My Cute Wife - Bab 171 Harapan Yang Muncul

Ruangan direktur adalah ruangan yang paling tinggi, sekalinya di ledakan, pasti tulang merekalah yang akan terlebih dulu hancur.

Lindsay semakin yakin itu kabur, Harold malapetaka! Rekan kerja yang bodoh!

“Kamu tidak memberitahu aku hal yang penting ini!” Samuel sambil berlari sambil mengeraskan rahangnya.

Rambut Harold telah terlihat berantakan, dengan tidak bisa-apa dia berkata : “Kamu menyalahkan aku? Siapa yang tahu jika dia datang untuk menghancurkan kalian!”

“Jangan berbicara lagi! Segera lari!” Edward membawa Lecvana, kedua orang yang di latih ini berlari dengan cepat.

Lift secara pasti tidak akan bisa digunakan lagi, karena di dalamnya pasti akan bomnya, pada saat itu tidak perlu memberontak lagi karena akan langsung pasti tiada.

Beberapa orang telah berhasil keluar, dalam sekejap mereka telah berada di lantai 8, lalu menyadari ruangan ini di penuhi orang-orang, seperti kekacauan ini membuat beberapa orang tua terjatuh, kemudian berada di lantai, lalu anak dan menantunya seperti sedang marah-marah.

Di lantai 8... Bryan berkata, tidak bisa! Ini terlalu tinggi!

Pada saat ini, sekelompok orang berteriak, dan beberapa orang berjongkok, lalu di saat yang bersamaan disisi lain beberapa orang yang menggunakan baju hitam menemukan Lindsay, sambil menelepon sambil berjalan ke arahnya.

“Ikuti aku!” Wajah Harold terlihat dingin.

Pada saat ini semua orang lebih memilih mempercayai Harold, apalagi mereka semua seperti berada di atas situasi yang sama, ditambah dengan beberapa orang yang menghadang, Lindsay pada hanya bisa mengikuti Harold, setelah memutari tempat ini lalu di temukan sebuah pintu besi, dengan satu hentakan Harold membukanya, semua orang baru menyadari ternyata ini adalah sebuah dapur di sisi lain, dengan kata lain masih ada jalan keluar lagi.

Levana tidak dapat menahan perkataannya : “Diotakmu bisa mengingat peta hotel ini? Dengan sejelas itu.”

Harold tersenyum : “Karena yang ingin membunuhku terlalu banyak, aku tentunya harus mempunyai pegangan untuk keluar.”

Lindsay kembali mengingat di restoran barat itu, ketika Horald melompat dari gedung yang tinggi itu, dia seperti selalu berada di depan sambil membawa sebuah lelucon.

Seorang pria berpakaian hitam datang menghampiri Edward, dengan ujung matanya Levana dia memutarkan tubuhnya, kemudian menghabiskan orang ini lalu terdengar suara : “Ayo.”

Harold melihat Edward dengan kacau, “Terimakasih kawan.”

Edward menarik nafasnya dalam, “Kamu mengerti apa?”

Dan di mulai dari lantai tiga, mau dari jalan manapun tetap saja di penuhi orang-orang.

“Kamu menjual berapa banyak senjata kepada Rafael?” Samuel bertanya.

Harold menutup matanya, “Cukup untuk meratakan hotel ini.”

Sekeliling ini di penuhi dengan keheningan, semuanya tahu jika Rafael seperti seekor anjing yang melompat dan siap menyerang, akan lebih baik jika dia kekurangan barang tetapi sekarang...

“Jangan melihat ke aku lagi!” Horald mengeraskan rahangnya, “Aku sudah mengatakannya, aku tidak tahu hal ini!”

“Tunggu saja.” Samuel mengambil teleponnya, belum sempat teleponnya tersambungkan seluruh gedung ini kembali berbunyi, bahkan langit-langit dinding hampir runtuh, dengan wajah yang tetap diam Samuel merasa ketika menunggu mereka mungkin semua ini akan menjadi hancur.

“Dimana orang-orangnya kita?” Bryan bertanya kepada Riley.

Riley mengelengkan kepalanya, “Tidak bisa di hubungi, Rafael datang dengan terlalu tiba-tiba, mereka pasti telah di hadang juga.”

Sebuah pintu yang memisahkan, terdengar sebuah suara kaki yang dipenuhi dengan amarah, sepertinya Rafael telah mengetahui jika mereka belum keluar lalu berencana untuk mencarinya ke setiap sudut.

“Ini lantai tiga, lantai tiga...” Horald terus berkata, “Kita harus segera naik ke atas.”

“Apa?” Edward terkejut.

“Ditelepon genggamku ada sebuah alarm, aku baru menekannya.” Horald berkata dengan tegas, “Dalam sepulu menit, pesawat pribadiku akan tiba di atas.”

“Astaga.” Edward menghelakan nafasnya, bersama dengan Levana terlebih dulu naik ke atas, hingga sekarang tidak ada pilihan apapun.

Tangga karyawan hanya berada di lantai ke lima belas, masih ada sepuluh lantai yang mengharuskan mereka tetapi aman.

Untungnya orang-orang itu belum mencari hingga kesini.

Melihat atap yang semakin dekat, semua orang hampir kehabisan nafasnya, walaupun kekuatan Lindsay terbagus bagus tetapi dengan naik turun seperti ini tidak bisa membuat dia menahannya, dnegan khawatir dia melihat wajah pria ini lalu menyadari wajah pria ini yang semakin pucat.

Bryan menarik nafasnya lalu memegang tangannya Lindsay, “Tidak apa-apa.”

Horald melihat mereka, “Ayo jalan, aku telah mendengar suaranya mereka.”

Pada saat ini, Rafael yang berdiri di depan jendela ini melihat sebuah lampu yang berkilau lalu wajahnya berubaha, “Di atas!”

Dalam tiga menit, pesawat ini mendarat.

Lindsay dan Levana terlebih dulu naik, lalu Edward, Horald, lalu ketika Samuel yang akan naik ke pesawat terdengar pintu di atas yang di gedor, dengan satu tendangan Rafael memegang sebuah pistol dengan wajah yang dingin.

“Direktur Bryan kamu segeralah pergi, aku akan menghadang mereka, aku...” Riley yang sedang melindungi Bryan, baru saja di bersiapa untuk menyerang Rafael seketika lengannya terasa di tarik cukup keras lalu di tarik Bryan ke dalam pesawat, “Direktur Bryan!”

Rafael yang melihat ini dengan segera meggunkan senjatanya lalu ingin mengenai hati Bryan dari belakang.

Lindsay yang melihat ini! Tanpa memperdulikan apapun ingin menghadang, tetapi ada yang lebih cepat dari dia!

Edward menghalangi Lindsay, Horald turun lalu berguling untuk melindungi Bryan, tembakan ini mengarah ke tempat mereak berhenti tadi, kemudian orang-orangnya Horald juga bergerak dengan cepat, mereka membuka jendela dan menembaki orang-orang disana, Rafael yang tidak di lindungi ini melangkah mundur dengan cepat.

Horald sebenarnya ingin memarahi Bryan tetapi baru menyadari jika dia memegang dadanya dengan wajah yang sesak.

“Ayo!” Horald memopoh Bryan untuk naik.

Lalu pada saat pintu pesawat akan tertutup, Rafaeel tetap menembaki mereka dua kali, lalu terdengar sebuah tebakan, kemudian pesawat sedikit berputar lalu pergi dari tatapan Rafael.

“Sialan!” Rafael berkatas, dia menendangi sebuah ember logam yang menjadi terbang dengan jauh.

Bisa dikatakan jika rencana Rafael hari ini terbilang tidak di ketahui, dia memang berencana agar Bryan tidak sempat berantisipasi, tetapi siapa sangka jika Horald juga berada disini! Ini membuat Bryan yang tidak menemukan jalan tetap akan berhasil!

“Seharusnya bisa membunuh dia...” Rafael berkata, matanya dengan kegelapan ini sama gilanya, dengan tanpa ketakutan dia seperti sudah siap untuk mati, ketika wanita yang dia cintai meninggal, dia mencari wanita-wanita yang mirip, jika menikah dia pasti akan merebut keluarga itu, semua yang dia lakukan selama ini tidak pernah gagal.

Tetapi kali ini!

“Bryan.. tidak membunuhmu aku tidak akan merasa tenang.” Rafael menutup matanya dan berkata dengan pelan.

Diatas pesawat, Lindsay dengan mata memerah melihat Bryan pria ini berada di dalam dekapannya, seperti hampir mati yang terus memegangi dadanya dengan nafas yang terbilang sesak.

Edward mencari obat untuk diberikan kepada Bryan dengan wajah serius, “Tidak apa-apa, kita akan ke rumah sakit.” Dia berusaha menahan perasaannya Lindsay, lalu menaikan kepalanya dan terkejut.

Horald dengan tidak berekspresi bersandar dan cat yang putih telah terlihat warna darah yang segar.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu