My Cute Wife - Bab 410: Menutup Mata Dari Kebenaran

Lindsay mengerti namun juga tak begitu mengerti terhadap apa yang diucapkan Tasya ini, cinta di antara dua sejoli tak seharusnya seperti ini, tapi sebenarnya, dia bukan Dylan, dia juga bukan Ruby, tidak bisa merasakan apa yang mereka rasakan.

Mungkin bagi Dylan, Ruby adalah sebuah cahaya yang berbeda di kehidupannya, setelah belasan tahun Ruby membantunya, semakin ia putus asa, semakin ia merasa sangat berterimakasih padanya, bisa dibayangkan Dylan yang saat itu tercepit di antara kedua wanita itu juga pasti sangat sulit, dan di saat itu pula, Ruby meninggal, Tasya juga berada di lokasi kejadian, ditambah lagi dengan isi pesan yang sangat mencurigakan, sikap Dylan yang menutup matanya dari kebenaran seperti sekarang ini juga masih bisa dibilang wajar.

Namun yang paling dikhawatirkan Lindsay bukanlah hal itu, kalau sampai rahasia ini terbongkar, Tasya pasti akan hancur.

Dunia ini penuh dengan orang-orang yang suka menonton keramaian, entah apapun kebenarannya, kalau ada seorang artis yang merenggut nyawa seseorang, mereka pasti akan heboh kegirangan sendiri.

"Kutanya kau, selain Dylan, siapa yang berniat untuk menghancurkanmu karena masalah ini?" tanya Lindsay.

Dengan sangat yakin Tasya menjawab, "Adik Ruby, Dina Xie." Namun ia berpikir lagi sejenak, "Tapi sudah lama aku meninggalkan Kota Ning, seharusnya Dina tidak......"

"Bisa saja." potong Lindsay, "Pikirkan saja Parker Li."

Tasya tercengang, "Maksud Kak Lin......"

"Jelas-jelas Parker Li tahu bahwa sekarang kau adalah artis di bawah naunganku, tapi dia tetap saja mau melakukan sesuatu dengan resiko yang besar seperti ini, itu artinya ada orang yang memberinya keuntungan lebih di belakangnya, dan orang ini jelas sekali bukan Dylan He." Sebenarnya, Lindsay ingin mengatakan bahwa kedatangan Dylan di pesta malam ini sungguh sangat kebetulan, tepat sekali saat efek obat Tasya bereaksi, seolah sudah tahu apa yang akan terjadi dari awal dan berusaha untuk membantu Tasya, namun di saat seperti ini, tidak pantas bagi Lindsay untuk mengatakannya pada Tasya, "Tak mungkin Tania Yu juga, sekarang ini dia sama sekali tidak punya apa-apa."

"Tapi sudah dua tahun ini aku tidak bertemu dengan Dina......" kata Tasya.

"Bukan hanya Dylan yang berpikiran seperti itu, mungkin bagi Dina, kau adalah penyebab kematian kakaknya juga." kata Lindsay pelan, "Jadi apa menurutmu Dina akan menyerah begitu saja? Kalau kau sama sekali tidak terkenal mungkin masih tidak apa-apa, tapi sekarang karirmu sedang naik daun, kalau kau jadi dia, apa kau akan membiarkan musuhmu mendapatkan kesempatan sebagus ini? Lagipula, ada satu hal yang harus kau akui, dua tahun belakangan ini Dylan selalu memperhatikan gerak-gerikmu, jadi kutanyakan satu hal terakhir padamu." Lindsay menatap Tasya dengan serius, "Apa Dina juga suka pada Dylan?"

Tasya sangat kagus dengan kecerdikan Lindsay, "Iya."

Lindsay tersenyum tipis, "Kalau begitu semuanya masuk akal."

Dina tidak hanya menyalahkan Tasya karena kematian kakaknya saja, mungkin dia juga tahu bahwa Dylan diam-diam selalu memperhatikan Tasya, entah dari sudut mana pun, ia pasti tidak akan membiarkan Tasya hidup bahagia, Tania hanyalah seekor anjing yang dimanfaatkan oleh Dylan saja, dan sekarang ia sudah tidak bertaring.

"Kita harus bersiap-siap untuk menerima kemungkinan terburuk mengenai hal ini." kata Lindsay, "Menurut pengamatanku, kalau Dylan berani untuk menampakkan batang hidungnya, itu artinya mulai saat ini ia akan sering berkomunikasi denganmu, Dina mungkin akan kehabisan kesabarannya, lalu membocorkan semua hal ini."

Mendengar perkataan Lindsay, mata Tasya pun berubah yakin, "Kita membutuhkan satu cerita, aku harus meletakkan diriku pada posisi yang paling lemah."

"Kalau begitu mungkin kita akan menyinggung Ruby Xie."

"Aku tidak peduli." Tasya menarik nafasnya dalam-dalam, "Dulu ia terus dan terus memojokkanku, semua itu masih bisa kutahan dalam hati, tapi dia tidak boleh menggunakan nyawanya untuk menyerangku, itu tidak adil, Kak Lin, dari awal aku bukanlah seseorang yang baik, Dylan dan yang lainnya lah yang memaksaku memikul semua kesalahan ini, aku menyesal aku dulu berebut dengan Ruby, tapi kalaupun tidak ada aku, masih akan ada orang lain pula, jadi sebenarnya, semua ini adalah salah Dylan, dialah yang tidak mengatakan hubungan mereka dengan jelas."

"Bagus." Lindsay menganggukkan kepalanya, perasaan Ruby terhadap Dylan sama seperti perasaan Carina terhadap Bryan dulu, sama seperti dirinya dan Tasya, pilihan yang bisa mereka pilih benar-benar sangat sedikit, kalau bukan karena dipojokkan sampai ke ujung jurang, siapa yang mau mengotori hati mereka sendiri, "Kita harus sedua payung sebelum hujan, aku akan menyerahkan masalah ini pada Departemen Hubungan Masyarakat supaya mereka bisa menyelesaikannya, terima kasih kau telah berkata jujur padaku, kelak jalan kita akan semakin lancar."

Hati Tasya pun merasa lega, sudah bertahun-tahun ia memendam masalah ini dalam hatinya, karena ia takut dirinya masuk ke dalam neraka lagi, sekarang dirinya tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun, Lindsay adalah orang pertama yang mempercayainya.

Semakin lama, Tasya semakin mengerti mengapa pria seperti Bryan Li bisa jatuh cinta kepada Lindsay Chu, wanita ini luarnya sangat cantik, pemikirannya juga sangat teliti, benar-benar menarik hati.

Setelah menyuruh Tasya pulang terlebih dahulu, Lindsay pun pergi ke kantor CEO untuk menemui Bryan.

Saat itu, Clark sedang menerima teguran dan ocehan dari CEO Li, begitu ia melihat kedatangan Lindsay, seketika ia pun merasa tertolong, "Kak Lin!"

Lindsay tersenyum melihat ke arah Clark, lalu berkata pada Bryan, "Sudah cukup larut, bicarakan besok saja lagi, ayo pulang."

Bryan bangkit berdiri, "Baik."

Dalam perjalanan pulang, Lindsay pun menceritakan inti permasalahan tadi pada Bryan, pria itu mendengarkannya dengan seksama, tanpa berkata apa-apa.

Tiba-tiba Lindsay pun bertanya, "Bryan, kalau sekarang ada seorang wanita yang sangat amat menyukaimu, lalu mengancammu dengan nyawanya......"

"Kalau begitu biarkan saja dia mati." potong Bryan, setelah mendapatkan posisinya sekarang ini, sebuah ancaman saja sama sekali tidak berarti di matanya.

Lindsay yang masih belum sempat merasa cemburu itu pun langsung merasa bosan mendengar jawaban ketus dari Bryan barusan.

Saat mereka sampai di rumah, Alexander sudah tertidur, setelah Bryan mandi, ia pun pergi ke kamar Alexander untuk menengoknya sejenak, setelah itu barulah ia merasa tenang.

"Oh ya, tadi pagi Bibi meneleponku, katanya kesehatan Ayah semakin memburuk, ia minta agar kita pergi menjenguknya kalau kita ada waktu." kata Bryan sambil memeluk wanita itu.

Lindsay bisa merasakan kegelisahan Bryan, ia mengelus-elus punggungnya dan berkata, "Aku tahu, akhir pekan ini kita pergi menjenguknya."

Hari Sabtu, Bryan dan Lindsay pun pergi ke kediaman tua Keluarga Li, mereka juga bertemu dengan Justin dan Megan, dua orang ini kini memiliki seorang anak laki-laki dan seorang anak peremuan, hari-hari mereka sungguh sangat bahagia, dua tahun belakangan ini Lindsay sangat jarang berhubungan dengan mereka, namun ia selalu merindukan mereka, sekarang Megan terlihat sangat sehat dan ceria, ia pun tahu bahwa Justin bersikap baik terhadapnya, masalah di masa lalu itu kini telah tiada.

"Kudengar kau dan Paman Kedua sempat berkeliling dunia." goda Megan pada Lindsay, "Kenapa sama sekali tidak meneleponku."

"Jujur, apa kau berharap aku sering menghubungi kalian, berharap Justin mendengar bagaimana kabarku?" tanya Lindsay.

Megan bertanya balik, "Apa aku sepelit itu?"

Lindsay, "Aku yang pelit."

Seketika kedua wanita itu pun tertawa, semua terlihat sangat tentram, malam harinya, Ayah Li masih bercakap-cakap dengan semua orang dengan sangat gembira, ia terus tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku Alexander, namun lima hari kemudian, orang tua itu tiba-tiba masuk rumah sakit, dokter mengatakan bahwa organ-organ tubuhnya melemah, ia hanya akan bisa bertahan sampai beberapa hari ini saja.

Bryan terus terdiam, Lindsay tahu perasaannya tidak begitu baik.

Pada hari di mana Ayah Li pergi, matahari bersinar terang, orang tua itu terus menatap pohon-pohon rimbun di luar jendela, hidungnya terpasang selang tabung oksigen, dengan gembira ia berkata pada Bryan, "Aku sudah cukup puas bisa hidup sampai sekarang ini, Bryan, sebentar lagi aku akan bertemu dengan Ibumu."

Bryan terdiam, beberapa saat kemudian barulah ia berjalan ke arah Ayah Li dan duduk di sampingnya, ia memegangi tangan ayahnya yang kurus keriput itu, dengan serik ia berkata, "Apa kau tidak bisa bertahan lagi sebentar?"

Ayah Li tercengang sejenak, lalu tersenyum.

Novel Terkait

Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu