My Cute Wife - Bab 407 Menjadi Tawananmu Selamanya?

Pesta perjamuan seperti ini sudah tidak asing lagi bagi Lindsay, ia mengenakan gaun panjang berwarna merah muda, kulitnya tampak sangat putih bersih, meskipun sudah menikah bertahun-tahun dan memiliki seorang anak, namun ia selalu dirawat dengan baik oleh Bryan, aura elegan nan anggun yang terpancar dari dalam dirinya itu sama sekali tidak ada duanya.

"Sebelum datang kemari kau sudah melihat daftar tamu yang datang." tanya Lindsay pada Tasya, "Bagaimana sekarang? Apa kau masih ingat?"

Tasya menganggukkan kepalanya, "Aku sudah mengingat semuanya/"

Lalu mata Lindsay pun menyorot ke sekeliling mereka, ternyata Parker Li ada di antara kerumunan orang-orang, bukannya Lindsay ingin bermusuhan dengannya, namun telepon darinya itu sungguh sangat janggal, Lindsay pun tidak punya pilihan lain selain bersikap was-was terhadapnya.

"Sana." kata Lindsay pelan, "Aku akan melihatmu dari sini."

"Pesta dansanya akan segera dimulai, apa Kak Lin tidak mau ikut?" tanya Tasya sambil tersenyum.

"Ikut?" Lindsay menaikkan alisnya, "CEO Li kalian berkata, kalau ada orang asing yang memandangiku, ia akan langsung mencabut bola mata orang itu, kalau aku ikut berdansa, apa menurutmu aku masih bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini?"

Tasya pun tertawa, ia pun pergi ke tempat yang paling gemerlap di sana sambil menahan tawanya.

Pesta hari ini sangatlah penting, para pria mengenakan pakaian yang sangat rapi, mereka saling berbincang-bincang, para wanita juga bersikap sangat elegan, bercakap-cakap santai dengan riang, Lindsay pun membawa dirinya keluar dari suasana yang seperti ini, jari-jarinya menari-nari di atas layar handphonenya, ia sedikit rindu pada Bryan.

Parker ingin menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Tasya, namun tiap kali ia mendekat, ia pun menyadari bahwa ada sorotan mata yang tertuju ke arahnya, keringat dingin pun mulai bercucuran dari keningnya, ia tahu orang yang menatapnya itu adalah Lindsay, tapi ia tidak tahu sejak kapan Lindsay memandanginya.

Ternyata benar, semua urusan yang berhubungan dengan Bryan Li itu pasti sangat rumit.

Parker agak sedikit menyesal karena ia terlalu cepat menyetujui perjanjiannya dengan Dina Xie, sekarang ia sudah tidak punya kesempatan untuk menolaknya lagi.

Tak lama, pesta dansa pun dimulai.

Lindsay merasa sangat lelah duduk di kursi, kalaupun hari ini pangeran dari langit datang menghadiri pesta ini pun, ia tetap saja tidak bisa berdansa dengannya.

Lindsay memainkan handphonenya, tiba-tiba ia mendengar sebuah keributan, mungkin ada artis mana yang datang lagi, Lindsay sedang sibuk menyirami tanaman Alexander, ia sama sekali tidak mengangkat kepalanya.

Ini adalah permainan yang sangat disukai Alexander belakangan ini, sejenis permainan pertanian yang harus menanam dan menyirami tanaman, Alexander sudah memiliki tiga pertanian, sekarang sangat membutuhkan sayur, namun masalah kekurangan sayur ini tidak bisa diselesaikan dengan mengisi uang saja, hanya bisa menghabiskan waktu untuk memelihara tanaman ini, Bryan tentu saja tidak peduli pada hal-hal seperti ini, kalau dia tahu mungkin ia akan menghina Alexander dengan sebutan "Budak Permainan", namun menurut Lindsay, jarang sekali anaknya itu suka pada sebuah permainan, oleh karena itu ia langsung mengunduhnya dalam handphonenya, lalu saat Alexander sekolah, ia akan membantu Alexander merawat tanamannya ketika ia punya waktu luang.

Ini adalah hal yang sangat penting.

Lama kelamaan, suasana di sekitarnya menjadi tenang, alis Lindsay terangkat ke atas, tiba-tiba sebuah tangan yang sangat indah dan panjang pun muncul di hadapannya, "Apa aku boleh mengajakmu berdansa denganku?" suara orang itu terdengar sangat berat dan menggoda, namun jauh lebih lembut daripada suara Bryan, bahkan seperti sedang menyeringai.

Lindsay sangat yakin orang ini sedang menertawai dirinya yang sedang memainkan permainan ini di handphonenya.

Lindsay pun menyimpan handphonenya dan menengadahkan kepala, lalu ia pun melihat sebuah paras wajah yang terlihat sangat biasa.

Memang sangat biasa, namun biasanya itu ditambah dengan sebuah keunikan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kulit sang pria itu sangat putih, single eyelid, mata hidung bibirnya juga sangat biasa, bola matanya berwarna coklat, rambutnya hitam, namun auranya sangat berbeda.

"Maaf, Anda......" kata Lindsay pelan.

"Marga saya He." kata pria itu dengan jelas, seolah sengaja ditujukan pada seseorang, "Dylan He."

Tanpa sadar Lindsay pun langsung menengokkan wajahnya ke arah Tasya yang wajahnya tampak pucat.

Dylan He......

Ternyata orang inilah Dylan He.

Seluruh organ tubuh Lindsay pun langsung menyalakan alarm waspada seketika.

Sepertinya Dylan bisa melihat kebingungan di wajah Lindsay, ia tersenyum dan berkata, "Aku tahu Nyonya Li, Anda tenang saja, hanya sebuah dansa saja."

"Bukan hanya sebuah dansa." Lindsay mengeleng-gelengkan kepalanya, ia menekan suaranya sampai sangat rendah, "Kau datang untuk Tasya?"

Dylan masih tetap tersenyum, namun sorotan matanya langsung membeku seketika.

"Kau sangat tidak ingin dia bersinar di dunia entertainment, atau, kau memang tidak ingin membiarkan Tasya hidup tenang sedikit pun." lanjut Lindsay, "Kau tidak ingin harapanmu itu hancur di tanganku, Tuan He, dansa hanyalah sebuah tipuan saja, sebenarnya kau ingin menghancurkanku kan?"

Dylan memiringkan kepalanya, "Kalau boleh."

"Kalau begitu kurasa kau akan kecewa." Lindsay mengangkat bibirnya, "Aku sudah ditakdirkan untuk panjang umur."

Dylan tidak menyangka bahwa Lindsay mengetahui semuanya, setidaknya Lindsay terlihat sangat yakin, ia juga malas untuk berpura-pura lagi, ia pun menegakkan tubuhnya perlahan-lahan, merapikan bajunya, lalu berbalik dan berjalan ke arah Tasya.

Parker yang melihat kejadian itu pun panik, ia segera berlari keluar untuk menelepon seseorang, kenapa Dylan He bisa ada di sini?!

Melihat bayangan Dylan itu, Lindsay pun membutar-mutar pil obat yang ada di tangannya sambil berpikir.

Tarian pertama Tasya tetap ia berikan pada Dylan. Entah setidakrela apa dirinya, tangan pria itu tetap melekat pada pinggangnya.

"Kalau kau ingin agar Lindsay Chu tahu apa yang sudah kau lakukan dulu, kau boleh terus membuat onar." kata Dylan pelan, "Hanya martabat dan nama baik saja yang akan hancur, iya kan?"

Tasya terdiam, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya kepada Lindsay yang sedang berjalan ke arahnya, ia memberitahu Lindsay bahwa dirinya bisa menyelesaikannya sendiri, Lindsay memang tidak tahu masalah di antara mereka berdua, karena ia takut menimbulkan masalah yang tidak diinginkan, ia pun hanya melihat dari kejauhan.

"Entah apa yang kau katakan, apa yang tidak pernah kuperbuat memang tidak pernah kuperbuat." kata Tasya sambil menggertakkan giginya.

"Aku tahu kau keras kepala." Sambil mengikuti alunan lagu, Dylan membawa Tasya berdansa ke tengah ruangan, meskipun wajah Dylan sangat biasa, namun keberadaannya sama sekali tidak bisa diabaikan, "Tasya Liu, apa kau masih bisa hidup tenang seperti ini setelah menghabiskan nyawa seseorang?"

"Dylan He, kalau kau tidak percaya kenapa kau menanyaiku terus menerus?"

"Kalau begitu ganti topik pembicaraan." Dylan menatap wajah Tasya, "Kenapa kau pergi?"

Tasya tertawa, "Kalau aku tidak pergi, apa aku harus menjadi tawananmu seumur hidup? Atau mati di tangan Dina Xie?"

"Semua ini adalah pengorbanan yang harus kau bayarkan."

"Dylan He." Tasya pun tiba-tiba berhenti dan mendorong pria itu, "Sia-sia kau disebut jenius yang langka di Keluarga He, apakah kejeniusanmu itu tidak bisa digunakan untuk melihat kebenaran lainnya selain digunakan dalam intrik dan tipuan di dunia bisnis? Sudah sepantasnya kau dipermainkan oleh orang lain!"

"Tasya Liu." Dylan menyipitkan matanya dengan pandangan yang sangat menyeramkan.

Lindsay pun segera ke sana dan melindungi Tasya di belakangnnya, ia tersenyum dan berkata, "Kalau sudah selesai, silahkan Tuan He nikmati pestanya, aku bawa Tasya pergi dulu."

"Bagaimana kalau aku mau menyuruhnya untuk tetap berada di sini?" tanya Dylan.

Banyak orang yang mendengar keributan ini dan segera menghentikan kegiatan mereka masing-masing, namun Dylan sama sekali tidak peduli pada semua ini, ia mengacungkan tangannya, lalu para bodyguard pun langsung kemari.

Tepat saat Lindsay sedang memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya, sesosok pria bertubuh tinggi pun berjalan kemari, dengan suaranya yang dingin dan menekan ia berkata, "Jangan mendekati dia."

Bryan Li.

Lindsay dan Tasya pun menghela nafas lega bersamaan.

"Tidak apa-apa kan?" Bryan berjalan ke samping Lindsay, lalu bertanya dengan lembut.

"Tidak apa-apa." kata Lindsay sambil memeluk lengan tangan Bryan dan menatap ke arah Dylan, "Sejak tadi ia mengajakku untuk berdansa." Jangan berharap ada yang masih bersenang-senang, ayo besarkan saja masalah ini.

Dylan, "......"

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu