Awesome Guy - Bab 478 Pertarungan Yang Berdarah

“Siapa yang mengijinkanmu untuk masuk ke sini, brengsek?” tanya Habert Liu dengan marah.

Ternyata yang datang bukanlah pelayan, melainkan seorang pria yang mengenakan pakaian berwarna hitam.

Pria itu menutup pintu ruang privat, lalu langsung berjalan menghampiri Habert Liu.

Ketika Habert Liu melihat gerak-gerik pria itu, ia pun langsung gelisah dan segera menyembunyikan diri ke sudut ruangan, “Siapa kamu? Mau apa?”

Pria itu menundukkan kepalanya dan menjawab dengan suara serak: “Membunuhmu.”

Kedua mata Habert Liu membelalak seketika...

......

Di hotel, Macan Putih pun menutup telepon dan berujar pada Galvin Bai: “Urusan Ervin disana sudah selesai.”

“Baiklah, ayo pergi!”

Terbersit dalam benak Galvin Bai untuk berganti mobil, namun ia tahu bahwa orang-orang itu pasti akan tetap menemukannya meskipun ia berganti mobil. Kalau memang begitu, lebih baik tidak usah.

Tepat sekali waktunya, bukankah mereka datang untuk membunuhnya? Kalau begitu, ia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membunuh mereka.

Galvin Bai pun secara terang-terangan menyetir mobilnya berangkat menuju kota T.

Ia tidak tahu dimana orang-orang itu dan kapan mereka akan muncul, namun ia tahu pasti mereka akan datang.

Sepanjang perjalanan, semua orang meningkatkan kewaspadaan mereka. Tempat terbaik untuk membunuh orang tentu saja adalah di jalan atau di suatu tempat yang terpencil.

Untuk bisa mencapai kota T dari kota B, maka harus melewati sebuah pemukiman dulu sebelum memasuki jalan tol.

Disebut pemukiman karena lebih sedikit jumlah penduduk yang tinggal dan bangunan-bangunan tinggi disana.

Sangat mudah untuk sesuatu terjadi di tempat yang sulit dijangkau seperti itu dan sulit pula diketahui oleh orang lain.

Tentu saja di tempat yang seperti itu, akan lebih mudah untuk menarik perhatian musuh.

Dari kaca spion, Macan Putih melihat beberapa mobil komersial berwarna hitam yang mengejar mereka dan dengan tenang berujar: “Mereka datang.”

Galvin Bai juga melihatnya dan berujar, “Cari tempat yang sepi dan berhenti.”

“Baiklah.”

Sesuai dengan ucapan Galvin Bai, Macan Putih menemukan daerah jalan yang sepi dan berhenti di tempat dimana tidak ada siapapun dalam radius 1 km.

Begitu mobil Galvin Bai berhenti, beberapa mobil yang mengejarnya dari belakang juga ikut berhenti. Tidak lama kemudian, hampir 20 mobil ikut berhenti di tempat terpencil itu.

Beberapa menit kemudian, semua orang yang ada di mobil melangkah turun.

Belasan orang termasuk Galvin Bai dikepung oleh sekitar 100 orang.

Situasi ini kembali terjadi. Bedanya, orang-orang yang mereka hadapi kali ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan musuh yang mereka lawan saat di vila.

Orang-orang kali ini lebih berbahaya daripada sebelumnya, sehingga setelah turun dari mobil ia langsung mengeluarkan sebilah pisau tanpa mengucapkan apa-apa.

Mata Galvin Bai pun mengelam, “Bunuh! Bunuh mereka semua!”

Hanya dengan membunuh semua orang-orang disitulah mereka baru bisa bertahan hidup!

“BUNUH!!”

Segerombolan orang itu balas berseru, lalu mengeluarkan senjata masing-masing dan lari menerjang.

Pertarungan hebat yang sangat tidak imbang diantara dua kubu pun dimulai.

Galvin Bai menerjang kerumunan musuh dan mengangkat kakinya untuk menggunakan tendangannya seperti sebelumnya.

Tapi, kekuatan lawannya ternyata diluar dugaannya.

Tendangannya sama sekali tidak mengenai musuh, namun malah dihadang seseorang. Seseorang itu kemudian balas memukul dengan punggung tangannya.

DUAGH!!

Galvin Bai terbatuk-batuk dan langkahnya terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang, tangannya memegang dadanya.

Kuat!

Ternyata sangat kuat!

Ini adalah kekuatan sesungguhnya dari empat klan keluarga utama.

Lalu kenapa?

Galvin Bai bertekad untuk tetap bertahan hidup hari ini!

Galvin Bai kembali menerjang maju dan mulai bertarung.

Gerakannya yang begitu tidak terprediksi membuat musuh tidak bisa mengantisipasinya. Beberapa kali Galvin Bai berhasil mendaratkan serangan, ia lalu memanfaatkan kesempatan untuk mengeluarkan pisaunya dan membunuh beberapa orang.

Macan Putih yang memiliki banyak pengalaman menyadari bahwa lawan mereka adalah para ahli. Ia tidak menahan-nahan kekuatannya dan bertarung seimbang.

Drake Xu yang lebih lemah daripada Macan Putih pun merasa kewalahan, namun untungnya ia ahli dalam membunuh. Ada berbagai macam cara untuk membunuh yang ia kuasai dan sekarang ia bisa menggunakannya dengan bebas.

Sisanya adalah orang-orang Si Pendekar. Setiap orang sangat ahli, tidaklah sulit untuk menangani orang-orang ini.

Akan tetapi, ini baru permulaannya saja.

Karena bagaimanapun juga, mereka hanya berjumlah belasan sedangkan lawan mereka berjumlah hampir 100 orang.

Belasan melawan 100, tentu hasil akhirnya sudah dapat ditebak.

Tapi, tidak satupun dari mereka menyerah dan tidak satupun dari mereka memohon ampun.

Mereka semua bertarung demi harapan untuk bertahan hidup.

Waktu pun berlalu semenit demi semenit. Stamina mereka mulai terkuras dan kecepatan gerakan mereka mulai melambat.

Tubuh mereka terluka disana-sini dan bau darah memenuhi jalanan. Entah darah milik siapa itu, yang jelas ini adalah pertarungan hidup dan mati yang berdarah.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, namun Galvin Bai sudah merasa kelelahan. Masih ada sekitar 70 hingga 80 orang yang berdiri di depan mereka, namun tidak ada bala bantuan yang datang.

Galvin Bai tiba-tiba merasa putus asa. Tidak peduli seberapa kuat tekad yang ia miliki untuk bertahan hidup, ia tetap tidak bisa mengubah fakta saat dihadapkan dengan kondisi yang tidak imbang seperti ini.

Apakah.. Hari ini ia akan benar-benar mati disini?

Tapi, Galvin Bai tidak mau mati. Friska Li masih menunggunya kembali!

“AAAAA!!!”

Begitu teringat akan Friska Li, Galvin Bai pun kembali menyerang. Ia berseru kencang sambil mengayunkan pisaunya dengan membabi-buta. Entah serangannya fatal atau tidak, yang jelas selama pisau itu menusuk seseorang, Galvin Bai tidak akan melepaskannya.

Dihadapkan dengan semangat Galvin Bai yang tiba-tiba meledak, Macan Putih dan yang lainnya pun saling bertatapan. Semangat mereka ikut muncul dan mereka kembali menerjang.

Beberapa orang mendecakkan lidah, “Manusia macam apa mereka ini?!”

“Mereka semua sudah gila!”

Mereka belum pernah melihat seseorang seperti Galvin Bai yang kekuatannya tiba-tiba meledak saat berada di tanduk kematian. Si brengsek ini bahkan bisa menginspirasi orang-orangnya dan membangkitkan semangat mereka untuk ikut menyerang lagi.

“Tunggu saja! Bagaimanapun juga dengan orang sebanyak ini, mereka tidak mungkin bisa bertahan lama!”

“Betul! Ketika mereka sudah tidak sanggup lagi, bukankah kita bisa membunuh mereka dengan mudah?”

Galvin Bai dan orang-orangnya yang disinggung dalam pembicaran itu tidak mendengarnya. Bagi mereka, hanya ada bunuh, bunuh, dan bunuh. Mereka baru bisa bertahan hidup kalau sudah membunuh semuanya.

Tapi sesuai dengan ucapan orang-orang itu, tidak peduli seberapa besar ledakan tenaga yang dikeluarkan, manusia tetaplah manusia. Galvin Bai dan orang-orangnya bukanlah robot ataupun mesin, tenaga mereka akan habis dalam pertarungan yang sedemikian panjang. Sekarang mereka hanya bisa mengandalkan insting untuk menghindar dan menyerang dengan mengayunkan tangan dan kaki mereka.

Galvin Bai merasa tubuhnya sudah kebas, ia tidak bisa merasakan apapun.

Saat ini, masih tersisa sekitar 50 sampai 60 orang. Galvin Bai dan semua orang-orangnya terluka, namun untung saja tidak satupun dari mereka mati.

“AWAS!”

Begitu mendengar suara Drake Xu, Galvin Bai mengangkat matanya dan melihat sebilah pisau yang hendak menikam jantungnya sudah ada di hadapannya.

Galvin Bai ingin bergerak untuk menghindar, namun ia sudah benar-benar tidak memiliki tenaga lagi untuk sekedar mengangkat tangannya dan menghadang.

Tepat pada saat itu, sebuah suara tembakan tiba-tiba terdengar.

“DORR!”

Sepasang mata orang yang ada di hadapan Galvin bai membelalak, pisaunya berhenti dengan jarak yang hanya 2 cm dari dada Galvin Bai.

Kemudian, orang itu jatuh ke tanah dan mati.

Saat itulah semua orang berhenti dan melihat ke arah sumber suara.

Tidak jauh dari mereka, berdirilah seorang pria yang berusia sekitar 30 sampai 40 tahunan. Rambut dikedua sisi kepalanya tercukur habis dan penampilannya biasa saja, tidak terlihat apapun yang spesial. Tapi ia berdiri menghadap mereka dengan sebuah pistol dalam genggaman tangannya.

“Siapa itu?”

Novel Terkait

Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu