Awesome Guy - Bab 696 Keberuntungan Yang Tidak Memihak

Galvin Bai sangat terkejut dengan kedatangan Fanny yang tidak ia sangka akan datang, dengan gesit ia langsung menghampiri Fanny dan bertanya: “Kenapa kamu datang?”

Sekarang seharusnya Fanny berada di Rumah Sakit Wolong di Kota T, di dalam kamar tempat Drake Xu dirawat.

Tatapan dingin Fanny menyapu sosoknya sekilas, “Tidak usah menghiraukanku, aku disini bukan demi dirimu!”

Galvin Bai terdiam.

Kata-kata yang terucap ini membuat Galvin Bai mati kutu, ia benar-benar tidak tahu bagaimana harus menjawabnya walaupun hatinya tetap merasa senang.

Apalagi kekuatan Fanny berbanding seimbang dengan Ervin Chen. Tambahan kehadiran dirinya ini membuat Galvin Bai dapat melihat secercah harapan.

Lagipula secara logis mereka sebenarnya adalah musuh, namun sekarang mereka berdiri di kubu yang sama dan menjadi sekutu. Hal ini membuat Galvin Bai merasa tersanjung.

Fanny berkata dengan dingin pada Galvin Bai: “Aku tahu kenapa kakakku tidak ingin sadar. Ia tidak tahu keputusan apa yang harus diambil, ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menerima maupun menolak.”

“Kalau begitu, aku akan membantunya untuk menyingkirkan kekhawatiran ini.”

“Kalau saja kakakku tidak terluka, ia pasti akan ikut datang bersamamu.”

“Jadi kalau malam ini kamu tewas disini, satu-satunya hal yang akan kakakku pikirkan selama sisa hidupnya adalah membantu membalaskan dendammu dan aku tidak menginginkan hal itu.”

“Aku datang demi kakakku, kamu jangan berpikir terlalu jauh.”

“Oh ya, selanjutnya jangan bertindak seperti ini lagi. Jangan mengorbankan begitu banyak nyawa hanya demi menyelamatkan seseorang, caramu ini benar-benar tidak tepat!”

“Hah! Dasar goblok!”

Setelah mengatakan hal itu, Fanny tidak lagi menghiraukan Galvin Bai. Ia langsung membalikkan tubuhnya dan masuk ke dalam kelompok pasukan.

Kekuatan Fanny memang sangat kuat, tinjunya kuat bagaikan palu godam. Seolah-olah lantai akan hancur berkeping-keping hanya dengan sebuah layangan tinjunya.

Waktu awal-awal Fanny menghajar Galvin Bai, ia menahan tenaganya dan tidak benar-benar menghajar Galvin sekuat tenaga. Selain itu, Galvin Bai juga sudah terbiasa menahan serangan itu. Kalau tidak, riwayatnya pasti tamat di tangan Fanny.

Satu layangan tinjunya itu dapat menaklukkan beberapa orang sekaligus, sama seperti tebasan golok Lisa.

Melihat kejadian ini, hati Galvin Bai pun menjadi penuh pergumulan.

Ia juga menyadari betapa tidak sepadannya apa yang ia lakukan saat ini. Ia bertindak seperti ini demi menolong saudaranya dan demi pembalasan saudaranya. Ia membawa begitu banyak orang untuk menggila bersamanya bahkan sampai harus mengorbankan nyawa mereka.

Tapi itu dari sudut pandang orang luar. Dari sudut pandangnya, dalam sebuah kehidupan pasti kita akan mengalami begitu banyak hal yang tidak terjadi seturut keinginan. Ada banyak kalanya dimana kita tidak dapat melakukan sesuatu sesuai dengan rencana yang telah kita rancang.

Lambat laun seiring berjalannya waktu, kita pun akan menyesuaikan diri dengan situasi. Kita tetap harus melaluinya tidak peduli apapun yang dihadapi. Ada kalanya kita akan membuat keputusan dimana kita harus mengalah dan menerima hal itu dalam menghadapi suatu masalah. Apa boleh buat kalau hati kita tidak tenang.

Hal seperti ini sangat sering terjadi. Bahkan ada kalanya masalah bukannya akan berlalu saat kamu memilih untuk mengalah dan bersabar. Karena saat kamu memilih untuk mengalah, orang lain hanya akan mengira bahwa kamu mudah ditindas dan pihak lawan akan semakin menambah kekuatan untuk menindasmu.

Jadi, Galvin Bai bertindak seperti ini dengan tujuan agar orang lain tahu bahwa ia tidak akan memilih untuk bersabar dan mengalah. Ia bukanlah orang yang bisa ditindas sesukanya oleh orang lain.

......

Seorang pria berusia paruh baya juga masuk ke dalam pertarungan habis-habisan itu, hanya saja targetnya adalah Fanny seorang.

Fanny melayangkan serangannya, namun pria paruh baya itu balas menyerangnya. Raut wajah pria itu terlihat susah hati, “Adik junior, selain Koki Pang yang biasanya kupanggil ‘Kakak Senior’, kamulah yang paling kusayang.”

Mendengar ucapan itu, Fanny pun sontak teringat kembali akan kejadian di gunung semasa ia masih kecil. Saat itu ada seorang pria yang merebut permen kapasnya dan tanpa banyak bunyi, ia pun langsung menghajar pria itu.

Waktu itu keahliannya masih belum ada apa-apanya, sehingga kekuatan mereka imbang saat berkelahi. Tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.

Tapi kenyataannya adalah, sedari awal kubu Galvin Bai sudah kalah jumlah. Ditambah lagi sebagian dari mereka sudah terbunuh, situasinya benar-benar tidak memihak pada mereka.

Masing-masing berandalan dan orang dari delapan bagian aliansi bisnis benar-benar seperti serigala kelaparan yang seolah sedang menyerbu mangsa mereka, Galvin Bai. Bahkan mereka bersikap seolah-olah jika mati pun, mereka akan bangkit menjadi mayat hidup untuk menyerangnya.

Orang-orang mereka benar-benar terlalu banyak. Walaupun masing-masing dari mereka sama sekali bukan orang yang lemah, namun sekuat-kuatnya mereka, sepertinya roda pertarungan tetap akan bergulir. Apalagi pada dasarnya kekuatan tubuh manusia itu terbatas.

Terlebih lagi orang-orang dari kelompok Si Pendekar. Terlihat lima enam orang dari mereka sudah gugur, sedangkan ada tujuh delapan orang yang terkapar. Kedua tangan Macan Putih dibanjiri darah, entah darahnya sendiri atau darah orang lain. Punggung Lisa juga tertebas pisau dan luka yang menganga itu mengalirkan darah segar yang masih terus menetes.

Ervin Chen bertarung dengan seorang ahli tingkat dua dan seorang ahli tingkat tiga. Ia tidak terluka, namun dapat terlihat ia mulai kewalahan.

Dari ketiga pengawal Kenly Lin, salah seorang dari mereka sudah tewas dan satu orang lainnya terluka.

Dengan kondisi seperti ini, dapat dikatakan kematianlah yang menanti kubu Galvin Bai.

Oleh karena itu, ada seorang dari pihak lawan ang berseru lantang: “BUNUH MEREKA! MEREKA SUDAH TIDAK SANGGUP LAGI!”

“BUNUUH!!”

“TANGKAP GALVIN BAI HIDUP-HIDUP!”

“SERAAANG!!”

Galvin Bai sekarang merasa sangat gelisah. Tapi tepat saat itu, seorang ahli tingkat kedua dan dua orang ahli tingkat tiga secara bersamaan menyerang ke arahnya.

Galvin Bai langsung menghindar, namun perutnya tidak luput dari salah satu tendangan ahli tingkat dua itu, membuat sekujur tubuh Galvin Bai terbang seluruhnya seperti sebuah bom yang dilempar.

Tapi baru saja tubuhnya akan terbang melayang, pergelangan kaki Galvin Bai tiba-tiba ditangkap oleh sebuah tangan dan tangan itu menarik tubuhnya kembali.

Orang yang menarik Galvin Bai kembali itu mengambil satu langkah maju ke hadapan si ahli tingkat dua dan ahli tingkat tiga, kemudian melayangkan tinjunya.

DUAKK! DUAKK! DUAKK!!

Orang itu langsung menghunuskan tinjunya belasan kali secara berturut-turut, gerakannya sangat cepat sampai-sampai tidak terlihat. Yang lebih membuat ketiga orang itu terkejut adalah mereka jelas-jelas sudah menghindar, namun dengan menghindar mereka malah semakin merasa telah mengajukan dirinya untuk dihajar.

Tidak berapa lama kemudian, kedua orang ahli tingkat tiga itu pun terhajar habis dan terbang terpental.

Si ahli tingkat kedua juga tidak luput dari serangan tinju orang itu, ia yang kalah tenaga pun mundur beberapa langkah.

Orang yang tiba-tiba muncul ini adalah Billy Sha.

Seorang pemimpin yang dapat memutar roda nasib pertempuran ini.

Sebenarnya saat pertama kali memulai pertarungan, Galvin Bai sudah tahu bahwa Ketua Dao akan turun tangan sendiri. Jadi ia sama sekali tidak mengijinkan Billy Sha untuk muncul, melainkan menyuruh pria itu untuk bersembunyi dalam kegelapan sebagai kartu penolongnya dalam menghadapi Ketua Dao.

Tapi yang tidak ia sangka adalah kondisi pertarungan sekarang sama sekali tidak memihaknya dan ternyata Billy Sha sendiri yang mengajukan diri untuk muncul.

Saat Billy Sha membuat kedua ahli tingkat tiga itu terbang melayang lalu juga memukul mundur seorang ahli tingkat dua itu, sepasang mata Ketua Dao yang sedari tadi tidak bergerak pun akhirnya sedikit bergerak. Ketua Dao lalu mengangkat kelopak matanya perlahan dan ia pun bergerak.

......

Di waktu yang bersamaan, di dalam aula vila Willy Ye.

Willy Ye sedang duduk bersama Eddy Bai diatas sofa. Di meja kecil di hadapan mereka, sudah terhidang sepiring kecil kacang edamame dan sepiring kecil kacang tanah. Mereka berdua sudah menegak habis sebotol arak khas Luzhou.

Kemampuan minum Willy Ye tidaklah begitu hebat, wajahnya sekarang sudah merah padam. Ia bahkan sudah tidak bisa berkata-kata dengan jelas lagi.

“Kak Bai... Kalau... Kalau begitu... Sampai sini saja... Itu... Kericuhan itu... Aku tidak akan pergi melihatnya...” ujar Willy Ye sambil terhuyung-huyung.

Eddy Bai mengernyitkan alisnya dan berkata: “Aku masih ingat di rak anggur di rumahmu ada sebotol...”

“Ya, ya, ya, baiklah Kak Bai... Aku tahu... Aku tahu aku salah, apa itu masih belum cukup?” Willy Ye langsung menahan Eddy Bai dan tersenyum masam, "Kamu tenang saja, permainan kotor ini... Aku tidak akan ikut... Kak Bai, lepaskanlah aku...”

“Hanya saja... Kak Bai, walaupun Keluarga Ye tidak ikut campur, putramu... Juga bukan berarti ia aman, kali ini Ketua Dao... Ia langsung turun tangan sendiri... Di Kota C... Ia tidak ada... Tandingannya..."

Begitu Eddy Bai mendengar perkataan itu, ia pun langsung memijit-mijit keningnya dan bertanya pada Willy Ye, “Kamu tidak pergi?"

Willy Ye menggeleng, “Tidak...”

Eddy Bai balas mengangguk dan berkata, “Baiklah, kalau begitu aku pergi.”

Willy Ye terdiam.

Kemudian Willy Ye menatap Eddy Bai yang cepat-cepat pergi dari situ dengan langkah lebar-lebar.

Willy Ye agak sedikit kehabisan kata-kata. Ia memang tidak bisa menandingi Eddy Bai dalam minum-minum, jadi ia takut minum-minum dengan pria itu.

Tapi ternyata Eddy Bai sama sekali tidak berniat untuk terus lanjut minum dengannya, melainkan ia hanya memberikan sebuah balasan baginya.

Willy Ye lalu berujar: “Tertipu!”

Willy Ye kemudian kembali menghembuskan napas tidak berdaya, “Kelihatannya ia lebih khawatir daripada aku, tapi lantas apa yang bisa diperbuat kalau ia pergi? Ketua Dao sudah merancang skenario seperti ini, putramu juga dengan senang hati dan sukarela melompat masuk ke dalam ceritanya. Benar-benar tidak dapat dimengerti!"

“Tapi, kematian putramu kali ini sepertinya juga akan menggemparkan Kota C. Bagaimanapun juga, setengah orang aliansi bisnis Kota C semuanya bergerak. Hal seperti ini bukanlah sensasi kecil."

Eddy Bai sama sekali tidak mendengar kata-kata yang dikatakan Willy Ye ini karena ia sudah tergesa-gesa pergi.

Walaupun ia tidak mendengarnya, namun hati kecilnya mengetahuinya. Kali ini Galvin Bai benar-benar akan binasa.

Dan kalau ia pergi, mungkin ia juga tidak dapat menyelamatkan Galvin Bai dari kematian ini dan malah akan menarik seluruh keluarga Bai-nya terlibat dalam hal ini.

Tapi ia masih tetap memutuskan untuk pergi.

Karena Galvin Bai adalah putranya.

Hanya saja setelah Eddy Bai keluar dari kediaman Willy Ye, sebuah mobil Porsche berhenti di hadapannya dan menghadang jalannya.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu