Awesome Guy - Bab 434 Aku Adalah Dokter

Hati Sergo Xiao tercekat, “Kejadian semalam hanyalah salah paham, dan aku tidak memiliki pilihan lain selain...”

Galvin Bai tidak bisa mempercayai ucapan Sergio Xiao. Ia lalu melangkah selangkah demi selangkah ke hadapan Sergio Xiao, dan bicara dengan suara yang hanya bisa didengar mereka berdua : “Tunggu saja! Kamu akan tidur dijalanan sepulang dari sini!”

“Lain kali, aku tidak akan ragu untuk membunuhmu!”

Galvin Bai sengaja mengucapkan itu sambil menunjukkan tekad membunuhnya.

Tekad Galvin Bai itu membuat Sergio Xiao berkeringat dingin sekujur tubuh, ketakutan dalam hatinya semakin bertambah besar.

Galvin Bai mendengus dingin, “Pergi sana!”

Sergio Xiao menelan air ludahnya, lalu menarik kekasihnya dengan malu dan berjalan pergi dari situ dengan menyedihkan.

Orang-orang di restoran itu pun kembali menyantap makanan mereka setelah menonton sebuah pertunjukan yang bagus.

Galvin Bai dan Friska Li pun kehilangan napsu makan mereka, sehingga mereka memutuskan untuk pulang saja ke rumah.

Di dalam mobil, Friska Li memikirkan ucapan Galvin Bai barusan dan tidak tahan untuk tidak bertanya: “Apa kamu benar-benar menyuruh orang untuk menghancurkan pabrik Direktur Feng?”

Galvin Bai mengangguk, “Ya, memang. Ke depannya, pabrik ini akan menjadi milikmu.”

“Tujuanku merusak pabriknya itu adalah demi melampiaskan amarah untukmu saja. Lagipula, barang-barang yang ia produksi semuanya jelek, tidak berkualitas, benar-benar tidak ada nilainya. Sekarang karena aku sudah membelinya, ke depannya perusahaanmu bisa memproduksi semua barang-barang sendiri tanpa perlu memikirkan tentang masalah kualitas material yang dipakai.”

Friska Li merasa sangat tersentuh saat mendengarnya, namun ia juga merasa dirinya tidak berguna. Ia selalu membutuhkan bantuan Galvin Bai dalam menyelesaikan segala sesuatunya. Ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya dan merasa bersenjang jauh dari Galvin Bai.

Friska Li menghela napas tanpa suara, bertekad untuk berusaha lebih keras lagi.

......

Pagi harinya, Galvin Bai berkata pada Friska Li bahwa ia ingin pergi menemui Michael Zhang dan istrinya. Tapi Friska Li menolak untuk ikut, dengan alasan perusahaannya baru saja dimulai.

Galvin Bai pun pergi ke Rumah Sakit Wolong terlebih dahulu. Setelah ia diberitahu mengenai garis besar situasinya, barulah ia mengendarai mobilnya pergi sambil membawa Sania Liu ikut serta.

Sania Liu mendesak bahwa bagaimanapun juga ia harus ikut pergi bersamanya, sehingga Galvin Bai tidak memiliki pilihan lain selain mengajaknya ikut pergi.

Michael Zhang pergi ke rumah sakit yang tidak terletak di kota T, melainkan di kota tetangga, kota L. Membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk sampai disana dengan mobil.

Setelah keluar dari jalan tol, ada sebuah jalan yang menuju ke pemukiman. Sania Liu yang merasa lapar di sepanjang perjalanan pun sontak meminta Galvin Bai menghentikan mobilnya saat melihat sebuah restoran mi di pinggir jalan, “Cepat berhenti, cepat berhenti, aku mau makan mi.”

Galvin Bai melihat waktu sudah menunjukkan hampir pukul 12, sehingga ia pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

Pemukiman ini sangat terpencil, hanya ada satu restoran mi ini. Selain itu tidak ada penjual lain apapun, hanya ada lahan persawahan yang sangat luas dan besar.

Nama restoran mi ini juga sangat biasa, yaitu ‘Restoran Mi Vino Zhang’. Sepertinya, pemilik restoran ini bermarga Zhang.

Kedua orang itu pun berjalan masuk setelah turun dari mobil. Karena lokasinya yang terpencil, hanya ada tiga orang pelanggan disitu. Selain itu, masih ada seorang bos pria dan istrinya.

Restoran mi kecil ini terlihat sangat tua dan usang, temboknya sudah hampir berwarna hitam. Kursi dan mejanya terlihat sudah digunakan untuk waktu yang sangat lama, sepertinya ini adalah restoran yang sudah berdiri sejak dulu.

Setelah Galvin Bai dan Sania Liu duduk, nyonya bos yang berumur sekitar 50 tahunan pun datang menghampiri dan bertanya: “Kalian berdua mau pesan apa?”

Sania Liu melihat-lihat menu, “Aku mau mi sapi porsi besar.”

Galvin Bai terlalu malas untuk memilih, “Sama sepertinya.”

“Baiklah, mohon tunggu sebentar.”

Ketika nyonya bos itu pergi, Sania Liu terkekeh, “Ternyata seleramu sama denganku, ya!”

“Aku hanya terlalu malas untuk memilih. Lagipula, rasa mi sapi sebenarnya enak juga.” sahut Galvin Bai santai.

Sania Liu mengerucutkan bibirnya, “Mengaku saja kenapa? Memangnya akan terjadi sesuatu kalau mengaku!”

Galvin Bai tersenyum garing, “Kenapa kamu selalu berdebat denganku?”

“Sudah tahu masih tanya. Kamu ini pria bajingan.” gerutu Sania Liu.

Galvin Bai tiba-tiba teringat, sebelumnya Sania Liu pernah memberitahunya bahwa ia datang untuk memberitahu perasaannya. Saat itu Galvin Bai sudah menolaknya dan mengatakan dengan jelas, namun sepertinya memang sifat Sania Liu seperti ini.

“Kamu juga sudah tahu cara berpikirku, jadi bukankah sikapmu ini yang brengsek?” Galvin Bai menyangkal dan balik bertanya.

Sania Liu memelototi Galvin Bai dan berujar: “Mananya dari diriku yang brengsek? Aku dengan tulus mau berteman denganmu, kenapa kamu bisa menganggap jalan berpikirku aneh? Sepertinya kamu salah menilaiku?”

Tidak lama kemudian, nyonya bos pun datang membawa dua mangkuk mi sapi.

“Selamat menikmati.”

“Terima kasih.” Sania Liu mengambil mi sapi itu dan menyantapnya dengan lahap.

Tepat saat kedua orang itu menyantap makanan mereka, datang lagi seorang pelanggan. Ia merupakan seorang pemuda yang masih muda, namun terlihat konyol.

“Bos, mi iga porsi besar.”

Orang itu pun duduk di belakang mereka dan mengobrol dengan si nyonya bos, sepertinya ia adalah pelanggan yang sering kesini.

Mereka berdua mengobrol dengan gembira, sebelum si nyonya bos tiba-tiba kehilangan tenaganya dan jatuh pingsan.

“Bibi Wang!” Pemuda itu dengan sigap menopang tubuh si nyonya bos, lalu mendudukkannya diatas kursi.

Si bos pria pun keluar dengan segera setelah mendengar kegaduhan dan berujar gelisah: “Ada apa? Kenapa bisa tiba-tiba pingsan?”

“Entahlah...” Pemuda itu juga terlihat sangat gelisah, “Aku akan memeriksa Bibi Wang.”

“Hah? Kamu yang periksa? Memangnya sejak kapan kamu bisa mendiagnosa penyakit? Kenapa aku tidak tahu?” Bos Zhang terdengar sangat tidak mempercayai pemuda itu, “Tidak boleh! Biar aku bawa saja ia ke rumah sakit!”

“Percayalah padaku.” Pemuda itu berujar dengan penuh percaya diri, “Menurutku, Bibi Wang diracun.”

“Apa? Racun?” Bos Zhang tidak bisa mempercayainya, “Racun apa?”

Tiga pelanggan lainnya juga menonton kejadian ini.

“Era apa ini masih pakai racun?”

“Betul, ini seperti drama bela diri di televisi! Memangnya bisa keracunan setelah makan?”

“Jangan dengarkan omongan dia yang sembarangan, cepat bawa ke rumah sakit! Kalau ternyata ini penyakit dengan serangan mendadak, bisa gawat kalau tidak segera ditangani!”

Bos Zhang pun merasa demikian, “Ayo, ayo, biar aku bawa ia ke rumah sakit.”

Pemuda itu bersikukuh: “Bibi Wang benar-benar diracun, aku bisa membuat penawarnya.”

Tapi Bos Zhang tidak mempercayainya, ia ingin membawa Bibi Wang keluar.

Galvin Bai melihat semua kejadian ini, lalu menatap Sania Liu, “Kamu tidak mau periksa?”

Sania Liu menyantap suapan terakhirnya, lalu mengelap mulutnya dan bangkit berdiri.

“Aku dokter, biarkan aku memeriksanya!” Sania Liu berjalan menghampiri.

“Kamu dokter?”

Bos Zhang menilai Sania Liu, perempuan ini paling baru berusia 20an, ia tidak percaya saat Sania Liu menyatakan dirinya adalah dokter. Kalau Sania Liu bilang ia adalah perawat, mungkin si bos pria baru akan percaya.

Ketiga pelanggan lainnya juga berpikir begitu.

“Nona, kamu masih muda begini jadi bagaimana mungkin kamu adalah seorang dokter? Bukankah seharusnya seorang dokter itu sudah agak berumur?”

“Betul, betul. Menurutku, paling-paling kamu hanyalah seorang perawat.”

“Setuju, setuju! Orang-orang muda jaman sekarang... Sukanya menyatakan diri sebagai dokter, padahal sebenarnya hanya seorang perawat.”

Mendengar ini, Sania Liu pun merasa tidak senang, “Kubilang, aku memang dokter! Jangan sampai ketidakpercayaan kalian menghalangiku menyelamatkan nyawa seseorang!”

Bos Zhang merasa sangat susah hati, “Nona, kamu benar-benar seorang dokter? Kalau begitu bukankah seharusnya kamu memiliki identitas yang menyatakan kamu adalah dokter?”

Sania Liu tercekat, “Aku ini pergi keluar mendadak karena ada urusan, jadi aku tidak membawanya.”

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu