Awesome Guy - Bab 716 Tidak Bisa Menerima

Tapi saat ia mendengar suara yang kencang itu, saat ia melihat Galvin Bai yang tertabrak dan terpental, ia sepenuhnya tersadar dan disaat yang bersamaan ia mematung.

Tabrakan itu membuat Galvin Bai langsung jatuh pingsan.

......

Galvin Bai tidak sepenuhnya sadar, ia merasa semuanya sangat kabur seakan sedang bermimpi.

Ia seolah melihat dirinya sedang menggendong Jane Bai yang masih berumur beberapa bulan dan sedang menggodanya untuk membuatnya tertawa.

Ia juga melihat awal mula Jane Bai yang belajar berjalan dengan langkah yang masih tertatih-tatih. Ia juga melihat saat Jane Bai yang masih belum bisa bicara dengan baik, dengan suara yang renyah dan jernih memanggil manja dirinya sebagai kakaknya.

Ia juga melihat saat adiknya sudah tumbuh besar menjadi seseorang yang sangat penurut dan pengertian. Waktu itu ia mengambil uang dan menyuruhnya pergi membeli sebuah kue garing bulat yang besar…

“Hahh!”

Tiba-tiba Galvin membuka matanya, kesadarannya kembali dan ia melihat sekitarnya dengan teliti. Ternyata ia berada dalam kamar rawat di rumah sakit yang beratap putih, selain itu terdengar juga suara “PIP PIP” dari mesin yang ada di sampingnya.

Galvin Bai mengambil dan menghela napas dengan berat beberapa kali, saat ia tiba-tiba teringat akan sebuah hal.

Adiknya sudah tiada dan tidak akan kembali lagi.

Begitu banyak orang berjaga di sisi kasur Galvin Bai. Darwin Chen, Macan Putih, Drake Xu, Dwi Yang, bahkan Ervin Chen yang masih terluka dan dalam masa pemulihan pun hadir disitu.

Tak terlupakan, ada pula Friska Li yang berjaga dengan wajah penuh kekhawatiran.

Saat ia melihat Galvin Bai sudah tersadar, dengan tergesa-gesa ia langsung menghampirinya.

Galvin Bai berujar pelan: “Aku tidak apa-apa.”

Setelah melihat kondisi itu, semuanya pun menghela napas lega.

Tapi perkataan Galvin Bai yang singkat ini malah membuat hati Friska Li sangat sakit.

Friska Li mengira setelah Galvin Bai akan menangis setelah sadar. Atau mungkin akan meluapkan amarahnya, atau mungkin akan berkata agar semua orang meninggalkannya seorang diri untuk menenangkan diri.

Tapi Galvin Bai sama sekali tidak bersikap demikian, sebaliknya ia malah sangat tenang. Saking tenangnya sampai-sampai membuat Friska Li takut.

Friska Li adalah istri Galvin Bai, ikatan perasaan yang terbentuk diantara mereka berdua sangatlah dalam dan kental. Ia dapat merasakan bahwa Galvin Bai sudah dalam ambang batas tidak sanggup bertahan.

Jadi akhirnya ia pun tak sanggup menahan air matanya, ia menangis diam-diam.

Melihat Friska Li yang menangis, Galvin Bai pun menenangkannya dengan suara yang tenang: “Sayang, ini bukan salahmu. Jangan memikirkan yang macam-macam, lain kali jangan bertindak bodoh seperti ini.”

Tangisan Friska Li sontak semakin menjadi.

“HUHUHU…”

......

Waktu berlalu dan tanpa terasa sampailah di hari upacara pemakaman Jane Bai.

Di hari pemakaman itu, semua orang mengenakan pakaian berwarna hitam. Selain para teman baik, para jajaran direksi Flex Group juga turut hadir.

Setiap dari mereka maju menghadap untuk memberikan hormat dan mengucapkan sederetan kata penghiburan, Galvin Bai dan Friska Li pun membalas hormat.

Setelah kesibukan yang padat seharian itu, upacara pemakaman pun selesai.

Dari semenjak Jane Bai meninggal, sepanjang prosesi pemakaman sampai akhirnya acara selesai, Galvin Bai sama sekali tidak menangis.

Sally Liu menarik tangan Friska Li dan berkata padanya: “Friska, pulang nanti hiburlah Galvin. Ia sama sekali tidak menangis dan ini bukanlah hal yang baik, tidak baik memendamnya dalam hati seperti ini.”

Pelupuk mata Friska Li memerah kemudian ia mengangguk.

Setelah semua orang pergi, barulah Galvin Bai berlutut di depan nisan Jane Bai. Dengan lembut ia mengusap-usap foto Jane Bai yang ada di depan nisannya.

Friska Li menemani di sisinya dalam diam.

Tapi tepat pada saat itu, Friska Li merasa perutnya sangat tidak nyaman. Ia merasa mual dan ingin muntah. Karena tidak dapat lagi menahannya, ia pun akhirnya berlari secepat mungkin ke tempat yang lebih jauh dan menopang dirinya pada sebuah pohon untuk muntah.

“HOEKK!”

Tapi walaupun perutnya begitu mual dan keinginannya untuk muntah sangat besar, ia tetap tidak dapat memuntahkan apapun.

Kemudian Friska Li merasa ada sebuah tangan yang besar mengusap-usap punggungnya.

Galvin Bai bertanya dengan khawatir, “Ada apa?”

Friska Li yang terkejut pun menoleh dan melihat Galvin Bai, raut wajah pria itu tetap tenang hanya saja terlihat kekhawatiran yang samar.

Friska Li merasa hal ini sangat tidak wajar.

Ia pun menjawab pelan: “Tidak apa, perutku terasa sedikit tidak nyaman.”

Mendengar hal itu, Galvin Bai pun sedikit mengernyitkan alis dan berkata: “Ayo pulang.”

Hati Friska Li sedikit bergetar mendengarnya, namun kemudian ia pun mengangguk.

Sesampainya di rumah, raut lelah tergambar jelas memenuhi wajah Friska Li, seharian ini memang sangat melelahkan. Melihat hal ini, Galvin Bai pun langsung menyuruhnya berbaring di ranjang untuk istirahat.

Friska Li berbaring di ranjang dan mengenggam tangan Galvin Bai, dengan penuh nada bersalah ia berkata, “Maaf, sayang.”

Galvin Bai menghibur dengan nada yang tenang: “Bukan salahmu, jangan memikirkannya.”

Hati Friska Li masih terasa berat dan sedih walaupun ia sudah mendengar perkataan ini.

Lagipula sebenarnya ia sangat ingin bisa menemani Galvin Bai disaat seperti ini.

Tapi ia benar-benar kelelahan dan tanpa bisa di kontrol sedikitpun, ia akhirnya terlelap.

Setelah Friska Li terlelap, Galvin Bai melihat ke sekelilingnya. Ia lalu membersihkan toilet di dalam kamarnya dengan menyeluruh seorang diri, mencuci pakaiannya, bahkan memasak makan malam.

Sampai akhirnya ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan, ia pun pergi ke rumah Drake Xu.

Tapi setelah pergi ke rumah Drake Xu, Galvin Bai hanya duduk termenung di sofa tanpa tahu apa yang sebaiknya ia lakukan.

Melihat kondisi Galvin Bai yang seperti ini, Drake Xu pun menjadi sangat khawatir. Karena ia memang tidak suka bicara, ditambah lagi ia juga tidak tahu bagaimana harus menghibur seseorang, akhirnya Drake Xu hanya duduk di sisi Galvin Bai dan menemaninya.

Galvin Bai hanya duduk disana selama satu jam, kemudian ia pun pergi.

Setelah Galvin Bai pergi, Dwi Yang pun bertanya dengan khawatir pada Drake Xu, “Kak Bai baik-baik saja, bukan?”

Drake Xu menggeleng dan berkata: “Pukulan kali ini terlalu besar baginya, mungkin ia tidak akan mampu menerimanya dalam waktu singkat.”

......

Galvin Bai tidak pulang ke rumah setelah pergi dari rumah Drake Xu, melainkan pergi ke rumah Michael Zhang.

Sama, ia hanya duduk di rumah Michael Zhang selama satu jam kemudian ia pergi dari situ.

Istri Michael Zhang yang melihat hal ini juga menjadi sangat khawatir: “Tidak baik ia terus seperti ini.”

“Hahh... Ia butuh waktu untuk menerimanya.” Michael Zhang hanya bisa menghela nafas tidak berdaya.

......

Kemudian, Galvin Bai mendatangi rumah Vonny Long. Melihat lampu rumahnya masih menyala, Galvin Bai pun mengetuk pintu.

Vonny Long yang sudah mengenakan baju tidurnya pun membuka pintu. Saat ia melihat Galvin Bai yang tidak ia sangka akan datang, ia pun sedikit terkejut.

Galvin Bai lalu bertanya: “Boleh ijinkan aku masuk dan duduk sebentar?”

Vonny Long baru saja ingin menyahut, saat tiba-tiba terdengar sebuah suara dari dalam kamar, “Siapa?”

Mendengar suara ini, Galvin Bai pun termenung sesaat namun kemudian ia langsung berkata: “Maaf, aku tidak tahu…”

Selesai bicara ia langsung berbalik badan dan pergi dari situ.

Vonny Long sama sekali tidak memanggil Galvin Bai dan menahannya. Ia hanya menatap sosok punggung Galvin Bai yang pergi menjauh dengan sedih.

Sania Liu pun berjalan keluar dari dalam kamar untuk bertanya: “Siapa?”

Vonny Long menggeleng: “Salah jalan.”

Sania Liu yang tidak yakin pun melihat ke arah pintu, namun ia sama sekali tidak menemukan siapa-siapa disitu.

......

Galvin Bai berjalan seorang diri di jalanan layaknya mayat hidup.

Kegelapan malam sudah tiba. Lampu penerangan di kedua sisi jalan pun mulai menyala, menerangi orang-orang yang berlalu-lalang dan membuat bayangan mereka tampak.

Galvin Bai berjalan pelan tanpa arah dan tujuan, ia tidak tahu kemana dirinya ingin pergi. Ia juga tidak tahu kemana dirinya harus pergi. Terlebih, ia juga sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Ia merasa dirinya seakan kehilangan roh, ia tidak bertenaga dan seolah ia juga tidak memiliki arti untuk tetap hidup.

Galvin Bai terus melangkah dengan kondisi seperti itu. Ia terus berjalan, berjalan dan berjalan sampai tiba-tiba ia menabrak seseorang. Orang yang ditabrak itu pun menjadi sangat marah dan memaki Galvin Bai: “Apa kamu tidak memiliki mata!”

Tapi saat melihat wajah pucat pasi Galvin Bai dan rupanya yang seperti mayat hidup, sontak pria itu pun menjadi sangat ketakutan lalu dengan jijik menghindar jauh darinya, “Benar-benar sial!”

Galvin Bai sama sekali tidak menghiraukan orang itu dan terus melangkah maju. Entah sudah berapa lama ia berjalan sampai ia kembali menabrak seseorang.

“Kamu?”

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu