatu hak yang lebih rendah, mengetahui aku akan keluar dengan bibi."

Lindsay Chu: "..." Hubungan yang sangat baik.

Tapi sebenarnya, "ibu" yang iducapkan Levana An harusnya ibu tirinya, bukan? Wanita yang terlihat lemat dan penakut itu. Aku dengar ibu kandung Levana An meninggal setelah tiga tahun melahirkannya. Tetapi pertanyaan-pertanyaan ini tidak mudah untuk ditanyakan, dan hanya mengiyakan, menanggapi perkataan Levana An.

Siapa sangka Levana An tidak menganggap Lindsay Chu sebagai orang luar, "Meskipun ibuku bukan ibu kandungku, tetapi dia sangat baik padauk. Pada awalnya, aku mengira bahwa dia berpura-pura, dan kemudian hari aku baru mengetahui bahwa dia tidak dapat memiliki anak dan dengan sepenuh hati menganggapku sebagai putrinya." Selesai berbicara, Levana An melihat Lindsay Chu, "Apakah Bibi Kedua merasa aku menyedihkan?"

Lindsay Chu tertegun, "Mengapa bertanya seperti ini?"

“Di belakangku, orang-orang selalu bilang aku menyedihkan.” Levana An menjilat bibirnya yang pecah-pecah.

Lindsay Chu menariknya ke toko minuman dingin dan meminta dua gelas air lemon. Kemudian berkata kepada Levana An, "Sebaliknya, aku rasa kamu sangat beruntung. Aku tidak pernah merasakan kasih saying seorang ibu, tetapi saya pikir itu pasti perasaan yang dapat membuat orang-orang merasa hangat. Ibu kandungmu telah meninggal, tetapi masih ada satunya lagi yang terus menyayangimu. Levana, kau sangat beruntung."

Mata Levana An menjadi cerah dan dia tersenyum dengan sangat lucu, "Mengapa paman kedua begitu beruntung dapat menikahimu?"

"Emm, permisi." Seorang pria muda berjalan dengan ponselnya dan menatap lurus ke arah Levana An. "Bisakah kau memberiku cara menghubungimu?"

Levana An tidak terkejut dengan situasi ini, ekspresinya tidak berubah. Tetapi tanpa menunggu balasannya, Lindsay Chu berkata: "Tidak bisa, dia sudah bertunangan."

"Begitu.." Lelaki itu masih agak keras kepala. "Kalau begitu, jadi teman juga boleh kan yah."

"Tidak boleh." Lindsay Chu menolak.

Pria itu mulai tidak sabar, dia menoleh melihat Lindsay Chu, kemudian terkejut dan bertanya tiba-tiba, "Kalau begitu, apa kamu sudah bertunangan?"

Lindsay Chu tercengang dan berharap dapat menampar wajahnya, "Maaf, aku sudah menikah."

Pria itu pergi dengan enggan. Di sisi yang tak terlihat dari Lindsay Chu, Levana An menundukkan kepalanya dan tersenyum cerdas, tidak cocok dengan penampilannya.

Bibi kedua ini sangat menarik, pikir Levana An.

Lindsay Chu berjalan-jalan dengan Levana An sampai sore hari. Tidak membawa banyak barang di tangannya, selain perhiasan dan beberapa pakaian. Levana An ingin mencoba sebuah restoran Jepang, maka dari itu Lindsay Chu menelepon Bryan Li untuk memberitahunya bahwa dia tidak akan pulang untuk makan.

“Setelah duduk, kirim alamatnya padauk. Aku akan menjemputmu,” Bryan Li berkata dengan suara berat, “Malam hari tidak aman.”

"Oke, kamu mau makan bareng?"

“Tidak, jarang-jarang kamu keluar bermain sepanjang hari. Nikmati saja harimu.” Nada bicara Bryan Li penuh dengan memanjakan dan menggodanya, sampai telinga Lindsay Chu merah mendengarnya.

Restoran Jepang ini memiliki ruang privat, hanya saha harganya akan lebih mahal daripada di lobi. Mengingat Levana An yang dibesarkan dengan sendok emas, Lindsay Chu berencana untuk mengambil ruang privat. Tak disangka Levana An langsung mencari tempat bersih di lobi dan duduk, kemudian bergegas melambaikan tangannya pada Lindsay Chu.

Wajah keduanya sangat cantik, dan banyak orang yang diam-diam melirik kea rah mereka.

Setelah selesai memesan makanan, Levana An menyedot jus jeruk dan berbicara ke Lindsay Chu, "Bibi kedua, apakah kau tidak merasa repot setelah menemani saya sepanjang hari?"

“Bagaimana mungkin?” Lindsay Chu menatapnya sambil tersenyum. Dia memperlakukan Levana An sebagai seorang adik perempuan. Kurangnya pengetahuan gadis itu tentang dunia membuatnya merasa sedikit khawatir.

"Bibi kedua sangat baik. Jika lain kali aku panggil bibi kedua, bibi kedua harus mau menemaniku yah."

“Tidak masalah, demi mendengar pujian ‘bibi kedua sangat baik’ sepanjang hari.” Lindsay Chu melambaikan tangannya.

Rasa makanan restoran ini sangat enak. Lindsay Chu dan Levana An sama-sama lapar. Setelah makan setengah kenyang, Levana An memesan sebotol shochu lagi dan melihat ekspresi kaget Lindsay Chu. Levana An tersenyum malu-malu, "Ingin minum sedikit saja."

Lindsay Chu: "Baiklah, hanya sedikit yah."

"Cih.. apa serunya minum berdua? Mari duduk sini dan ramai-ramai minum bareng." Beberapa pria di meja sebelah meraung mabuk.

Lindsay Chu memandang mereka tanpa merespon dan pada saat yang sama berbisik kepada

Levana An, "Ayo cepat makan."

Salah satu pria yang seperti bos besarnya menatap Lindsay Chu sambil minum, dan dari waktu ke waktu matanya tidak focus. Setelah sebotol minuman kerasnya selesai, dia akhirnya tidak bisa menahan diri dan berjalan menghampiri dengan terhuyung-huyung. Tetapi kakinya jatuh tidak stabil di samping meja Lindsay Chu, dan gelas jus jeruk di meja berhamburan kemana-mana. Beberapa orang di belakangnya tiba-tiba tertawa.

Lindsay Chu mengerutkan kening dan menjauh, lalu melambai pada pelayan.

Pria itu tersenyum "hihi" dan mengangkat tubuhnya untuk meraih tangan Lindsay Chu.

Tanpa menunggu elakan Lindsay Chu, segelas jus jeruk diciprat ke wajah pria itu, dan pria itu bersemangat, memandang Levana An di sisi lain.

Levana An masih terlihat polos seperti biasa, "Bibi keduaku tidak mau. Apa kau tidak bisa melihatnya? Bisakah kau pergi? Kau memengaruhi selera makan kami."

Lindsay Chu memandang Levana An dan merasa ada yang salah.

Lelaki itu baru menyadari belakangan, dia mengangkat tangannya dan melempar barang-barang di atas meja. Dia bangkit sambil memarahi, "Beraninya kau menyiramku?!"

Lindsay Chu bergegas ke sisi lain, melindungi Levana An di belakangnya, "Bapak ini, ini di depan umum. Tolong tenang."

"Tenang?!" Pria itu menatap Lindsay Chu. "Aku bisa membiarkannya pergi, kalau kau minum dua gelas bersamaku. Bagaimana?"

“Apakah kamu bilang ‘membiarkanku pergi’?” Levana An berkata pelan, lalu perlahan berdiri, melepaskan diri dari halangan Lindsay Chu, dan berjalan ke pria itu. Dia melakukan gerakan pemanasan sebentar...

Lindsay Chu merasa semuanya sepertinya bergerak pelan, dengan jelas melihat Levana An meninju dagu pria itu bungkusan berenda. Kemudian pria itu berjingkrak mundur sesaat, sebelum akhirnya jatuh hancur lebur di atas meja.

Levana An berdiri diam seolah dia tidak bergerak, dan lanjut bertanya dengan lembut, "Sekarang, apakah kamu masih ingin bilang perkataan ‘membiarkanku pergi’?"

Lindsay Chu menelan ludah. Dia menatap punggung Levana An dan merasa ada raksasa yang tersimpan di tubuh kecilnya itu.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu