Awesome Guy - Bab 619 Fanny Merasa Dilema

Namun, kemampuan pria ini membuat Galvin Bai terkejut.

Kemampuan pria ini, takutnya bahkan Ketua Dao pun tidak bisa mengalahkannya.

Galvin Bai tiba-tiba merasa sangat bersyukur, jika kelak ada orang yang begitu hebat seperti dia berada di sisinya, maka ...

Dalam setengah jam, Agus sudah menjadi tidak bertenaga.

Kini Agus yakin Galvin Bai tidak akan membunuhnya, dan pada saat yang sama, ia juga sadar.

Tadi dia terlalu bersemangat, tetapi semua ini hanyalah mimpinya saja.

"Yang kamu katakan itu benar, akulah yang bodoh." Agus tersenyum masam.

Jika bukan karena dia terlalu serakah, maka dia tidak akan mendengarkan perkataan Galvin Bai, dan tidak akan datang ke sini, lebih tidak akan menjadi seperti sekarang ini, dikuasi oleh orang lain.

Agus tiba-tiba teringat perkataan Ketua Dao: Galvin Bai jangan terlalu dianggap hebat, tetapi dia juga harus diwaspadai.

Saat itu, Agus merasa Ketua Dao terlalu berhati-hati, bagaimanapun ini adalah kepribadian Ketua Dao.

Sekarang sepertinya dia sudah terlalu meremehkan Galvin Bai.

Galvin Bai menendang Agus dan berkata: "Bangun!"

Agus sangat ketakutan, jadi tidak berani melawan Galvin Bai, dan dia berdiri dengan patuh.

Kemudian Galvin Bai membawa Agus ke gua emas lainnya.

......

Setelah sampai di gua emas, Galvin Bai merasa sedikit terkejut saat melihat orang-orang lainnya menunggu Agus dengan tenang.

Dia mengira orang-orang ini akan kehilangan rasionalitas mereka setelah melihat begitu banyak emas, dan bahkan saling membunuh satu sama lain.

Tetapi ternyata tidak, mereka menunggu Agus dengan tenang.

Galvin Bai menodong punggung Agus dengan pisaunya, jika Agus berani sembarangan bertindak, maka pisaunya akan langsung ditusukkan.

Agus sekarang seperti Fanny, seluruh tubuhnya tidak bertenaga sedikitpun dan tidak berani berbuat apa-apa.

Dia bahkan tahu apa yang harus dia katakan, "Bagus, karena sudah ditemukan, maka kita sudah bisa kembali, kali ini kalian semua melakukannya dengan baik, setelah kembali, aku akan melaporkannya ke aliansi bisnis, nanti kalian semua orang akan mendapat banyak bonus! "

Setelah mendengar perkataannya ini, mereka melakukan kontak mata satu demi satu, dan kemudian berjalan menuju keluar.

Saat ini, seorang pria yang memegang pistol melewati Agus, dan Agus tiba-tiba berteriak, "Nino, berikan pistolnya padaku."

Nino meragu sejenak, dan akhirnya menyerahkan pistolnya kepada Agus.

Ketika Darwin Chen melihat Galvin Bai sudah kembali, dia merasa lega, dia berjalan mendekat dan bertanya: "Kakak, apakah kamu baik-baik saja?"

Galvin Bai menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja, aku telah memiliki kesepakatan dengannya."

Ekspresi Fanny tiba-tiba berubah saat mendengar ini, "Galvin Bai! Kamu ini namanya cari mati sendiri!"

Galvin Bai tidak menghiraukan Fanny, melainkan berjalan keluar dengan merangkul bahu Agus.

Mereka berdua terlihat begitu dekat, jadi orang lain yang melihatnya, tidak mengira ada masalah, tetapi setelah Fanny melihat itu dia tiba-tiba tertegun.

Pada saat ini, dia memahami sesuatu dan menutup mulutnya.

Semua orang berjalan ke arah luar, dan Galvin Bai berjalan sambil berkata: "Kak Agus, setelah keluar, ingatlah untuk membantuku mengatakan lebih banyak perkataan baik tentangku kepada Ketua Dao, mulai sekarang kita adalah satu keluarga."

Ekspresi Agus terlihat sangat cuek, namun sebenarnya dia sudah mulai berkeringat, karena pistol yang baru saja ia minta adalah maksud Galvin Bai, dan saat Galvin Bai merangkulnya, dia mengambilnya.

Agus hanya bisa tertawa sejenak, "Oke."

Namun, ketika mereka baru saja keluar dari gua emas dan hendak menaiki lorong, tiba-tiba sebuah pistol ditodong ke kepala Agus.

Agus langsung berhenti bergerak.

Saat ini, semua orang pun berhenti.

"Kak Agus, maafkan aku." Dia adalah salah satu dari 20 orang bawahannya, dia berkulit lebih gelap, dia menodongkan pistol ke dahi Agus, dan dia mencibir, "Kami sudah tidak lagi berencana untuk membantu aliansi bisnis. "

Agus sedikit tertegun, lalu dia merespons, dan berkata dengan marah: "Zein, apa yang kalian lakukan? Apakah kalian mau mengkhianati aliansi bisnis? Jika aliansi bisnis tahu, kalian ..."

Zein menyela Agus, "Tidak ada yang akan tahu, kalian semua harus mati di sini."

Di bawah godaan uang yang begitu besar, tidak ada yang tidak tergiur.

Zein mencibir dan berkata: "Setelah kami memiliki emas-emas ini, apakah kami masih akan takut dengan aliansi bisnis?"

Agus diam, dia tidak bisa membantah.

Melihat ini, Zein segera berkata kepada salah satu anak buahnya: "Ambil pistol yang dia simpan."

Mendengar ini, bawahannya langsung menggeledahnya.

Sekuat apapun dia, dia juga akan takut dengan pistol, bagaimanapun kecepatan pistol lebih cepat.

Agus tidak bisa berbuat apa-apa, sekarang dia sedang ditodong dengan pistol dan hanya bisa membiarkan orang menggeledahnya.

Selain itu, Galvin Bai juga berdiri di samping dengan sangat baik, dia bahkan mengangkat kedua tangannya.

Hanya saja setelah menggeledah sejenak, bawahan itu berkata dengan heran: "Pistolnya tidak ada?"

Tidak mungkin, mereka semua melihat Agus mengambil pistol dari Nino.

Kenyataannya, bawahan itu tidak menemukan pistol.

Ekspresi wajah Zein menjadi muram dan dia bertanya pada Agus: "Dimana pistolnya?"

Agus hanya diam dan menggelengkan kepalanya.

Saat ini, terdengar sebuah suara, "Di sini!"

Lalu terdengar suara tembakan.

Galvin Bai yang berada di belakang mereka dengan cepat mengeluarkan pistol, dan melepaskan beberapa tembakan ke orang-orang yang memegang pistol.

Di dalam gua, suara tembakan terdengar sangat keras.

Karena di gua sangat sempit, orang-orang itu melarikan diri setelah mendengar suara tembakan.

Ini kebetulan memberikan kemudahan untuk Galvin Bai, lalu Galvin Bai menembak mereka satu per satu.

Mereka semua tahu bahwa Agus adalah yang paling hebat, jadi perhatian mereka semua tertuju pada Agus, mereka tidak memperhatikan Galvin Bai.

Namun, Galvin Bai yang tiba-tiba menembak membuat mereka tidak tahu harus berbuat apa.

Pada saat yang sama, Fanny juga bergerak.

Mereka memiliki total tiga pistol, sekarang satu di tangan Galvin Bai dan satunya di tangan Zein, Zein sudah dibunuh oleh Galvin Bai, dan Fanny segera mengambil pistol itu, dia menembak dengan liar ke semua orang.

Dalam beberapa menit, 20 orang semuanya tewas.

Tidak butuh waktu lama situasinya sudah berbalik.

Kali ini, Fanny mengarahkan pistolnya ke Galvin Bai.

Galvin Bai berhenti bergerak.

Galvin Bai tidak punya pilihan selain membuang pistol di tangannya dan berkata dengan datar: "Apakah kamu yakin akan aman setelah kamu membunuhku?"

Fanny tadi sudah melihat taktik Galvin Bai dan Agus, jadi dia tahu Agus pasti diancam oleh Galvin Bai juga, oleh karena itu dia berfokus pada Galvin Bai.

Mendengar perkataannya, Fanny mencibir dan berkata: "Kakak seniorku memiliki kebiasaan buruk, yaitu dia paling tidak suka orang lain merangkul bahunya!"

Sekarang Galvin Bai baru mengerti.

Saat di gua emas tadi, Galvin Bai terus merangkul Agus, orang lain tidak mengetahuinya dan mengira itu bukan apa-apa, tetapi Fanny mengetahuinya.

Galvin Bai mengangkat bahu dan berkata: "Jadi, kamu ingin membunuhku sekarang?"

Dia curiga bahwa Fanny adalah adik perempuan Drake Xu, dan kemungkinan itu 99%, jadi tidak peduli apakah Fanny yang membunuhnya atau dia yang membunuh Fanny, takutnya Drake Xu pasti akan merasa sedih.

Jika mengetahuinya lebih awal, seharusnya membunuhnya lebih cepat.

Tentu saja, berdasarkan kepribadian Galvin Bai ini, takutnya meskipun dia mengetahuinya lebih awal, dia juga tidak akan membunuh Fanny.

Fanny mengerutkan kening dan berkata dengan dingin: "Awalnya, aku ingin membunuhmu, tapi ..."

Sebelumnya, saat ditampar Agus, Galvin Bai-lah yang berdiri didepannya, itu membuat Fanny ragu.

Selain itu, selama ini Galvin Bai tidak melakukan apa pun padanya, hanya saja untuk mencegahnya agar tidak membunuhnya, dia memberinya obat agar tidak memiliki energi.

Sekarang Fanny merasa sangat dilema, di satu sisi dia berpikir ingin memaafkan Galvin Bai, namun di sisi lain dia juga berpikir, jika tidak membunuh Galvin Bai, rahasia di sini pasti akan terungkap.

Itu membuatnya merasa sangat dilema.

Akhirnya, Fanny berkata dengan dingin kepada mereka: "Jangan bicara omong kosong lagi, ayo pergi!"

Galvin Bai tidak punya pilihan selain berbalik dan berjalan keluar.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu