My Cute Wife - Bab 486 Semoga Semua Pasangan Di Dunia Seperti Ini

Steven bisa merasakan tentang pelarian Stella tetapi pria ini menganggap dirinya tikda tahu.

Dia memenjarakan Stella di sampingnya dan hal yang harus dilakukannya setiap hari adalah “mengosok” wanita ini, sungguh sebuah kegembiraan yangtelah berakhir, Stella berbaring di dada Steven, lalu bertanya: “Apakah kamu menyukai Lindsay?”

Steven menundukkan kepalanya menatap Stella : “Kamu masih berani bertanya.”

Stella melanjutkan: “Bryan sangat bersikap waspada kepadamu, dan juga tatapan mata mu ketika melihat Lindsay terlihat ada yang salah.”

Steven terbilang mendengar perkataan yang berbeda ini, dia memegang dagunya Stella sambil memaksa orang ini untuk melihatnya dan tersenyum: “Cemburu?”

Stella tercenggang, sedikit canggung dan menghindari tangan Steven: “Tidak seperti itu.”

Tidak peduli apakah Stella mengakuinya atau tidak tetapi Steven tetap mengakui hal ini, dan suasana hati yang bahagia dia pelan-pelan menjelaskan : “Kamu seharusnya bisa menebaknya, Lindsay adalah orang yang membuka kembali ilmu meracik aroma terapinya Misela kepadaku, sedangkan kamu tidak memiliki hati nurani, kamu berkata akan membantuku tetapi pada akhirnya kamu melarikan diri lebih cepat dari orang lain.” Mendengar Stella terbatuk-batuk, Steven tiba-tiba menurunkan nada bicaranya: “Aku hampir mati, apakah kamu mengetahuinya?”

Stella tiba-tiba melihat ke arahnya, tatapannya penuh dengan kepanikan.

Steven sedikit menyesal, dia mengangkat tangannya dan menutupi mata Stella, “Aku berbohong.”

Bibir Stella bergemetar, hatinya sangat jelas bahwa Steven tidak berbohong.

“Beberapa kebiasaan kamu Lindsay mirip denganmu, untuk hal ini kamu jangan menyalahkan aku, salahkan saja dirimu sendiri.” Steven mengubah topik pembicaraan: “Jika llmu turunan dari Misela sudah tidak ada lagi, ingatan yang kamu kunci untukku pasti tidak akan berjalan lagi, dan aku selalu memimpikan seseorang di malam hari, tetapi aku tidak bisa mengingat itu kamu, hingga di siang hari aku bertemu dengan Lindsay aku merasa dia terbilang mirip dengan bayangan tersebut, jadi tebaklah apa yang aku lakukan?”

Steven menepuk bahu Stella dengan pelan, hal ini membuat Stella semakin merasa bersalah dan merasa malu.

Steven pernah menyukai Lindsay tetapi pada saat itu Lindsay berada diantara bayang-bayangnya Stella, sekarang Steven sudah mengingatnya, Lindsay adalah Lindsay, Stella adalah Stella, dia dapat membedakan mereka dengan jelas.

Untungnya Lindsay masih memiliki orang yang dia cintai yaitu Bryan, jika tidak sungguh tidak tahu bagaimana Steven membayar utang ini.

Salah satu tangan Stella dipegang oleh Steven, dia terdiam beberapa saat dan jari tangan dari pria itu memegangnya dengan erat, dan untuk hal itu dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan kepada Steven.

Dan tanpa menunggu Stella mencari sebuah kesempatan, di suatu pagi Steven memanggil Stella dan mendapati wanita itu tidak menjawabnya.

Steven mencari hingga ke depan pintu, Lindsay sendiri sedang bermain bersama Alexander dan Robert, secara kebetulan Randu kembali untuk mengambil barang, sambil memberikan wajah yang dalam, lalu membawa nyonya dan kedua tuan mudanya di belakang, “Apa yang kamu lakukan?”

Lindsay menatapnya dan mendapati bahwa pakaian Steven tidak rapi, dia tampak seperti tergesa-gesa, hatinya seketika merasa ada hal yang terjadi lalu mendorong Randy untuk menjauh sambil bertanya : “Ada apa?”

“Tolong...” Steven bergumam : “Tolong Stella.”

Ketika Lindsay tiba, denyut nadi Stella sudah hampir tiada, dokter menggelengkan kepalanya ke arah Steven, dan sudut mata pria ini memerah.

“Jangan panik.” Dari tas Lindsay mengeluarkan obat langka dan hanya ini beberapa yang tersedia, dia melihat obat langka untuk di gunakan ke tubuh Stella.

Obat digunakan untuk menyelamatkan orang.

“Terima kasih.” Steven melihat dengan jelas : “Jika suatu saat keluarga Li ada masalah, aku pasti akan menolong dengan sekuat hati.”

Lindsay tersenyum : “Kamu keluar terlebih dulu.”

Dengan cepat, aroma wangi tercium dari dalam kamar itu.

Stella hanya menganggap dia sedang tertidur sebentar, siapa sangka ketika dia membuka matanya, dia melihat Lindsay kemudian Stella mencoba untuk berdiri, “Apakah kamu menggunakan obat langka?”

“Apakah kamu tahu, kamu hampir tewas?” Lindsay kembali bertanya : “Jika aku keluar sekarang dan mengatakan bahwa kamu sudah mati, Steven bakalan gila.”

Stella seketika merasakan punggungnya terasa dingin, tenggorokannya menjadi serak : “Benarkah, aku tidak tahu...”

“Jadi harus bagaimana?” Lindsay bertanya.

“Obat langka...” Stella bergumam : “Ada obat langka, aku masih bisa bertahan!”

Lindsay melihat Stella: “Apakah karena sepasang matamu ini?”

“Iya...” Stella mengangguk.

“Kedua cerita yang kamu sampaikan kepadaku, apakah benar itu adalah Stevanus?”

Stella tidak berkata apapun dan dengan diam menjawab pertanyaan Lindsay.

“Sisa obat langka ini aku berikan kepadamu.” Lindsay menambahkan : “Pikirkan cara untuk hidup, jika mati, maka tidak tersisa apapun lagi.”

Barulah Stella melihat Lindsay : “Aku ingin kamu membantuku.”

“Baik.”

“Dan juga...” Suara pelan Stella : “Kedua mata ini, apakah kamu masih mau?”

Lindsay sedikit tidak mengerti.

“Kamu bisa melihat sekilas masa lalu dan masa depan, juga kamu bisa mengingat kehidupan pertamamu, pasti saja jika kamu berada di kehidupan ketiga maka...”

Tidak menunggu Stella berkata, Lindsay menggelengkan kepalanya: “Tidak usah, karena barang ini membuat kamu menjadi seperti ini? Lalu terikar dengan Stevanus selama ini? Stella, apakah kamu bahagia?”

Bahagia? Secara alami dia tidak bahagia, bahkan penampilannya terlihat seperti tidak manusia dan tidak setan, di kehidupan kedua dia juga mengalami kesalahan, seharusnya ketika Stevanus dan Nayara sedang jatuh cinta, dia seharusnya harus menjauh ke tempat yang jauh tetapi jikalau kehidupan kedua dia bertemu dengan Steven... maka itu akan jauh lebih baik...

Berpikir seperti ini, tiba-tiba timbul keinginan hidup dari hati Stella, ini seharusnya tidak berakhir begini, masih ada orang yang menunggu dirimu!

Sepanjang siang dan malam, Stella dan Lindsay tidak ada satu pun dari mereka yang keluar, ketika Bryan tiba dia bertengkar hebat dengan Steven, dengan wajah yang berwarna-warni mereka duduk di atas sofa, siapapun tidak mempedulikan siapa, dengan tatapan terus saja melihat ke arah pintu.

“Krek~” Aroma harum melayang, pada saat bersamaan Bryan dan Steven berdiri.

Lindsay keluar memegang dinding, wajahnya tampak pucat, dia melihat Bryan kemudian tersenyum dan langusung jatuh ke pelukan pria itu.

Bryan memeluknya dan berkata dengan khawatir : “Bagaimana?”

Lindsay menggeleng kepalanya : “Hanya menguras tenaga, dan baik-baik saja.”

Steven tidak masuk tetapi melihat ke arah Lindsay : “Dia...”

“Hidup.” Lindsay menjawab: “Apakah kamu tahu rahasia matanya?”

Steven mengangguk.

“Kedepannya dia akan kehilangan kemampuannya.” Lindsay mengatakan kalimat itu, Steven menghelakan nafas lega, tidak memiliki kemampuan itu berarti segala sesuatu yang berada di masa lalu tidak akan melekat pada diri Stella, “Dan...” Lindsay melanjutkannya: “Matanya tidak akan pulih dalam 2 tahun ini.”

“Sudah tidak kelihatan?” Steven tersenyum sambil masuk : “Tidak, aku adalah matanya.”

Stella yang mendengar ini, malam ini dia menangis dalam pelukan Steven seperti menangisi ketiga kehidupannya dan puas.

Bryan menghancurkan tangan Nefertari, keluarga Huang membuat keributan kepada Stevanus dan Stevanus tidak memperdulikannya, dia tampak kebingungan dan duduk di kursi seperti berjalan sampai akhir di kehidupan ini lalu di tangannya dia memegang sebuah undangan pernikahan yang Steven berikan sebagai hadiah untuknya.

Akhirnya... sudut mata Stevanus seperti menetaskan air mata, melewatkan semua ini.

Steven membawa Stella ke negara Fujia, keduanya akan mengadakan pernikahan besar, Bryan dan Lindsay sudah tiba di acara dan dan bertemu dengan Riley yang telah lama tidak kembali, Riley sendiri sudah menikah juga memiliki kehidupan yang baik.

“Sangat baik.” Lindsay berada di pelukan Bryan, melihat keindahan yang tergambar oleh awan dan kabut di langit.

Bryan memeluk erat orang yang ada dipelukannya: “Benar.”

Mereka telah melewati kesulitan yang tidak terhitung tetapi juga tidak saling melewatkan.

Semoga semua pasangan di dunia ini seperti ini.

(The End)

Akhirnya cerita dari buku ini telah selesai, terimakasih banyak atas komentar dan masukkan yang telah kalian berikan. Author akan berusaha untuk menghasilkan karya yang lebih bagus. Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika di dalam buku ini ada terdapat kesalahan penulisan ataupun kesalahan yang penggunaan kalimat yang masih belum pas, semua cerita ini hanyalah fiktif belaka. Terima kasih kepada para pembaca atas dukungan yang diberikan kepada author. Author mendoakan supaya para pembaca sehat selalu dan Tuhan selalu memberkati kalian dan keluarga kalian. Jika kalian suka buku ini, jangan lupa ya untuk di share ke teman kalian. Sukses selalu!

Bagi para pembaca yang ingin membaca buku berikutnya, silahkan di baca buku Mr Huo's Lover, ceritanya tak kalah menarik lo :))

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu