My Cute Wife - Bab 388 Bermusuhan

Dengan dikelilingi derai air, Lindsay Chu memegang wajah Bryan Li tanpa sedikit pun rasa jijik.

Pada momen ini, si pria baru berani menghadapi penolakan si wanita padanya di awal-awal. Rasanya sangat pedih, itu mirip pisau yang menusuk-nusuk jantung dan paru-paru hingga berkilauan darah!

“Linlin…...” Bryan Li menempelkan dahi ke dahi Lindsay Chu dan memanggilnya: “Linlin…...”

Nada bicaranya sangat tulus dan penuh cinta.

Keduanya sekarang tidak punya keraguan apa pun pada satu sama lain. Mereka melakukan gerakan-gerakan cinta dengan penuh semangat seperti akhirnya terlepaskan dari semacam belenggu. Mereka ingin mengompensasikan semua yang terlewatkan sebelumnya.

Lindsay Chu larut dalam kesenangan. Yang ada di benaknya sekarang adalah melakukan yang terbaik untuk bekerja sama dengan Bryan Li sehingga pria itu benar-benar percaya diri.

Tubuh si wanita tampak seperti spons, aroma harum yang familiar juga melayang dari ujung hidung. Lindsay Chu menyusutkan diri ke selimut sembari meremas ujung-ujungnya, lalu tangannya diraih Bryan Li dengan lembut.

“Bryan Li?” tutur Lindsay Chu tidak jelas.

“Iya?” Yang dipangil membungkuk dan mencium dahi yang memanggil. Ia sudah sepenuhnya membersihkan wajah dari semua kosmetik, juga sudah mengganti pakaian yang mirip dengan pakaian Joe Wan. Dengan mengenakan sweater abu-abu tua, pria itu duduk di sisi ranjang semabri menatap Lindsay Chu dengan sangat serius.

Seperti menyadari seusuatu, si wanita membuka mata sedikit dan tersenyum: “Ngapain kamu mengamatiku? Kan seharusnya kamu pergi tidur.”

“Karena istriku sangat cantik,” jawab si pria juga dengan senyum.

Lindsay Chu mengedipkan mata. Alis Bryan Li yang lembut sangat menarik perhatian. Selain itu, sepasang matanya juga mampu menyedot orang dalam sekejap. Suaminya itu masih sangat tampan seperti dulu, jadi ia pun berkomentar balik, “Suamiku juga tampan.”

Mendengar pujian ini, Bryan Li masuk selimut dan memeluk Lindsay Chu, “Mengapa kamu tiba-tiba tidak menolakku lagi?”

“Apanya yang tiba-tiba?” Lindsay Chu mengoreksi: “Kita sudah tidak berjumpa selama nyaris dua bulan. Selama masa itu, aku sudah mencoba membenahi diri dan hatiku. Selain itu, aku juga menyadari wewangian yang dihasilkan oleh Lingxian sangat berkhasiat.”

Benar, sudah nyaris dua bulan, satu hari terasa seperti satu tahun! Si pria menegakkan bahu dan menatap istrinya: “Kamu sudah mendapatkan Lingxian?”

“Sudah.” Lindsay Chu bertutur lagi, “Kamu bahkan sudah memakannya tadi.”

Bryan Li terperangah: “Itu larutan obat yang menjijikkan tadi?”

Si wanita mencubit pinggangnya: “Hormat sedikit dong dengan obat ajaib.” Ia lalu menyentuh dadanya: “Bagaimana rasanya?”

“Jauh lebih baik,” jawab si pria jujur.

“Alexander Jing dirawat Kak Su?” Lindsay Chu bertanya lagi.

Bryan Li menjawab dengan agak canggung: “Iya.”

“Kalian ayah dan anak memang sepemikiran ya.” Lindsay Chu tersenyum dan menyandarkan diri pada Bryan Li, “Jika tidak menjumpai Kak Su secara tidak sengaja, aku pasti tidak akan menyadari apa yang terjadi. Dasar kamu suka main rahasia-rahasiaan.”

Si suami merapikan rambut si istri ke belakang telinga: “Tidak peduli seberapa besar usahaku untuk menjaga rahasia, aku tetap tidak akan bisa menyembunyikannya dari istriku sendiri.”

Sembari bicara begini, Bryan Li perlahan membungkukkan badan.

Berhubung semuanya sudah terang benderang, CEO Li merasa tidak perlu apa pun yang disembunyikan lagi. Ia keesokan harinya langsung memanggil Riley Sun untuk memindahkan separuh kekuatan ke Negara A.

ET tengah merancang sistem, semua rahasia penting ada di tangannya. Mereka pun mengadakan rapat jarak jauh setiap minggu. Sementara itu, Randy Song telah kembali ke China dan menggantikan Bryan Li mengawasi kantor pusat. Ini membuat pria itu jadi punya cukup waktu untuk mengurusi hal-hal lain.

Riley Sun merasa CEO Li dan istrinya luar biasa. Ke mana pun mereka pergi, mereka hampir pasti akan mengganggu rantai ekonomi orang yang awalnya berkuasa di tempat itu, mengacak-ngacak pasar yang dimilikinya, lalu pergi dengan muatan penuh.

“Sayang, aku keluar dulu ya sampai nanti sore. Kamu makanlah dulu, kalau masih kelelahan nanti lanjut tidur.” Bryan Li juga sadar dirinya suidah “menyiksa” Lindsay Chu semalam, jadi ia mengingatkan lagi: “Wajib makan ya pokoknya.”

Si wanita berkedip, “Iya.” Wanita itu menambahkan kalimat lain: “Kamu harus kembali sebelum jam makan malam ya, sebab kamu masih harus makan obat.”

Sekalinya teringat rasa pahit Lingxian, Bryan Li jadi agak mual. Walau begitu, ia tetap berucap kata setuju: “Iya”. Bagaimana pun juga, benda itu sudah diperoleh istrinya sendiri dengan susah payah.

Setelah Bryan Li berangkat, Lindsay Chu segera terlelap. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua siang ketika dirinya bangun. Tubuh si wanita terasa hancur berantakan, maklumlah Bryan Li sangat ingin mengompensasikan perpisahan mereka selama dua bulan semalam. Ketika menatap cermin dan melihat bekas ciuman di leher, wanita itu langsung tertawa renyah.

Ah, jadi ini yang disebut sakit tapi bahagia……

Setelah mandi, Lindsay Chu turun ke bawah apartemen untuk makan siang. Ia memesan seporsi bubur dengan dua sayur. Ketika dirinya sudah menyantap setengah porsi, satu kerumunan orang masuk. Lindsay Chu melirik sekilas dan kaget penjaga keamanan tidak menghalau mereka.

Tidak lama kemudian, ia baru sadar bahwa mereka yang datang adalah orang-orang yang bahkan tidak berani dicegat oleh manajer restoran. Mereka adalah anggota keluarga kerajaan. Vino berjalan bersebelahan dengan Frans, lalu di belakang ada Trevor Bai, Gore Qi, dan lain-lain.

Sekalinya menemukan sosok Lindsay Chu, orang-orang ini langsung berdiri di depannya.

“Nona Chu, baik-baik dan sehat-sehat kamu?” Trevor Bai membuka percakapan.

Kalau pun Lindsay Chu berpikir pakai dengkul, ia juga tetap akan tahu bahwa Vino merupakan “pasukan pembela” Trevor Bai. Ia kebetulan sama-sama tidak cocok dengan keduanya.

Si wanita dengan tenang menghabiskan sesendok bubur yang terakhir, lalu baru bertanya: “Ada urusan apa?” Berhubung Trevor Bai bisa bertebal muka sampai ke tahap ini hanya untuk Lingxian, Lindsay Chu tidak menghormatinya lagi.

Bibir Frans berkedut. Bagaimana bisa wanita ini begitu tenang?

Ketika menjumapi Lindsay Chu lagi, suasana hati Vino kacau tidak karuan. Ia adalah seorang pangeran yang senang bertingkah seenaknya dan tidak bertanggung jawab, sementara Lindsay Chu adalah seseorang yang mengajarkannya prinsip yang tidak pernah ia pahami selama hidup dua puluh lima tahun. Jujur saja, ia merasa sangat berterima kasih pada Lindsay Chu. Walau tidak bercerita pada siapa pun, pria itu sempat membalas budi si wanita. Surat undangan konferensi dokter waktu itu bukan ratu yang buat, melainkan dirinya. Sayang, saat ini mereka ditakdirkan untuk berdiri di sisi yang berlawanan.

“Lindsay Chu.” Vino menatapnya sejenak dengan canggung, lalu kembali menampilkan ketegasan: “Kamu sudah mendapatkan Lingxian.”

Lindsay Chu tidak menyembunyikan fakta: “Iya.”

“Serahkan.” Si pria mengulurkan tangan: “Kalau tidak, kamu tidak akan bisa meninggalkan Negara A dengan tenang dan aman.”

Lindsay Chu mengangguk, namun tanpa sedikit pun niat untuk menyerahkan Lingxian. Seperti akhirnya memahami sesuatu, ia melontarkan analisis: “Kamu dan benda tua ini pasti sudah punya kesepakatan. Setelah keinginan kalian terpenuhi, masing-masing dari kalian dapat setengah atau pun kamu dapat lebih banyak.”

Sekalinya mendengar dirinya dipanggil “benda tua”, Trevor Bai marah sampai jenggotnya mau terbakar.

“Kalian berdua harusnya tidak saling bersinggungan.” Lindsay Chu berbicara datar: “Berarti, kemungkinan terbesarnya adalah kamu memalakku begini demi Fiona Lin. Apakah Trevor Bai memberitahumu bahwa Lingxian dapat menyelamatkan Fiona Lin? Bagaimana pun, ia keluar dari istana dengan cara diusir. Hatinya pasti lesu, kondisi kesehatannya juga pasti memburuk.”

Semua analisa Lindsay Chu benar. Frans pun menarik nafas dalam-dalam.

Vino menyipitkan matanya dan bertanya, “Lingxian tidak bisa menolongnya?”

“Bisa lah.” Lawan bicaranya tersenyum tipis: “Bagaimana mungkin obat ajaib yang bisa membangkitkan orang mati tidak bisa melakukannya?” Matanya kemudian jadi dingin: “Tetapi, atas dasar apa aku harus memberikannya pada kalian?”

“Seorang pangeran yang semborono tanpa rasa terima kasih dan rasa malu.”

“Sebuah benda tua yang menjual senioritasnya demi kepentingan pribadi.”

Lindsay Chu mengulangi: “Atas dasar apa? Kalian bangga mengandalkan kekuatan dan kekuasaan kalian untuk mengintimidasi orang?”

Sebuah lelucon…… Kalau bicara soal kekuatan dan kekuasaan, orang-orang ini seharusnya berlutut di hadapan Bryan Li dan memanggilnya “tuan”.

“Atau, aku bisa membantumu.” Dengan senyum dan suara lembut, Lindsay Chu menoleh ke Steven Ji yang berdiri di depan pintu.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu