Awesome Guy - Bab 697 Ia Adalah Putra Kandungku

Seorang lansia yang berambut perak pun turun dari dalam mobil.

Orang tua itu mengenakan setelan tunik Cina, rambutnya tersisir rapi. Kedua tangannya diletakkan di belakang tubuhnya, sepasang mata yang tidak menyembunyikan usianya yang sudah lanjut menatap lekat-lekat Eddy Bai yang ada di hadapannya ini.

Begitu Eddy Bai melihat orang lanjut usia itu, ia pun langsung mengernyit.

Walaupun begitu, ia masih menyapanya lebih dulu, “Paman ipar.”

Yang datang padanya adalah tetua keluarga Bai. Segala sesuatu yang berhubungan dengan masa depan keluarga Bai, hak untuk memutuskan berada di tangan mereka. Totalnya ada empat orang tetua di keluarga Bai.

Pemimpin utama para tetua adalah paman tertua Eddy Bai, Paulus Bai. Kemudian bibi tertua Eddy Bai, Tiara Bai. Tetua ketiga adalah paman termuda Eddy Bai, Usman Bai. Lalu yang paling terakhir adalah paman ipar Eddy Bai, Yoshua Wen.

Tetua yang ada di hadapannya ini adalah Yoshua Wen.

Yoshua Wen berujar datar: “Eddy, ada hal yang mendesak di rumah dan kami ingin mendiskusikannya denganmu.”

Eddy Bai bertanya sopan: “Ada masalah genting apa?”

“Kita bicarakan di mobil.” sahut Yoshua Wen.

Eddy Bai tetap bergeming, lalu menggeleng dan berkata: “Paman ipar, bicara terus terang saja. Biarpun terjadi masalah segenting apapun di keluarga ini, tidak mungkin akan pernah membuat kalian para tetua keluarga mencariku untuk berdiskusi. Bukankah begitu?"

“Kalian hanya tidak mengijinkanku untuk pergi dan mencampuri urusan ini saja, bukan?”

Mendengar ucapan itu, Yoshua Wen pun menghela napas pelan kemudian berkata dari dalam lubuk hatinya: “Eddy, kamu harus tahu kedudukanmu adalah sebagai kepala keluarga Bai, kamulah yang menjadi wakil seluruh keluarga Bai. Setiap keputusan yang kamu buat akan mempengaruhi profit keluarga Bai. Jangan sampai kita mengalami kerugian yang besar hanya karena hal kecil, pikirkanlah baik-baik. Keluarga Bai kita bisa menjadi seperti sekarang dan menduduki posisi yang sekarang adalah sebagai hasil dari jerih payah dan keringat kerja keras dari para pendahulu yang sudah dibangun sedari dulu.”

“Para tetua keluarga tidak dapat melihatmu yang hanya karena tindakan gegabah sesaat membuat seluruh harta dan kedudukan keluarga Bai hancur dan binasa!"

Perkataan itu membuat Eddy Bai cukup tersadar dari pengaruh alkoholnya. Ia dapat merasakan ketegangan dan aura dingin yang semakin kental, lalu tertawa, “Semenjak aku menduduki posisi sebagai kepala keluarga, kalian sering menggunakan alasan ini-itu untuk tidak mengijinkanku berbuat banyak hal dan aku bisa memahami maksud hati kalian."

“Kalian hanya tidak ingin kehilangan ataupun merusak keuntungan kalian sendiri saja, bukan? Aku juga tahu apa yang barusan kamu katakan semuanya adalah benar.”

“Tapi orang yang sekarang sedang dikepung dan akan dibunuh itu adalah anakku, putra kandungku!"

“Kalau orang itu diganti dengan putra paman ipar bagaimana? Apakah paman ipar akan tetap duduk diam tanpa peduli sedikitpun seperti ini?”

Setelah melontarkan perkataan itu, Eddy Bai pun tidak lagi menghiraukan Yoshua Wen dan langsung berjalan menjauh.

Yoshua Wen terpaku diam di tempatnya berpijak, ia sedikit tidak percaya ternyata Eddy Bai bisa begitu bersikeras.

Hal ini membuat Yoshua Wen yang terbiasa mengontrol dirinya pun menjadi murka. Ia langsung membalikkan tubuhnya, kerutan semakin memenuhi pipinya yang sudah tua. Ia lalu berseru nyaring kepada Eddy Bai: “Kamu bisa melahirkan anak lagi kalau putramu mati! Tapi kalau keluarga Bai binasa, tidak akan ada yang bisa menggantinya!”

Eddy Bai yang sedang berjalan ke depan pun sontak menghentikan langkahnya. Kepalanya dengan cepat menoleh dan suaranya berujar bengis: “Hei, bangsat! Kalau kamu mampu, kamu saja yang melahirkan anak lagi!”

Yoshua Wen sontak termangu kaku.

Eddy Bai memang selalu bersikap tegas dalam mengurusi setiap hal sebelumnya, namun ia selalu bersikap sopan dan menghormati para senior. Ia tidak pernah menyinggung urusan para tetua.

Tapi, kali ini Eddy Bai sudah menghinanya dan inilah yang membuat Yoshua Wen murka. Ia pun berujar: “Kalau memang maumu seperti ini, maka keluarga Bai terpaksa akan memilih kembali orang yang akan menjabat sebagai kepala keluarga demi keluarga ini.”

“Hmph! Kenapa? Kalian ingin mengangkat kakakku?” Seolah bisa membaca pikiran Yoshua Wen, Eddy Bai pun langsung tertawa dingin tanpa menunggu jawaban dari paman iparnya, “Pergi dan tanyakan saja padanya, apakah ia berani atau tidak merebut posisi kepala keluarga dariku?”

“Lalu, apakah kalian semua juga berani?”

Begitu perkataan itu terlontar, Yoshua Wen pun terdiam. Bahkan walaupun ia sangat geram dan murka sampai-sampai akan kehilangan kontrol emosinya, ia juga tidak bisa menyahut perkataan itu.

Karena apa yang dikatakan Eddy Bai adalah fakta. Kakaknya memang tidak berani, begitupun mereka para tetua.

Eddy Bai mendengus dingin, “Apa yang kuberikan pada kalian, kalian boleh mengambilnya sesuka hati. Tapi asal aku tidak memberikannya, maka tidak ada satupun orang yang berani merebutnya!"

Selesai berujar, Eddy Bai pun benar-benar tidak lagi menghiraukan Yoshua Wen. Ia membalikkan tubuhnya dan naik ke mobilnya, lalu melaju pergi menjauh dari situ.

Melihat buntut mobil yang semakin melaju jauh, Yoshua Wen hanya dapat gemetaran sambil berkata: “Benar-benar... Terbalik...”

......

Di sebuah jalan raya di Kota C yang awalnya kosong melompong, sekarang sudah dipenuhi oleh hamparan orang-orang yang terkapar.

Orang-orang ini semuanya adalah orang keluarga Hu dari Kota C, termasuk di dalamnya ada pula dua orang ahli tingkat tiga keluarga Hu.

Dan disaat yang bersamaan, terdapat pula seorang wanita dengan paras yang sangat cantik diantara kumpulan orang-orang disini, Vania Liang.

Dan satu-satunya orang yang sedang berdiri adalah Dion.

Dion mengusap-usap perutnya sendiri yang baru saja menerima sebuah tendangan dari Vania Liang yang sangat keras. Tapi raut wajahnya menyengir bengis, “Wanita cantik ini lumayan jago juga rupanya.”

Saat ini Vania Liang sudah jatuh pingsan, ia terbang melayang beberapa meter akibat tendangan yang dilayangkan Dion padanya. Celana olahraga yang dikenakannya sampai robek akibat gesekan yang begitu keras dengan permukaan aspal jalanan, memperlihatkan bagian pahanya yang putih dan empuk.

Vania Liang adalah ahli tingkat tiga, ia sudah cukup tangguh dengan bisa mengalahkan dua orang ahli tingkat tiga dan sekumpulan preman-preman ini.

Yang sangat disayangkan adalah ternyata kekuatannya setara dengan Dion. Ia baru jatuh pingsan saat Dion meluncurkan serangan mendadak. Pria itu memukulnya dengan tongkat tepat di belakang kepalanya.

Saat Dion melihat paha Vania Liang yang tersibak dari bagian celananya yang robek, matanya pun berkilat terang dan senyumannya semakin bertambah bengis, “Sayang sekali, sehebat-hebatnya kamu, kamu tetaplah wanita. Wanita itu sudah seharusnya ditindas oleh laki-laki.”

Dion lalu menggotong Vania Liang di pundaknya dan berjalan ke sisi sebuah mobil yang ada di depannya. Ia lalu berkata dengan nada menyanjung pada tuan muda yang duduk di dalam mobil itu: “Tuan muda, sepertinya kita tidak keburu. Meskipun begitu, aku menangkap seorang wanita cantik untuk tuan muda.”

Tuan muda Hu melihatnya dengan sangat jelas dari dalam mobil bagaimana Vania Liang yang merupakan seorang wanita yang lemah lembut ternyata mampu melumpuhkan belasan pengawalnya sendirian. Hal ini benar-benar membuatnya terkejut akan kemampuan wanita itu.

Itu sebabnya ia sama sekali tidak keluar sama sekali dari mobil sedari awal. Ia merasa gelisah dan baru bisa merasa tenang saat akhirnya Dion bisa membuat Vania Liang pingsan.

Dan sekarang setelah pingsan, ternyata wanita ini adalah wanita yang cantik. Lebih tepatnya, seorang wanita cantik yang kuat.

Begitu banyak wanita yang bermain dengannya di luar sana, namun belum pernah tuan muda Hu bermain dengan wanita yang memiliki aura seperti ini.

Oleh karena itu dengan sangat senang dan bersemangat, ia pun berujar pada Dion: “Cepat bawa ia masuk.”

Tuan muda Hu yang sekarang sama sekali tidak segelisah dan setakut yang tadi, sebaliknya ia hanya merasa senang dan bersemangat.

Dion langsung patuh: “Baiklah tuan, silakan tuan nikmati dulu. Aku akan pergi mencarikanmu sebuah tali untuk berjaga-jaga agar ia tidak bisa melukai tuan kalau sudah sadar.”

“Ya, ya, ya, baiklah. Cepat pergi sana. Setelah aku selesai menikmatinya, aku akan memberikannya padamu supaya kamu juga bisa menikmatinya.” jawab tuan muda Hu dengan tidak sabar.

Dion terkekeh, “Terima kasih banyak, tuan muda.”

Dion kemudian langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju truk. Di dalam truk biasanya pasti ada tali yang tersimpan.

Di dalam mobil, tuan muda Hu sedang menatap Vania Liang dan ia pun menyengir tidak waras. Tanpa bisa ditahan, ia pun menelan air liurnya.

Ia menjulurkan tangannya untuk membelai wajah mungil Vania Liang yang mulus bersinar dan putih bersih itu kemudian berkata: “Kesayanganku, tuan muda yang satu ini akan mulai menyayangimu... Aku...”

“UGHH!”

Tuan muda Hu membelalakkan matanya besar-besar sambil menunduk menatap Vania Liang.

Entah sejak kapan Vania Liang sadar. Saat ini ia sedang menatap tuan muda Hu lurus-lurus, sedangkan sebelah tangannya mencengkeram leher tuan muda itu.

Tuan muda Hu ingin berteriak, namun tidak bisa karena lehernya dicekik. Jangankan mengeluarkan suara, bernapas pun ia kesulitan.

Setelah itu, Vania Liang mengerahkan kekuatannya.

KRAKK!

Leher tuan muda Hu pun patah dan napasnya langsung terputus.

Dion yang masih berada di luar pun menemukan seutas tali, ia lalu berjalan kembali menuju mobil tuan muda Hu dengan wajah yang penuh senyuman. Tapi ia baru saja berjalan dua langkah ketika ia melihat mesin mobil tuan muda Hu dinyalakan, lalu mobil itu dengan secepat kilat melaju pergi dari situ.

Dion termangu di tempatnya berpijak dan setelah beberapa saat berlalu, barulah ia berujar: “Sialan... Benar-benar brengsek... Kalau memang tidak mengijinkanku untuk bermain dengannya, bilang saja langsung padaku. Memangnya aku bisa merebutnya? Untuk apa tergesa-gesa menyingkirkanku seperti ini?”

Tunggu dulu... Sepertinya ada yang salah!

Bukankah... Tuan muda tidak bisa menyetir?!

Gawat!

Dion akhirnya tersadar dan langsung berbalik badan masuk ke dalam truk besar itu. Ia lalu mengemudikan truk itu ke arah mobil tuan muda Hu melaju untuk mengejarnya.

......

Di sebuah jalanan Kota C juga tergeletak sejumlah orang yang tak terhitung banyaknya dan dimana-mana terlihat jejak darah.

Banyak orang-orang keluarga Zhu yang mati maupun terluka, sedangkan sekujur tubuh Dicky juga terbanjiri darah.

Ia sama sekali tidak melakukan seperti apa yang ia katakan di awal, dimana ia bilang akan langsung kabur jika tidak bisa mengalahkan mereka. Pria itu malah sedari tadi terus berjaga disini, mempertaruhkan nyawanya bersama dengan yang lain.

Awalnya ia melakukan serangan tiba-tiba. Ia menggunakan mobil untuk menggulingkan mobil keluarga Zhu yang lain sehingga semua orang yang ada di dalam mobil itu langsung tewas seketika.

Setelah itu, ia menghadapi ketiga orang ahli tingkat tiga dari keluarga Zhu. Mereka bertiga melawan Dicky yang hanya seorang diri dan hal ini membuat Dicky sedikit kewalahan karena yang bersekutu melawannya di waktu yang bersamaan adalah ahli tingkat tiga.

Perutnya terlibas oleh pisau, namun hal ini wajar mengingat yang menyerangnya adalah para ahli tingkat ketiga.

Dua orang dari para ahli itu pun kembali menyerangnya, sementara salah satu diantara mereka yang mengenal Dicky pun tidak tahan untuk tidak bertanya: “Dicky, apa ini setimpal?”

“Ada apa denganmu, brengsek? Apa kamu memiliki dendam dengan keluarga Zhu?”

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu