My Cute Wife - Bab 191 Marah!

Riley Sun, yang tahu apa yang harus dilakukannya, berbalik, pergi ke sana dan membantu Lindsay Chu mengambil dua kantong qingtuan.

Bryan Li melirik ke nama toko di kantong tersebut. "Antri tidak?"

"Ya." Setelah meletakkan qingtuan, Lindsay Chu mencium pipi sang pria. "Aku masih punya sesuatu yang harus dilakukan. Setelah selesai, aku akan menunggumu di rumah."

Bryan Li juga tidak banyak memikirkannya. "Baiklah."

Ketika Lindsay Chu keluar dari gedung perusahaan, amarah di wajahnya langsung terpampang jelas. Dia pun menghubungi nomor Levana An. Setelah ada yang mengangkat di ujung sana, hal pertama yang dikatakannya adalah, "Aku sekarang sangat marah. Apa yang harus kulakukan?"

Levana An dengan bingung bertanya, "Kenapa?"

"Bryan Li telah menyinggungku, tapi..." Lindsay Chu menggigit bibirnya dan berkata, "Aku tidak bisa memarahinya."

Dia barusan telah mendengar semua perkataan Bryan Li. Apa maksudnya dia akan mengalahkannya dengan menggunakan rencananya, dia sama sekali tidak menjaga dirinya sendiri!

Levana An menguap, lalu berkata, "Kamu atur dulu urusan rumahmu, nanti aku mengajakmu jalan-jalan, bagaimana? Jangan membuatnya berpikir bahwa kamu menghilang.”

Lindsay Chu tanpa ragu berkata, "Baiklah."

Setelah keduanya bertemu, Levana An mengemudikan mobil ke kiri dan putar ke kanan, sekaligus mendengarkan keluhan Lindsay Chu mengenai Bryan Li, lalu dari waktu ke waktu akan mengatakan, "Memang. Keterlaluan."

Sebenarnya dia memahami perasaan Lindsay Chu, juga memahami perasaan Bryan Li. Berdasarkan perkataan Lindsay Chu, Bryan Li memang orang yang kejam. Dia memperlakukan orang lain dengan kejam, juga memperlakukan dirinya lebih kejam lagi. Ini semua sudah ada pada dirinya sejak lama dan untuk sesaat tidak dapat diubah.

Levana An memparkir mobil di depan pintu bobrok. Lindsay Chu melihat keluar dan bertanya, "Ini di mana?"

"Kamu akan langsung mengetahuinya begitu turun."

Lindsay Chu mengikuti Levana An masuk ke dalam. Dia pun baru menyadari bahwa bangunan bobrok ini sebenarnya memiliki keindahan yang berbeda, seakan membuatnya merasa berada di dunia berbeda. Semua jenis fasilitas di dalamnya pun cukup lengkap. Lindsay Chu melihat Levana An telah mengganti pakaiannya, lalu mengenakan sarung tinju dan helm. Dia pun melambai pada dirinya sambil berkata, "Cobalah ke atas."

Lindsay Chu belum pernah bermain seperti ini. Dia pun langsung menolaknya. "Tidak, deh.”

Levana An mengangkat alisnya dan berkata, "Takut kamu akan terluka? Ini merupakan hal kecil bagi kemampuanmu."

Lindsay Chu tidak yakin mendengarnya.

Lindsay Chu pun mengganti pakaiannya dan menjadi semakin bersemangat ketika berada di atas panggung. Pada ahirnya, Levana An pun menjadi lebih serius. Satu jam kemudian, Lindsay Chu saking lelahnya, terbaring di lantai. Tetapi seluruh tubuhnya penuh dengan kebahagiaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya, seolah-olah dia merasa telah dihidupkan kembali.

"Lebih nyaman, kan?" Levana An duduk di sebelah Lindsay Chu.

Lindsay Chu megap-megap sambil berkata, "Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?"

"Aku kenal dengan bos di sini, dia dulunya adalah pemain profesional. Setelah pensiun, dia membangun gedung seni bela diri di rumah lamanya. Meskipun tempat ini terlihat rusak, tetapi masih lumayan terkenal di dalam lingkaran," jelas Levana An.

Lindsay Chu mengangguk, lalu memandang langit di luar jendela, memikirkan bahwa Bryan Li seharusnya sudah tiba di rumah.

Bryan Li memang sudah sampai di pulang. Kemudian dia melihat bahwa orang yang sibuk di dapur bukanlah bukan Lindsay Chu, melainkan seorang bibi yang sering diundang di rumah. Dia pun menemukan catatan di kepala ranjangnya yang bertulis, “Aku marah. Kamu pikirkan saja kenapa.”

Bryan Li duduk terbengong di ranjang selama lima menit. Dia tidak tahu kenapa Lindsay Chu bisa marah di saat semuanya baik-baik saja.

Dia mengingat kembali semua kejadian yang terjadi hari ini, dan ingatannya akhirnya berhenti pada saat Lindsay Chu mendorong buka pintu dan masuk ke dalam sambil membawa qingtuan. Mati. Pria itu menepuk pelan dahinya. Omongannya telah didengarnya.

Bryan Li hanya memakan beberapa suap makanan yang dibuat bibi. Dia benaran menjadi pemilih makanan setelah memakan masakan Lindsay Chu. Dia pun tidak berani menghubungi Lindsay Chu, kehilangan percaya dirinya dan terus memikirkan cara permintaan maaf apa yang lebih baik.

Di sisi lain, Lindsay Chu dan Levana An sedang makan dengan sang bos.

Sang Bos merupakan pria sejati yang berbadan tinggi dan besar, tapi orangnya sangat jujur. Lindsay Chu dapat merasakan dari perkataannya bahwa dia adalah orang keras kepala dan mudah bergaul dengan orang-orang. Ketika sang Bos mendengar bahwa Lindsay Chu adalah teman baik Levana An, dia langsung memberikan kartu member pada Lindsay Chu, kemudian dia memasak sendri makan malam ini, ditambah lagi dengan dua botol minuman keras.

Lindsay Chu tidak pernah makan makanan seperti ini. Setelah merasakan kepedasan, dia pun merasa bahagia.

"Pulang jam berapa?" tanya Levana An pada Lindsay Chu.

Lindsay Chu masih tampak kesal. "Aku tidak mau pulang!"

Baiklah, pikir Levana An dalam hati. Dia pun duduk dan melihat kapan dia akan menampar wajahnya.

Jelas-jelas mereka berdua tidak terpisahkan, bahkan ketika marah dan kabur dari rumah, mereka juga tidak tidak bisa pergi jauh-jauh dan ujung-ujungnya masih berada di dalam Kota Bin.

Setelah selesaik mengatakannya, Bryan Li menelepon kemari. Lindsay Chu menatap layar selama beberapa detik, lalu langsung mematikan teleponnya.

Levana An pun menepuk tangannya. "Linlin-ku hebat sekali, ya. Sudah berani mematikan telepon CEO Li."

"Ya." Lindsay Chu menyesap minuman kerasnya dan berkata, "Baru-baru ini merasa makin berani."

"Ada apa? Lagi bertengkar dengan suamimu?” Bos sambil tersenyum berkata, “Suami dan istri, kan. Sering bertengkar karena urusan kecil, tapi nanti juga rukun lagi. Itu juga bukan masalah besar. "

Lindsay Chu dalam hati berpikir bahwa masalahnya sudah besar, dan dia sudah membuatku sangat marah.

Bryan Li tidak henti terus menelepon kemari. Lindsay Chu menolak panggilannya dan Bryan Li menelepon lagi, seakan-akan ini akan terus berlangsung seumur hidup.

Levana An berseru, "Langsung matikan saja teleponnya!”

“..." Lindsay Chu terdiam. Sejujurnya, dia tidak berani. Begitu Bryan Li tidak menemukannya, dirinya sendiri yang akan segera menjadi tidak masuk akal.

Ketika telepon berdering kembali, Lindsay Chu pun menjawab panggilannya.

" Linlin?" Suara Bryan Li terdengar jelas.

Lindsay Chu terlihat marah dan tidak mau berbicara.

Bos yang berada di satu sisi pun menjadi penengahnya dan berkata, "Lihatlah, suamimu begitu mencemaskanmu. Cepatlah pulang."

Begitu mendengarkan suara seorang pria, nada bicara Bryan Li pun langsung berubah. "Kamu dimana?"

“Bukan urusanmu," balas Lindsay Chu.

"Lindsay." Bryan Li merendahkan suaranya dan berkata, "Jangan membuatku marah, ya."

Lindsay menyeringai dingin dan berkata, "Kalau begitu CEO Li silahkan marahlah. Aku di sini masih…”

"Aku salah,” bisik Bryan Li.

Lindsay Chu tersedak. Ada yang salah dengan skenario ini.

"Kamu pulanglah." Bryan Li kembali berkata, "Aku merasa tidak enak badan."

Pegangan tangan Lindsay Chu pada meja mengerat. "Sudah makan obat?"

"Tidak mau makan.”

"Kamu!”

"Kamu dari awal sudah tahu orang seperti apa aku ini, bukan?" Kata Bryan Li serius. " Linlin, sebelum aku melakukan sesuatu, aku akan menimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Begitu aku merasa bahwa imbalannya banyak, aku pun tidak masalah jika harus membayar sedikit harganya. Aku tahu kamu khawatir tentang ini, tetapi semua yang dikatakan Riley Sun hanyalah asumsi saja."

"Tapi kamu mengakuinya." Lindsay Chu berbisik, "Kamu mengakui bahwa kamu akan melakukan hal yang bahaya dengan tubuhmu."

"Makanya aku perlu kamu mengawasiku sepanjang waktu." Nada bicara Bryan Li pun terdengar bersalah. “Linlin, hatiku sakit."

Lindsay Chu menghela napas panjang dan berkata, "Tunggulah. Aku akan segera pulang."

Levana An tidak bisa menahan tawanya. Sangat menarik baginya melihat kedua orang ini marah.

"Levana, bos, itu aku..."

"Baiklah, baiklah." Kedua orang itu melambaikan tangan pada saat bersamaan.

Levana An tersenyum dan berkata, "Kamu pulanglah pakai mobilnya. Aku masih mau berbicara dengan bos sebentar. Nanti aku bisa pulang sendiri dengan memanggil taksi."

"Kalau begitu hati-hati di jalan, ya."

"Sana pergi. Aku akan aman-aman saja di Kota Bin ini."

Lindsay Chu sampai di rumah pada pukul sebelas malam. Ruang tamunya gelap dan sang bibi seharusnya sudah pergi. Dia memeriksa bahan-bahan di lemari es dan mengetahui bahwa dia telah menggunakan banyak bahan, tetapi kebanyakan makanannya telah dituangkan ke dalam tong sampah. Lindsay Chu dengan pasrah mengeluarkan ayam yang direbus kemarin dan menaruh beberapa jujube dan gugija ke dalam panci tersebut, berpikir akan selesai sekitar empat puluh menit.

Lindsay Chu pergi ke kamar bayi, melihat-lihat Jackson. Dia mendapatkan bahwa anaknya sedang tidur pulas.

Begitu pintu kamar utama didorong terbuka sedikit, cahaya dari dalam terpancar keluar. Bryan Li pun berbisik, “Linlin?"

Lindsay Chu mendorong pintunya dan masuk ke dalam. Dia pun menatap Bryan Li di depan pintu.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu