My Cute Wife - Bab 346 Siapa Yang Akan Meraih Kemenangan

Ray Ji segera melakukannya, ia melangkah maju untuk memungut cadar hitam itu dan menutup mulut Adinda Xi dengan paksa. Ini membuatnya merasa kesakitan, Adinda Xi memberontak dan berusaha melepaskan cadar itu, tapi dengan dingin Ray Ji berkata, “Jangan membuat orang takut, mengerti?”

Adinda Xi tertegun sejenak, lalu ia mulai menggigit dan mencakari Ray Ji. Akhirnya Ray Ji mengikat tangan dan kakinya. Lalu ia meraih selembar handuk dari anak buahnya dan membungkam mulut Adinda Xi, membuat sumpah serapahnya menjadi suara rengekan. Adinda Xi menggeleng-gelengkan kepala, di matanya tampak ekspresi penuh kebencian.

“Bukankah wanita ini...” tanya Bryan Li perlahan, “Memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Tuan Ji?”

Steven Ji tetap tenang bahkan di saat yang tak seharusnya, Lindsay Chu sama sekali tak meragukan, bahwa Steven Ji bisa mengabaikan hubungan keluarganya begitu saja. Terdengar Steven Ji berkata dengan dingin, “Secara marga, seharusnya ia adalah adikku.”

“Kau ingin memaksa wanita itu datang?” Bryan Li sama sekali tak terkejut.

“Entahlah,” Steven Ji juga merasa tak yakin, “Lagipula baginya, anak hanyalah suatu alat, aku tak bisa memastikan apakah orang di hadapan kita ini cukup berharga atau tidak baginya.”

Mendengarnya, Adinda Xi segera meronta, ia menggeliat di tanah seperti seekor cacing dan menghempaskan handuk itu dari mulutnya. Lalu ia berkata dengan tajam, “Steven Ji! Kau hanyalah hasil suatu kesalahan masa muda ibu, mana mungkin kau bisa dibandingkan denganku? Selama ini akulah yang selalu berada di sisi ibu, aku belum pernah diracun dan dikurung di ruangan gelap! Tidakkah kau mengerti? Kau adalah sebuah noda bagi ibu, dan sebuah noda harus disingkirkan!”

Tatapan Steven Ji menjadi dingin, ia mendengus, “Sebenarnya siapakah yang sebuah noda bagi siapa.”

Tapi perkataan ini membuat Steven Ji teringat sesuatu, ia memberi perintah pada Ray Ji, “Kurung ia di ruangan rahasia!” lalu ia menatap Lindsay Chu, “Maaf merepotkan Nyonya Li.”

Lindsay Chu juga sangat jengkel mendengar perkataan Adinda Xi, ia mengangguk, “Tak masalah.”

“Beraninya kalian!” jeritan Adinda Xi memekakkan telinga, “Steven Ji! Ibu takkan memaafkanmu!”

“Saat itu, saat aku menyuruhmu datang membawa Misela Xi, apakah kau melakukannya?” tiba-tiba Steven Ji bertanya.

Adinda Xi tertegun sejenak.

Jika Misela Xi berani muncul lagi di hadapannya, ia akan mencabiknya hidup-hidup. Ia tidak bercanda, ini bermula dari rasa putus asanya yang mendalam semasa kecil, yang akhirnya tumbuh menjadi kebencian yang mendarah daging sejak ia kecil hingga remaja. Awalnya ia mengira ia telah mati, maka Steven Ji berusaha memendam kebencian ini dalam hati. Tapi setelah mengetahui Misela Xi masih hidup, ia merasa seolah ia kembali terbakar, dan monster yang selama ini dipendamnya berusaha keras menghancurkan kandang yang mengurungnya. Hubungan darah maupun hubungan keluarga tak ada artinya, dan seluruh kebencian dan amarah ini, hanya bisa dipadamkan dengan cara mencabut nyawa Misela Xi.

Adinda Xi dibawa ke sebuah ruangan tertutup, tak ada benda apapun di sekelilingnya dan kondisinya gelap gulita, ia menghela nafas panjang lalu duduk di sudut ruangan sambil memeluk lututnya dan berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa tak ada yang perlu ditakutkan.

Lindsay Chu menyalakan dupa, aromanya memasuki ruangan itu melalui ventilasi udara, tak butuh waktu lama, Adinda Xi akan segera mengalami halusinasi.

Tapi sebelumnya, Lindsay Chu menoleh pada Steven Ji dan bertanya, “Sejak kapan kau membangun ruang rahasia ini?”

Steven Ji hanya meneguk tehnya dan tak mengatakan apapun.

“Satu-satunya cara untuk mengalahkan ketakutan adalah dengan menghadapi ketakutan itu sendiri,” kepribadian Bryan Li sangat mirip dengan Steven Ji, maka tentu ia memahami apa yang dipikirkan Steven Ji.

“Benar,” Steven Ji membenarkan perkataan Bryan Li.

Memang, selama masa-masa suram itu, ia telah mendatangi banyak sekali psikiater, tapi tak ada satupun dari mereka yang berhasil membuatnya lebih tenang. Maka Steven Ji hanya bisa mengandalkan diri sendiri. Ia membangun sebuah ruang rahasia yang sama persis dengan ruangan yang diingatnya, dan sesekali ia tinggal di dalamnya seharian. Ia masih merasa takut, tapi ia sudah jauh lebih mampu menahannya.

Perlahan terdengar gerak-gerik dari ruang rahasia itu, dan 5 menit kemudian, terdengar suara jeritan terkejut Adinda Xi, sama seperti Steven Ji, ia juga merasa ketakutan tubuhnya akan dirayapi laba-laba dan serangga-serangga lain. Suara “sssss” itu menimbulkan ketakutan yang sangat mendalam.

“Biarkan aku keluar! Steven Ji! Hewan apa yang kau masukkan ke sini!” Adinda Xi merasa ketakutan dan mengeluarkan sumpah serapah, “Bajingan! Tak heran ibu sangat membencimu, apa gunanya kau menyiksaku? Selamanya ibu tak akan mencintaimu!”

“Cinta?” Steven Ji terkekeh, seolah mendengar lelucon yang sangat lucu, “Apakah aku membutuhkannya?” tatapan matanya menjadi suram.

“Tuan,” kata Ray Ji, “Aku sangat ingin memotong lidahnya.”

Steven Ji tersenyum, “Lakukan saja.”

“Seharusnya wanita itu akan segera tiba,” kata Bryan Li dengan dingin, “Semuanya berkat wanita tak berguna ini, harap Tuan Ji menyelesaikannya dengan baik, kami takkan berlama-lama di sini.”

Steven Ji mengangguk, “CEO Li tak perlu khawatir.”

Bryan Li menoleh menatap Lindsay Chu, “Ayo pulang.”

“Baik.”

Dalam perjalanan pulang, Bryan Li berkata pada Lindsay Chu, “Kau tampak sangat tidak tega.”

“Pada Steven Ji?” Lindsay Chu tersenyum, “Bukannya tak tega, aku hanya tak mengerti, bagaimana bisa seorang ibu melakukan hal seperti itu pada anaknya? Baik Melissa He maupun Misela Xi.”

Ekspresi Bryan Li tetap datar, “Selamanya kita takkan bisa menebak sikap manusia.”

Steven Ji berkata, ini adalah hasil perbuatan iblis.

Begitu mereka tiba di rumah, Alexander segera berlari menghampiri mereka dan memeluk kaki Lindsay Chu, kemudian memeluk kaki Bryan Li. Seperti biasa, Bryan Li hendak menggendong putranya, tapi saat ia membungkuk, ia merasakan sakit yang teramat sangat di bahunya, ia pun mendesis kesakitan.

“Ada apa?” Lindsay Chu segera menarik Alexander ke sisinya dan memegangi Bryan Li.

“Bahuku sakit,” kata Bryan Li dengan lirih, “Tidak parah, ini karena aku lupa mengganti perban hari ini.”

Tanpa menunda-nunda, Lindsay Chu segera mengambil kotak obat.

Bryan Li duduk di sofa sambil menyampirkan kemejanya di bahu kirinya, bahu kanannya dibiarkan terbuka.

Melihat Bryan Li terus menatap ke sudut meja dengan ekspresi merenung, sambil mengikat perban, Lindsay Chu bertanya, “Ada apa?”

“Aku sedang berpikir, karena Adinda Xi begitu setia pada Misela Xi, seharusnya ia tak akan mengkhianati Misela Xi,” kata Bryan Li dengan lirih.

Lindsay Chu tertegun, “Maksudmu...”

“Ia datang ke pelelangan untuk bersaing harga denganmu, dan hasilnya ia mengalami kerugian ratusan juta, tidakkah ini sangat konyol... lalu secara kebetulan, Steven Ji memergokinya...” kata Bryan Li perlahan, “Lindsay, tidakkah kau merasa ini terlalu mudah?”

Setelah Bryan Li mengatakan hal ini, akhirnya Lindsay Chu memahami kenapa sejak tadi dalam hati ia merasa ada sesuatu yang janggal.

“Jadi Steven Ji...”

“Tak perlu memperingatkannya,” kata Bryan Li, “Ia pasti juga akan terpikirkan apa yang kupikirkan, Steven Ji begitu membenci Misela Xi, tapi dengan begini, pikirannya akan semakin jernih, jika tidak, mungkin ia akan dibunuh oleh Misela Xi. Kita lihat saja, siapa yang akan meraih kemenangan."

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu