Awesome Guy - Bab 56 Perlawanan Balik

Nikita menghabiskan sebagian besar waktunya bersama Galvin, dia sedikit familiar terhadap postur tubuh Galvin, postur tubuh itu sepertinya adalah Galvin, namun dia tidak yakin.

Nikita melihat masih tidak ada orang yang menjawabnya, dia menghempaskan nafasnya dan berkata, "Apakah kamu atau bukan?"

......

Pagi hari, Nikita sengaja membeli dua buah sarapan, dia memberikan satunya untuk Galvin.

"Terima kasih kemarin!" Nikita menatapi Galvin dengan sedikit malu-malu.

Galvin menatapinya, "Kemarin? Kemarin kenapa?"

Nikita berhenti sejenak lalu mengetes lagi, "Kemarin di parkiran bawah tanah......"

"Hmm?" Galvin masih berlagak tidak mengerti.

Nikita bingung melihat ini, apakah bukan dia?

Melihat Nikita kembali ke tempat kerjanya, Galvin seolah tidak ada apa-apa dan memutarkan badannya, dia lega.

Nikita memang duduk kembali, namun dia terus saja melirik kearah Galvin, dia semakin merasa bahwa orang kemarin itu adalah Galvin, namun tampang Galvin yang tidak mengetahui apa-apa membuatnya tidak berani yakin.

Siang hari istirahat kerja, Nikita mendekat, "Galvin, aku traktir kamu makan."

Galvin tercengang, "Aku traktir kamu saja! Pagi tadi kamu yang mentraktir makan."

"Baik." Nikita menyetujuinya sambil tersenyum, dia berpikir, nanti pergi ke restoran mahal berkelas, sungguh terlalu romantis, terakhir sekalian mennayakan kejadian kemarin.

Namun ketika sudah tiba, Nikita tercengang.

Karena Galvin membawanya ke kantin pegawai.

'Nikita masih ingin mempertanyakan kepada Galvin apakah dia atau tidak, namun bagaimana caranya sekarang untuk bertanya?

Dikantin pegawai ada ratusan bahkan ribuan orang, apakah harus mengatakan kejadian kemarin?

Nikita dengan wajah sangat tidak senang duduk diseberang Galvin.

Galvin seolah tidak memperhatikannya, dia makan dengan senang.

Hmm, daging ini rasanya lumayan, kuah ini juga ok, lumayan enak.

Ketika sedang enak-enaknya makan, bahunya tiba-tiba dipukul orang.

Galvin merasa sakit dan meliriknya.

Seorang lelaki dengan wajah seram berdiri dibelakangnya, dia menunjuk kearah pintu, "Kak Tommy menyuruhmu kesana dulu sebentar."

Galvin menatap kearah pintu, Tommy dan beberapa orang lelaki tengah berdiri didepan pintu dan menatapi Galvin.

"Oh, ada apa kak Tommy mencariku?" tanya Galvin sambil tertawa.

Lelaki itu tidak sabaran dan berkata, "Kamu akan tahu setelah pergi."

Galvin tidak bedaya dan menghempaskan nafasnya, ketika mengangkat kepalanya berubah lagi menjadi wajah penuh senyuman.

Nikita melihat Galvin yang begini menjadi semakin bingung, jika benar adalah Galvin yang menolong dirinya, tidak seharusnya dia begitu takut.

Galvin datang kedepan pintu, dia bertanya sambil tertawa, "Ada apa kak Tommy mencariku?"

Tommy menatapi Galvin dengan marah, dia menepuk wajah Galvin, "Kamu cukup berani, kamu beraninya tidak mendengar perkataanku?"

Nikita tidak ikut, dia menatapinya begitu saja, terutama dia ingin melihat apakah Galvin adalah orang itu atau tidak, jika iya, maka tidak ada yang perlu ditakutkan, namun jika bukan, maka biarkan saja Galvin dipukul!

Galvin sekali mendengarnya langsung mengerti, "Mana berani aku?"

"Hmph!" Tommy menghempaskan nafasnya, dia melirik kearah Nikita, "Tidak berani masih datang makan bersama dia? Kamu kira aku buta? Jika kamu tidak mendengar perkataanku, maka aku hanya bisa membiarkanmu lebih mendengar perintah saja."

Seusai berkata, beberapa orang itu mengepung Galvin dan ingin memukulnya.

Galvin bergegas menghentikannya, "Eh, tunggu, tunggu...."

"Takut?" Kata Tommy.

Galvin berkata, "Disini orangnya ada begitu banyak, disini sepertinya kurang baik, bagaimana jika kita cari sebuah tempat yang diam dan tenang saja?"

Tommy tertawa, "Baik, aku kasi sedikit muka untukmu."

Dia mengisyaratkan beberapa orang, orang-orang itu lalu mengepung Galvin dan bersama jalan ke sebuah gang kecil.

Nikita yang berada disamping sana melihat Galvin begitu penakut dan tidak berani melawan sama sekali, dia putus asa.

Sekali sampai digang kecil, Galvin mendorong orang yang berada didepan dan menjaga jarak dengan mereka.

Ekspresi Tommy berubah, "Masih ingin melawan?"

Galvin mengubah tampang takutnya, aura disekujur tubuhnya berubah, dimulutnya juga terlihat senyuman, itu membuat orang merasa takut melihatnya.

"Kak Tommy, hajar dia!"

"Hajar dia!" Tommy melotot Galvin, orang yang melawannya belum pernah ada!

Segerombongan orang mengepungnya.

Seketika sebuah tongkat kayu terbang dan menghantam wajah lelaki paling depan, bersamaan dengan itu, sebuah gigi terbang keluar.

Beberapa orang itu masih belum sadar, sebuah sosok hitam langsung melewatinya dengan cepat, sekali tendangan menendang satu orang, dia memutarkan badannya dan satu lagi terjatuh, dan menarik dua orang untuk saling bertabrakan, orang terakhir dilempar, selain Tommy, semuanya terjatuh.

Galvin menatapi sosok Macan Putih, dia bertepuk tangan.

Setelah selesai menonton, sebelum Tommy sadar Galvin maju dan menarik kepala Tommy lalu menekannya didinding dan ditabarak dua kali.

Tatapan Tommy penuh dengan bintang-bintang berterbangan, dia terus mengerang kesakitan.

ini sungguh berubah terlalu ceapt, dia bahkan tidak bisa tersadarkan kembali!

Ketika melihat lagi 5 orang bawahannya yang berada dilantai, kepalanya pusing.

"Kamu lebih galak lagi saja! Lebih galak lagi!" Galvin menekan kepalanya dan menabrakannya lagi.

Tommy berteriak dan menangkap tangan Galvin ingin melawan.

Galvin langsung menamparkannya, "Kamu keparat, lebih jujur sedikit!"

Galvin yang pada saat ini mana ada setakut tadi lagi?

Tommy takut, dia takut jika dipukul lagi, dirinya akan berakhir disini dia bergegas meminta ampun, "Kak, kak, aku salah, ampunilah aku! Kak!"

Galvin menabrakkan kepalanya lagi, "Sudah tahu salah? Baik, aku tanya kamu beberapa pertanyaan, kamu jawab dengan jujur! jika berani berbohong aku akan bunuh kamu sekarang!"

"Baik, baik, baik, aku pasti menjawabnya dengan jujur," Ekspresi Tommy pucat, dia terus menganggukkan kepalanya.

Sebelumnya dia mengandalkan bahwa ayahnya adalah General Manager perusahaan, dia sudah terbiasa sewenang-wenang diperusahaan, dan tidak ada orang yang berani melawannya, siapa sangka orang baru ini terlihat lemah namun sebenarnya adalah serigala yang mengenakan kulit lomba.

Disampingnya masih ada seorang gila dengan tinggi 1.9 meter.

Galvin menekan kepalanya, "Siapa bos dibalik New West Group?"

Tommy tercengang, "Kak, bagaimana jika kamu ganti pertanyaan saja? Aku tidak tahu jawaban dari pertanyaan ini!"

"Benar-benar tidak tahu?" Galvin menatapinya.

Tommy bergegas menganggukkan kepalanya, " Aku benar-benar tidak tahu! Bagaimana jika nanti aku bantu kamu tanyakan?"

Galvin melihat Tommy sepertinya benar-benar tidak tahu, dia mengganti pertanyaan, "Apa dendam New West Group dengan Perusahaan Li, mengapa New West Group mau menekan Perusahaan Li?"

Sekali mendengar pertanyaan ini, Tommy semakin bingung lagi, dia bertanya dengan hati-hati, "Kak, bagaimana jika.......kamu tuker satu pertanyaan lagi?"

"Hmm?" Galvin melotot dan akan beraksi lagi.

"Kak, kak, aku benar-benar tidak tahu! Aku bahkan tidak tahu apa itu Perusahaan Li!" Tommy mengatakannya sambil gemetaran, dia benar-benar takut.

Galvin menarik nafas dalam-dalam, dia bertanya lagi, "Apakah kamu tahu kapan Direktur Utama datang ke kantor?"

"Aku........aku tidak tahu......" Tommy biasanya mengandalkan ayahnya sendiri, dia hanya punya jabatan diperusahaan namun tidak bekerja, bagaimana mungkin dia bisa tahu kapan direktur Utama datang?

"Keparat kamu, tanya apapun juga tidak tahu, apa gunanya kamu ini?"

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu