Awesome Guy - Bab 715 Jane Bai Meninggal

Albert Li kembali menghela napas, “Bukannya takut, tapi aku merasa itu tidak diperlukan untuk saat ini.”

Galvin Bai pun semakin tidak mengerti, “Kenapa?”

Albert Li lalu berujar pelan: “Sebelumnya setelah aku mengetahui bahwa kamulah yang terpilih, aku merasa sangat bersemangat. Karena bagiku, adalah sebuah kehormatan untuk bisa membantumu menyelesaikan hal ini. Itu sebabnya aku bisa bersikap begitu kejam, bahkan sampai tidak mempedulikan hidup dan mati putri sendiri.”

“Tapi setelah melalui beberapa hal belakangan ini, aku tiba-tiba mengerti.”

“Godaannya memang sangat hebat, tapi aku menemukan jawabannya. Tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan. Keluarga kita dan juga adik perempuanmu, kita akan sama-sama menjauh dari perselisihan ini.

Albert Li seolah sedang memikirkan masa depan yang indah dan tersenyum lebar, “Kita akan melewati hari-hari seperti biasa dan tidak memikirkan hal-hal semacam ini. Apalagi aku ada disini, tidak akan ada orang yang bisa mengganggu kita.”

Ini adalah apa yang Galvin Bai harapkan, ia juga merencanakan hal yang sama.

Tapi ada beberapa hal yang lebih baik disembunyikan sebagian dan lebih baik tidak diberitahukan.

“Ayah, kenapa ayah tiba-tiba berupah pikiran?” tanya Galvin Bai penasaran.

Albert Li menoleh sedikit memalingkan wajahnya dan menatap Galvin Bai, lalu kembali menatap ke kejauhan dan berujar: “Karena... Aku melihat mata Jane yang seolah tidak bernyawa.”

“Tidak bernyawa?!” Galvin Bai sangat terhenyak.

Kalau mata seseorang sudah seperti tidak bernyawa, maka bisa dikatakan orang itu sudah tidak memiliki keinginan untuk hidup lagi.

Tapi Galvin Bai tahu bahwa dirinya tidak mungkin bisa melihat ketiadaan nyawa dalam mata seseorang. Tentu saja para ahli tingkat satu memiliki penglihatan yang lebih baik daripada orang-orang pada umumnya.

Tapi Galvin Bai tidak mengerti, “Bagaimana mungkin?”

Adik perempuannya masih muda, bagaimana mungkin matanya seolah tidak bernyawa?

Albert Li menggeleng dan berujar pelan, “Kalau kamu tetap terus melangkah di jalur ini, menurutku walaupun kamu akan sukses pada akhirnya, tapi kamu akan merasa bersalah seumur hidupmu.”

“Jadi lebih baik keluarga kita menjauh dari perselisihan dan bersama-sama melewati hari-hari dengan baik.”

“Menemaninya berjalan melalui bagian terakhir dari perjalanan hidupnya.”

Galvin Bai tercenung sesaat, lalu dengan terkejut berujar: “Ayah, apa yang sedang kamu bicarakan? Apa maksudmu? Bukankah bibi kedua Sania sudah bilang bahwa tidak akan ada masalah untuk beberapa waktu?”

Albert Li terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab dengan suara yang dalam: “Ya, mereka adalah dokter. Tapi dokter hanya mengobati orang sakit. Yang mereka perhatikan hanyalah raganya, bukan jiwanya.”

Galvin Bai pun menyahut marah, “Persetan apa itu jiwa dan raga? “

Tepat pada saat itu, suasana di lantai bawah pun menjadi ricuh.

Langkah kaki yang tergesa-gesa dan suara teriakan yang panik.

“Cepat selamatkan! Cepat selamatkan!”

Galvin Bai sontak tercenung dan terpatri kaku ditempatnya berpijak begitu mendengar suara-suara itu.

......

Koridor dipenuhi dengan suara para dokter yang sibuk berlari dan berseru.

Ketika Galvin Bai menghampiri, Jane Bai sudah kembali dilarikan ke unit gawat darurat.

Galvin Bai berdiri di luar pintu, raganya seperti melayang.

Friska Li bersender pada dinding dan menangis meraung-raung.

Albert Li juga ikut menghampiri untuk melihat situasi dan ia terhenyak melihat apa yang terjadi.

Ketiga orang itu menunggu di luar unit gawat darurat dalam diam.

Entah berapa lama waktu berlalu, namun akhirnya lampu di unit gawat darurat pun padam.

Kesadaran Galvin Bai pun sontak kembali, matanya kembali fokus menatap lekat pintu unit gawat darurat tanpa berkedip sedikitpun.

Ia menunggu bibi kedua Sania Liu untuk keluar dari pintu itu dan memberitahunya bahwa sudah tidak ada masalah lagi, bahwa nyawa adiknya sudah keluar dari zona bahaya.

Tapi masih ada sebuah jawaban lain yang tidak berani Galvin Bai pikirkan.

Di waktu yang bersamaan, sembari menunggu ketakutan pun menjalari hatinya.

Akhirnya, pintu itu pun terbuka.

Sania Liu melangkah keluar dengan raut yang tegang dan kelam, sepasang mata dengan tatapan yang sedih jatuh pada Galvin Bai.

Menatap raut wajah Sania Liu, Galvin Bai pun dengan tidak percaya menggeleng-gelengkan kepalanya.

“TIDAK!”

“TIDAK!!”

Ia hanya bisa mengucapkan sepatah kata itu dua kali berturut-turut.

Friska Li jatuh terduduk ke atas lantai dengan wajah yang pucat pasi.

Alis Albert Li mengernyit, wajahnya terlihat sangat tegang dan kelam.

Melihat hal ini, Sania Liu pun juga tidak kuasa lagi menahan tangisannya.

Mereka semua menatap ke arah Galvin Bai, mengira bahwa emosi pria itu akan meledak dan meluap.

Tapi ternyata sama sekali tidak.

Galvin Bai hanya menyeret kakinya berjalan memasuki unit gawat darurat selangkah demi selangkah.

Sania Liu terdiam dan menatap Galvin Bai dengan khawatir, lalu memanggil, “Galvin...”

Galvin Bai tidak menghiraukan Sania Liu, menjulurkan tangannya dan mendorong buka pintu unit gawat darurat.

Begitu pintu terbuka, matanya langsung menangkap sesosok tubuh mungil yang terbaring diam diatas meja operasi.

Ketika dokter dan suster lain melihat Galvin Bai melangkah masuk, mereka pun melangkah mundur untuk memberikan ruang bagi pria itu.

Galvin Bai menatap adik perempuannya terbaring disana tanpa pergerakan apapun, tanpa raut apapun di wajahnya.

“Adik...”

Disaat yang bersamaan, ponsel Galvin Bai pun berdering. Tapi ia sepertinya tidak bisa mendengarnya dan tidak menghiraukannya.

Dan Friska Li yang berada di unit gawat darurat pun menangis sejadi-jadinya: “Maaf... Maaf... Ini semua salahku... Tidak seharusnya aku meninggalkannya... Semua ini salahku... Aku pantas mati!”

“Friska, kamu mau kemana?”

“Friska!”

“Cepat hentikan ia, jangan sampai ia berbuat bodoh!”

“FRISKA!”

Kegaduhan dan suara gelisah di luar unit gawat darurat membuat Galvin Bai sontak terkejut dan kesadarannya mendadak kembali.

Ia melihat ke sekeliling, lalu berbalik badan dan berlari pergi.

Friska Li berlari keluar dari rumah sakit, hatinya penuh dengan rasa bersalah. Ia berseru dalam tangisannya sembari berlari keluar: “Ini semua salahku! Aku yang membunuh adik, aku yang membunuhnya! Biarkan aku mati saja!”

Friska Li berlari keluar dari rumah sakit lalu berlari ke jalanan, kemudian berdiri di tengah-tengah.

Tepat pada saat itu, sebuah mobil sedang melaju ke arahnya dengan cepat.

Albert Li dan yang lain juga ikut berlari keluar dari rumah sakit. Pas sekali mereka melihat pemandangan itu, membuat masing-masing dari mereka diliputi ketakutan.

Supir yang berada sangat dekat dengan Friska Li pun terhenyak kaget melihatnya, lalu dengan cepat menginjak rem.

Tapi jarak diantara mereka sudah sedemikian dekat dan mobil itu melaju dengan sangat cepat. Walaupun menginjak rem, tetap akan ada jarak mobil meluncur dan akan tetap menabrak Friska Li.

Albert Li hendak berlari untuk menyelamatkan Friska Li saat itu, tapi sebuah sosok melesat selangkah lebih cepat darinya.

Semua orang pun termangu.

Sesosok yang melesat kilat itu adalah Galvin Bai.

Melihat Friska Li yang akan ditabrak oleh sebuah mobil, tanpa ada pikiran apapun dalam benaknya, Galvin Bai pun secara refleks berlari kearahnya.

Galvin Bai menggenggam lengan Friska Li dan menarik tubuhnya ke belakang.

Tubuh Friska Li terseret sejauh lebih dari dua meter oleh Galvin Bai, lalu jatuh ke atas aspal dan keluar dari lingkup area tabrakan.

Tapi, tidak dengan Galvin Bai.

Jarak diantara mobil dan mereka terlalu pendek, ia hanya bisa menarik Friska Li ke belakang tanpa sempat menarik dirinya sendiri.

BRUAKK!!

Tubuh Galvin Bai pun terpental melayang ditabrak oleh mobil.

Tepat pada saat itu, semua yang melihat pun menahan napas, seolah-olah ada tombol jeda yang ditekan.

Kesadaran Friska Li pun kembali, matanya membelalak besar menatap Galvin Bai di kejauhan.

Karena barusan ia terlalu merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri, ia pun kehilangan akal sehatnya dan berjalan ke arah yang salah. Ia berpikir Jane Bai meninggal karena dirinya dan ia tidak berani untuk menghadapi kenyataan itu. Tapi Galvin Bai malah memilih dirinya untuk menggantikan Friska Li menghadap kematian.

Novel Terkait

My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu