My Cute Wife - Bab 390 Menyesal, Luar Biasa Menyesal

Pfftt! Whitney Su tidak sanggup menahan tawa.

Riley Sun menegaskan posisinya: “Aku serius!”

“Iya, baik, baik.” Bryan Li melambaikan tangan dan bertanya lagi: “Dia cantik?”

“Cantik.” Riley Sun tersenyum manis seolah sudah menikahinya saja, “Pokoknya bagiku dia cantik. Selain itu, Evan Jiang juga bilang dia wanita tercantik di klan mereka.”

Mendengar cerita lanjutan ini, Lindsay Chu terpikir siapa wanita itu. Di klan Evan Jiang memang ada seorang wanita yang sangat cantik. Dia seorang pemalu, namun sangat lihai dan gesit saat bekerja! Dia benar-benar memenuhi standar “ibu yang baik hati” seperti yang tadi disebut. Wanita itu berusaha memastikan, “Yang suka ikat rambut sebahu dan punya tahi lalat di hidung kan?”

“Betul, betul.” Membicarakan kekasihnay sendiri, wajah Riley Sun menampilkan eksresi bersemangat, “Keterampilan medisnya juga sangat bagus, terus dia juga sangat perhatian padaku.”

Bryan Li mengingatkan: “Dia punya seorang putri.”

“Aku tahu.” Riley Sun memberi penegasan, “Uang yang kukumpulkan bertahun-tahun ini sangat cukup untuk menghidupi sepasang ibu dan anak.”

Bryan Li nyaris tercekik mendengar jawaban ini. Ia segera tersadar Riley Sun sangat polos dalam urusan percintaan, bahkan batasan tradisi saja sepertinya tidak eksis di matanya. Ia merespon, “Baiklah kalau begitu, nanti aku gandakan bonus akhir tahunmu.”

“Terima kasih, CEO Li!”

Whitney Bai dengan lembut memuntahkan seteguk asap, berbagai perasaan memadati pikirannya. Ketika menoleh, ia menjumpa tatapan Jacob Chen yang penuh semangat. Selama dua puluh lima tahun, tatapan pria ini padanya tidak pernah berubah. Ia barusan sempat melihat bayangan muda Jacob Shen dalam diri Riley Sun. Jika dirinya tidak salah jalan waktu itu, mungkin dirinya sekarang masih diperalat jadi pembunuh dalam lingkaran pemerintahan?

Pipa tembakau Whitney Bai jatuh dengan ringan ke kepala Jacob Chen.

Untung dia bisa memulai semuanya lagi, jadi ia tidak mau melewatkan segala kesempatan.

Di tengah suasana yang begitu baik, CEO Li meletakkan kontrak di atas meja dan bertanya serius pada Jacob Chen: “Saudara Chen, apa kamu tidak kekurangan pekerjaan?”

Semua orang: “......” Pantas saja orang yang satu ini dijuluki legenda dalam dunia bisnis.

Lindsay Chu agak canggung: “Anu, apa…...”

Jacob Chen menyingsingkan lengan bajunya dan bersiap mendengarkan, “Ayo, mau bilang apa.”

Lindsay Chu: “…...”

Whitney Bai mendengus pelan: “Laki-laki memang ya.”

Setelah menjamu Whitney Bai dan kawan-kawan untuk makan, Bryan Li dan Lindsay Cuy menukar kamar yang asli dengan kamar presidential suite yang jauh lebih besar. Alexander Jing sangat senang dengan kamar hotel barunya. Saking gembiranya, ia melompat-lompat ke segala sisi.

“Eh, ada taman bermain di dekat sini. Bila ada waktu luang, bagaimana kalau kita aja Alexander Jing ke sana?” Si istri bersandar di kaki suaminya sambil menikmati aroma harum yang samar.

Si anak, yang ternyata mendengar perkataan barusan, langsung datang ke mereka: “Taman bermain? Taman bermain apa?”

Bryan Li menunduk dan menatap putranya.

Alexander Jing langsung bertingkaha manja: “Ayah…...”

“Baiklah, besok pergi.” Pria itu menggendong si bocah ke sofa, “Tapi janji dulu, nanti-nanti jangan kabur-kabur entah ke mana lagi.”

Si anak mengangguk bagai tuan kecil: “Aku tidak pernah kabur-kabur.”

Lindsay Chu menyadari pikiran Alexander Jing sangat dewasa. Tatapannya juga memiliki ketajaman yang agak tidak sesuai dengan anak seusianya.

Keesokan pagi, mereka berangkat ke taman bermain usai sarapan.

Riley Sun membawa pengawal-pengawalnya untuk berjaga dari jauh. Bagaimana pun juga di sana ada Steven Ji, juga ada banyak orang yang mendambakan Lingxian yang Nyonya punya. Mereka harus waspada terhadap segala risiko, sekecil apa pun itu.

Taman bermain sangat luas. Mungkin karena hari ini akhir pekan, ada banyak orang tua yang mengajak anaknya ke mari. Bryan Li dan keluarganya terlihat sangat mencolok dan menarik perhatian banyak pengunjung.

Alexander Jing sebenarnya tidak terlalu tertarik pada tempat-tempat begini. Ia mengajak kedua orangtuanya kemari untuk menampilkan hati kekanak-kanakkannya biar mereka tidak menganggapnya kelewat dewasa. Ia sekarang sesungguhnya sudah mengerti banyak hal, hanya tidak bersedia mengungkapkannya saja.

Memikirkan ini, si anak menunjuk balon dan berteriak, “Ibu, mau itu!”

“Sadar umur ah, masak masih main begituan.” Bryan Li memberi teguran, namun mengutarakannya sembari menghampiri stan balon dan membelikan satu buat Alexander Jing. Si ayah sebenarnya menyadari perubahan perangai anaknya, namun setiap anak pastilah punya rahasia. Ia tidak ingin mengusiknya, yang penting dia lurus-lurus saja.

Alexander Jing berani memainkan semua wahana yang menyeramkan. Saat orang-orang dewasa gemetar menaikinya, ia malah melompat-lompat dengan riang.

“Ibu, kamu dan Ayah tunggu aku di bawah ya. Aku mau naik roller coaster, setelah turun langsung balik ke kalian.” Alexander Jing menjilat bibirnya.

“Anakku!” Si ibu menatap jalur roller coaster yang bergulung-gulung di atas. Dengan jantung berdebar, ia melarang: “Yang ini tidak usah lah…...”

“Ini menyenangkan.” Alexander Jing bersikeras, lalu akhirnya menenangkan Lindsay Chu dengan menepuk punggung tangannya: “Tunggu aku ya.”

Lindsay Chu: “…… Sana deh.”

Mulut Alexander Jing manis, terus penampilannya juga imut. Khusus dirinya, staf wahana sampai memeriksa perlengkapan keamanannya berulang-ulang. Tidak lama kemudian, mendengar teriakan-teriakan yang merobek langit, Lindsay Chu dan Bryan Li menelan ludah secara bersamaan.

Tiga menit berlalu, si istri bertanya pada si suami: “Apa menurutmu anak kita akan muntah?”

Jawaban si suami singkat: “Tidak mungkin.”

Lindsay Chu tersenyum: “Biar aku jemput dia.”

Si wanita berdiri di depan pintu keluar. Setelah menunggu sampai orang terakhir keluar, ia anehnya tidak melihat sosok Alexander Jing sama sekali. Dengan gugup, wanita itu meraih lengan salah satu staf yang berjaga: “Bocah kecil yang agak gendut, bocah yang kalian periksa perlengkapan keamanannya beberapa kali itu, kok dia belum turun? “

“Sudah kok.” Staf itu sedikit keheranan: “Barusan dia dituntun orang, kalau tidak salah ke arah pintu timur.”

Jantung Lindsay Chu berdebar kencang. Ia langsung berbalik badan dan mencari Bryan Li.

Riley Sun dengan cepat memimpin para pengawal untuk menelusuri setiap sisi wahana roller coaster. Staf wahana bilang, yang membawa Alexander Jing pergi adalah seorang pria.

“Bryan Li……” Mata Lindsay Chu memerah saking cemasnya. Ia tegar menghadapi kesulitan apa pun, hanya keluarga saja yang merupakan titik lemahnya.

“Jangan khawatir.” Ucapan si suami lembut, namun tatapannya sangat dingin. Ia sepertinya tidak sabar untuk segera mencari orang yang membawa pergi anaknya dan “menggalikan kubur” buatnya.

Sementara itu, Gore Qi membawa Alexander Jing pergi ke belakang model pesawat luar angkasa yang tidak terawat. Pria itu lalu mengajaknya berjongkok sama-sama dan memberi isyarat untuk tidak teriak: “Sstt, diam ya.”

Yang disuruh tersenyum dan mengangguk: “Baik.” Saking tenangnya dia, Gore Qi sampai merasa bersalah. Ia tanpa sadar melepaskan cengkeramannya pada tangan Alexander Jing dan melihat bekas kemerahan di pergelangan tangan si anak. Pria itu berusaha menenangkan: “Paman bukan orang jahat. Sebentar lagi, Paman akan melepaskanmu, oke?”

“Oke,” jawab Alexander Jing sambil menekan sebuah tombol di jam tangan. Gerakannya sangat ringan, ringan sampai Gore Qi mengira dia cuma mengusap pergelangan tangan.

“Tetapi, Paman.” Si anak tiba-tiba bertutur, “Gerak-gerikmu ini seperti lagi menculikku.”

Menatap mata dingin Alexander Jing, punggung Gore Qi terasa dingin.

“Ini perilaku tidak baik.” Si bocah memiringkan kepalanya dan tersenyum, “Jangan diulangi lagi ya.”

Kelar dia berbicara, Gore Qi merasa diselimuti bayangan gelap. Ia perlahan mendongak, lalu menjumpai wajah Riley Sun yang menyeringai di atasnya.

“Aku terkesan padamu.” Riley Sun mengerutkan bibir dengan sinis: “Kamu sangat pemberani.”

Gore Qi seketika luar biasa menyesal.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu