My Cute Wife - Bab 408 Tutup Mulutmu

Melihat wajah Lindsay yang begitu yakin, ditambah dengan wajah Bryan yang memilih untuk langsung mempercayai ucapan Lindsay barusan, Dylan benar-benar kesal dan ingin tertawa, "Nyonya Li, tak perlu seperti ini kan?"

"Aku salah paham kah?" tanya Lindsay balik, "Banyak orang yang melihatnya, apa kau berani mengatakan bahwa kau tidak mengajakku berdansa tadi?"

Dylan, "......" Memang benar, tidak bisa mengelak.

Bryan melirik ke arah Tasya yang berdiri di sebelah sebentar, lalu berkata pada Dylan, "Tuan He, entah apa tujuanmu, kuharap kau tahu satu jal, Tasya Liu sekarang adalah artis God Entertainment, dan istriku adalah manajernya, kalau Tasya tidak bersedia, istriku tidak bersedia, tidak ada seorang pun yang boleh memaksanya."

Perkataan ini terdengar begitu menusuk di telinga Dylan, tanpa sadar ia pun merasa ada sesuatu di antara Tasya dan Bryan, namun begitu melihat ekspresi wajah Lindsay yang begitu tenang, rasanya yang sejak awal selalu mencari masalah hanya dirinya sendiri.

"Aku tahu akan hal itu." kata Dylan sambil tersenyum kecut, dia buakn orang gila, meskipun dirinya telah menjadi kepala keluarga Keluarga He dalam waktu yang sangat singkat, tapi hal ini sama sekali tidak membuatnya merasa bangga, ia malah bertambah was-was dan hati-hati, Dylan tahu jelas, dirinya sekarang ini sama sekali bukan lawan Bryan.

Kalau ia melawan Bryan langsung, ia hanya bisa mendapatkan kekalahan yang menyedihkan.

"Maafkan kelancanganku tadi." kata Dylan sambil menundukkan kepalanya sedikit pada Lindsay.

"Hn......" keluh Tasya tiba-tiba, suaranya sangat kecil dan ringan, namun tetap saja bisa membuat Lindsay menoleh ke belakang.

Situasi Tasya sangat tidak normal, wajahnya sangat amat merah, kedua tangannya gemetaran dan mencengkrami gaun pestanya itu dengan kuat.

"Tasya?" kata Lindsay kaget.

"Kak Lin......" Tasya langsung bersandar pada tubuh Lindsay, lalu mengangkat kepalanya, matanya tampak sangat kabur, "Sepertinya ada yang salah dengan wine yang kuminum tadi."

Apanya yang salah, ia juga tidak tahu.

Begitu mendengar ucapan Tasya itu, Lindsay pun segera memutar otaknya, tiba-tiba ia pun teringat pada seseorang, Parker Li.

"Apa kau bisa bertahan? Kubawa kau ke rumah sakit." tanya Lindsay.

Tasya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kak Lin, badanku panas, kepalaku pusing......"

Lindsay segera menghancurkan sebuah pil obat di tangannya dan ia suapkan pada Tasya, "Ini bisa membantu menjaga kesadaranmu selama beberapa menit, kita......"

"Kak Lin......" kata Tasya yang hampir menangis, "Tolong aku......"

Mata Lindsay terbelalak lebar, tidak berguna! Apa efek obat itu begitu hebat?

Lindsay pun panik, kalau pergi ke rumah sakit pasti akan terlambat, tapi dengan orang sebanyak ini......

"Ayo naik ke atas dan berpura-pura memperbincangkan suatu hal." kata Dylan, "Di luar ada para bodyguard yang berjaga, mereka sama sekali tidak bisa mendengarkan perbincangan kita, oleh karena itu tidak perlu khawatir ada orang yang tahu apa yang terjadi pada Tasya."

Lindsay menatap Dylan, "Apa yang kau inginkan?"

"Membantunya." jawab Dylan.

Mendengar jawaban Dylan itu, Lindsay pun tertawa kesal, "Tuan He, apa kau tidak bisa menggila di saat seperti ini?"

"Aku tidak gila." ekspresi wajah Dylan tidak berubah, "Dulu aku dan dia juga tidak jarang melakukan hal ini, dan selain diriku, dia juga tidak memiliki pria lainnya, pergi ke rumah sakit sekarang juga tidak terjamin."

Lindsay tercengang.

"Dylan He......" keluh Tasya, "Dasar kau pria jalang! Aku punya banyak pria!"

Wajah Dylan pun berubah suram, "Tutup mulutmu!"

CEO Li yang melihat seluruh kejadian ini sama sekali tidak bicara apa-apa, dia juga orang yang sangat berpengalaman, ia tahu Dylan menyimpan sebuah perasaan terhadap Tasya, oleh karena itu ia pun berkata dalam hatinya: Luar biasa!

Mereka semua adalah orang dewasa, begitu melihat Tasya sudah sangat kesulitan untuk berdiri itu, Lindsay pun segera bertanya, "Tasya, apa kau...... bersedia?"

Seketika mata Tasya pun berlinang air mata, namun ia berusaha keras untuk menahannya, kelihatan jelas wanita itu sangat amat bimbang, pada akhirnya ia pun mengerutkan keningnya sambil menanggukkan kepala, "Hn."

Dylan tersenyum pelan, setelah sekian lama, pada akhirnya wanita ini tetap saja jatuh ke tangannya.

Orang-orang itu pun segera naik ke atas, para hadirin yang lainnya pun mengira bahwa mereka naik untuk membicarakan sesuatu, selain membicarakan Tasya yang bernasib untung itu, mereka tak berbuat apa-apa lagi, mereka juga malas mencari masalah untuk diri mereka sendiri.

Sedangkan Parker, ia benar-benar sangat kesal, meskipun tadinya Lindsay memandanginya dengan sangat was-was, Lindsay tetap saja sempat lengah, di saat itulah ia memasukkan obat ke dalam wine Tasya, dengan sangat berani, namun di acara yang sangat mewah seperti ini, tidak akan ada orang yang mencurigai hal-hal memalukan seperti ini, oleh karena itu Parker mencari-cari waktu yang tepat, lalu hendak membawa Tasya dan "menikmatinya" di belakang sesuai dengan rencananya, setelah ia mendapatkan fotonya, semua sudah beres.

Namun siapa sangka ternyata Dylan He juga datang, Bryan Li juga!

Parker menghitung waktunya, dan mengetahui obat yang baru saja diminum oleh Tasya itu sudah bereaksi, namun sepertinya Dylan dan yang lainnya sudah mengetahui hal itu, oleh karena itu mereka semua bergegas ke atas.

Sayang sekali...... dengan hati yang kecewa, Parker memandangi tubuh Tasya yang sangat molek itu.

Saat itu pula, mata Dylan pun bertatapan mata dengan Parker, sorotan mata sangat dingin dan tajam.

Seketika wajah Parker pun pucat.

Tak usah bandingkan hal-hal yang lain dulu, namun kekejian Dylan tak kalah juga dari Bryan.

Setelah Bryan dan yang lainnya tak nampak lagi, barulah Parker berani bergerak, punggungnya penuh dengan keringat dingin, bukankah Dina mengatakah bahwa Dylan sama sekali tidak peduli dengan hidup dan mati Tasya? Bahkan ia sangat membenci Tasya dan sangat ingin dia mati, tapi apa penjelasannya sekarang?

Setelah sampai di lantai tiga, Tasya benar-benar sudah tidak bisa berjalan lagi, Lindsay sudah tidak bisa menopanginya, Bryan tidak mungkin mau menyentuhnya, tepat saat Tasya hampir terjatuh ke atas lantai, ada seseorang yang menggendong pinggangnya, dengan tatapan mata yang dingin Dylan melihat Lindsay, "Nyonya Li, serahkan saja selanjutnya padaku."

Sampai Dylan dan Tasya masuk ke dalam kamar pun, Lindsay masih sedikit tercengang, apa, apa yang terjadi......

Bryan segera menelepon Randy, menyuruhnya untuk membereskan semua kamera CCTV di lorong lantai tiga, ia harus mencegah segala keburukan yang bisa terjadi.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Bryan memeluk Lindsay, jempolnya ia elus-eluskan pada ujung pundak Lindsay.

Lindsay sama sekali tidak merasakannya, dan malah berakta, "Ssttt... Bryan, kurasa Tasya dan Dylan...... hanya sekedar bertengkar saja."

"Intinya sih seperti itu, tapi mungkin situasinya jauh lebih buruk dari yang kita bayangkan." sambung Bruan, ia mengeluarkan kartu hitam yang tadi ia dapatkan dari sang manajer, lalu membuka kamar di sebelahnya dan membawa Lindsay masuk ke dalam.

Lindsay yang telah terpojok itu masih belum menyadarinya, dengan polosnya ia berkata pada Bryan, "Sebaiknya kita turun saja."

"Tasya kan sudah dibawa oleh Dylan, kau juga tidak ada pekerjaan." kata Bryan sambil melepaskan ikatan tali pada gaun Lindsay.

Gerakan ini adalah sinyal yang keras sekali, seketika Lindsay pun menyadarinya, ia segera mendorong Bryan dan berkata, "Hei! Kita sedang berada di sebuah acara pesta!"

"Kan tidak di depan umum." kata Bryan sambil mengecup leher LIndsay, ia sama sekali tak peduli, "Lagipula, dilihat dari situasi Tasya, sepertinya ia tak akan keluar juga dalam waktu yang singkat, lebih baik kita nikmati dunia milik kita berdua terlebih dahulu."

Lindsay pun tertawa kesal, "Tiap hari dunia milik berdua......"

Tak lama, kedua orang itu pun saling bermesraan, Lindsay sama sekali tidak bisa menolak Bryan, tiap kali pria itu membisikkan kata-kata rayuan di telinganya, ia langsung menuruti semua perkataannya.

Sampai pesta hampir berakhir, barulah Bryan merasa puas.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu