My Cute Wife - Bab 387 Saling Mengenali

Wujud Lingxian sangat biasa, bahkan mirip sepotong akar pohon busuk. Walau begitu, nilai dan khasiatnya sungguh tidak bisa ditandingi. Tanpa khawatir Dawton menipu dirinya, Lindsay Chu langsung menerima kota itu dengan senang hati.

Melihat Dawton dan istrinya masih ingin berdiskusi sesuatu, si wanita lalu memutuskan pamit.

Alih-alih menemui Bryan Li, Lindsay Chu kembali ke kamarnya sendiri untuk mengamati “benda sakti” yang baru diperoleh.

Lingxian beraroma sangat wangi. Dengar-dengar, semakin harum baunya, maka khasiatnya juga semakin berlipat ganda. Berselang beberapa waktu, kamar si wanita sudah dipenuh aroma bend aitu. Baunya sangat datar dan ringan, namun sanggup membuat orang langsung tenang. Gila, memang dewa!

Lindsay Chu sendiri lalu juga tersadar kemarahan yang daritadi dipenda seketika lenyap!

Wanita itu menatap Lingxian lagi dan menarik nafas dalam-dalam. Ia merasa seperti baru menemukan sebuah bayi besar dari lubang rahasia.

Bukan hanya bisa membangkitkan orang mati, Lindsay Chu juga berpikir Lingxian bisa jadi mampu menurunkan khasiat aroma terapi Misela Xi!

Seberkas cahaya aneh melintas di matanya. Tanpa membuang waktu lagi, Lindsay Chhu segera memotong pinggiran Lingxian. Sepanjang siang dan sore, ia menghabiskan waktu untuk membuatnya jadi wewangian yang disimpan di dalam sebuah botol kecil. Wanita itu berencana untuk membawanya ke mana pun dan kapan pun.

Entah berapa lama kemudian, bel pintu berbunyi. Melalui lubang kecil pada pintu, si wanita melihat bahwa yang menekan bel adalah Bryan Li. Ketika menengok jam, ia baru tersadar waktu sudah menunjukkan pukul enam sore.

Waduh, kacau!

Lindsay Chu buru-buru membuka pintu. Ia pertama-tama menarik prianya masuk, kemudian merapikan barang-barang di atas meja makan: “Tunggu sebentar, aku lupa waktu saat meramu wewangian. Meja akan segera rapi dan makanan akan segera siap.”

Melihat istrinya sudah mau selesai membereskan meja, Bryan Li mengetik lima kata: [Makan di restoran juga boleh.]

“Tidak, tidak.” Lindsay Chu menolak. Ia telah bersusah-payah mendapatkan Lingxian. Sekarang, ia ingin segera menyuruh Bryan Li mencobanya!

Obat, makanan, dan wewangian. Lindsay Chu ingin mencoba ketiganya sekaligus.

Lingxian sendiri adalah obat, sementara tumbukannya bisa dimasukkan ke sup, lalu wewangiannya sudah disiapkan dari tadi……

Di kamar, Bryan Li melihat Lindsay Chu berjalan ke arahnya sembari memegangi sesuatu dengan sangat hati-hati. Ketika dicermati, yang dia pegang itu mirip akar pohon busuk. Si pria dalam hati penasaran, benda apa ini? Kok benda busuk begini kelihatannya sangat bernilai?

Bryan Li kemudian melihat Lindsay Chu memasukkan potongan benda itu ke rebusan sup kuning. Ketika sup itu disodorkan padanya, pria itu sontak menggeleng.

“Benda bagus.” Si wanita menyodorkan mangkuk sup ke bibir Bryan Li. Tidak juga direspon secara positif, ia mendorong bahu si pria untuk memaksanya menyantap sup sampai habis. Wanita itu akhir-akhirnya tersenyum: “Enak kan? Aku bilang juga apa.”

Bryan Li menahan setengah mati hasrat untuk muntah. Ia merasa sup barusan makanan paling tidak enak yang pernah ia makan selama hidup.

Ia mengetik: Benda apa sih itu?

“Barusan kan sudah kuberi tahu? Itu benda bagus,” jawab Lindsay Chu misterius. Setelahnya, wanita itu memanaskan tumbukan Lingxian dan memasukkan ke dalam sup ayam yang sudah disiapkan. alau yang tadi dan yang ini dijumlahkan, wanita itu total hanya menghabiskan sepersepuluh bagian Lingxian.

Sup yang kedua terasa makin tidak enak bagi Bryan Li. Ia terus merasa ada rasa pahit yang tertinggal di mulut. Walau begitu, sesudahnya, ia tiba-tiab merasa dadanya yang selalu nyeri tiap malam seketika lega dan hangat!

Sebenarnya apa sih yang Lindsay Chu barusan berikan……

Sebelum terpikir jawabannya, sebuah bayangan gelap sudah jatuh ke pandangan Bryan Li. Ketika dirinya menunduk, ia menyadari bibirnya sudah tersentuh sesuatu yang lembut-lembut.

Bang! Otak Bryan Li terasa meledak dan mati rasa. Ia tercengang menatap Lindsay Chu, yang sudah memejamkan mata, tanpa memahami apa yang sedang terjadi.

Orang di hadapannya adalah istrinya sendiri. Mereka paling akrab satu sama lain, namun sejak terjadinya insiden Misela Xi, temperamen Lindsay Chu langsung kacau tiap melihat dirinya. Atas kondisi ini, si pria memutuskan berganti wajah. Sekarang, dengan wajahnya yang memakai wajah Joe Wan, Bryan Li bingung mengapa Lindsay Chu mau mencium dirinya.

……Jangan-jangan Lindsay Chu suka Joe Wan?

Sekalinya pikiran ini muncul, si pria langsung kehilangan kendali diri. Ia mendorong Lindsay Chu dan menatapnya dengan marah, lalu berjalan sempoyongan ke kamar mandi.

Lindsay Chu tidak marah. Wanita itu mengambil sepotong permen buah di atas meja dan menghisapnya di mulut. Ia yakin, permen ini akan membuat ciuman mereka sebentar lagi akan jadi lebih manis!

Bryan Li menyandarkan diri ke wastafel. Ketika melihat wajah masingnya di cermin, matanya seketika memerah. Pria itu tiba-tiba menghujamkan tinju dengan sangat kencang ke cermin.

Prang! Mendengar bunyi benda pecah, Lindsay Chu segera berdiri dan berlari ke kamar mandi.

“Apa yang kamu lakukan?” Si wanita memegang tangan prianya dan memeriksanya dengan hati-hati, “Kok bisa ada luka sedalam ini?” Di tangan Bryan Li terpampang luka panjang dan dalam yang terisi darah. Lindsay Chu sangat iba dan khawatir: “Keluar, biar aku balut lukamu.”

Tetapi, ajakannya itu direspon dengan gerakan melepaskan tangannya. Bryan Li kemudian menatap Lindsey Chu dengan luar biasa dingin.

Wajah yang ditatap jadi ikutan mendingin. Tepat ketika dirinya kehabisan kesabaran dan berniat mengeluarkan amarah, si pria mendengar pertanyaan: “Bryan Li, kamu tidak apa-apa kan?”

Api amarah dalam diri Bryan Li memadam. Bahkan, percikannya pun tidak bisa keluar.

Pria itu curiga dirinya salah dengar. Dengan mulut yang bergerak-gerak entah karena apa, ia merogoh saku seolah ingin mengeluarkan ponsel.

Lindsay Chu meledek: “Masih ingin mengetik? Kamu menggunakan maskara di wajah, terus matamu juga pakai lensa kontak. Sangat cerdas sih trikmu yang tidak mau bersuara ini, sebab sekalinya kamu bicara, aku pasti langsung mengenalimu.”

Tubuh CEO Li terasa mati rasa.

“Kamu…...” Meski pura-pura bisu di hadapan istrinya, Bryan Li tetap bisa bicara dengan normal pada orang lain. Anehnya, ketika berbicara lagi sekarang, ia malah tergagap, “Aku…...”

Terlalu malas untuk mendengar alibi dan klarifikasinya, Lindsay Chu segera menyeret Bryan Li ke ruang tamu. Kali ini, si pria bergerak dengan patuh.

Lindsay Chu membalut lukanya sambil berkata, “Cepat ngaku. Kalau ngaku konsekuensinya fleksibel, kalau tidak ngaku konsekuensinya tegas.”

“Istriku, istriku.” Suara Bryan Li bergetar. Lindsay Chu menghentikan gerakan tangan dan menyuruh lembut, “Lanjutkan.”

“Aku ...” Bryan Li masih berada dalam keadaan seperti bermimpi. Ia melanjutkan: “Aku tidak bermaksud menipumu. Temperamenmu langsung kacau sekalinya kamu melihatku, itulah sebabnya aku…...”

“Baik, paham,” potong si wanita dengan nada sengau. Ia berucap ini sembari mengikat luka suaminya dengan kain kasa.

Bryan Li langsung mengangkat dagu Lindsay Chu ketika mendengar kesengauannya itu. Benar saja, mata istrinya itu memerah.

“Lepaskan!” Lindsay Chu menepis tangannya.

Bryan Li tetap saja mengangkat dagunya.

Empat mata saling menatap. Emosi bergema dalam hati masing-masing, lalu meledak!

Bryan Li memeluk Lindsay Chu dengan erat, lalu menciumi. Dengan gairan yang sama-sama terus meningkat, masing-masing dari mereka bertingkah seperti ingin menelan satu sama lain. Hanya dalam beberapa detik, bentuk sofa sudah tidak karuan.

Di tengah adegan panas mereka, si pria menggigit leher si wanita. Ini menyebabkan wanitanya itu memiringkan kepala ke belakang. Kemudian, pria itu bertanya dengan samar, “Aku siapa?”

“Suamiku,” jawab Lindsay Chu dengan instan.

“Siapa suamimu?” Habis menciumi leher Lindsay Chu lagi, suaranya Bryan Li bertambah rendah sekaligus seksi.

“Bryan Li,” jawab Lindsay Chu dengan mengucapkan setiap kata sejelas-jelasnya.

Kilatan tajam, yang membawa perasaan cinta yang mendalam, muncul di mata Bryan Li. Pria itu tiba-tiba mengangkat wanitanya dan membopongnya ke kamar mandi.

Air yang keluar dari pancuran adalah air panas. Ini membuat gairah dalam diri mereka malah makin menjadi-jadi. Dengan pikiran rasional yang dipertahankan sekuat tenaga, Lindsay Chu memutuskan menahan bahu Bryan Li: “Jangan……”

Nada bicara yang ditahan langsung jadi kecewa: “Masih takut melihat wajahku?”

Lindsay Chu menjauhkan badannya dari tangan Bryan Li, lalu menjawab serius: “Aku khawatir dengan lukamu.”

Butiran air menetes dari dagu Bryan Li dan menampakkan wajah aslinya yang tampan.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu