Awesome Guy - Bab 448 Duel Masih Akan Dilanjutkan

Lina Cong adalah nona muda Keluarga Cong, jika ingin balas dendam, apakah mereka akan melibatkan nyawa nona muda keluarga sendiri?

Jadi ketika Galvin Bai mendengar bahwa itu adalah perbuatan Keluarga Cong, dia tahu bahwa orang ini berbohong, seharusnya bos di belakang merekalah yang menyuruh mereka berkata demikian.

Pria agak gendut itu tertegun saat mendengar perkataan Galvin Bai, mereka juga mengenal Lina Cong, dia adalah nona muda Keluarga Cong, adik perempuan Jordan Cong, tetapi bagaimana bisa ada hubungannya dengan Lina Cong?

Karena mereka tidak tahu bahwa saat Dicky pergi ke tempat pertemuan, Lina Cong juga ikut bersamanya.

Dicky mendengus dingin ketika melihat ini, "Jangan buang waktu lagi, mereka tidak akan mengatakannya, bunuh saja mereka!"

"Kalian … kalian…" Beberapa orang itu dibuat ketakutan oleh Dicky, ketika Dicky mengatakan bunuh saja mereka, itu seperti sudah sangat biasa, dia sangat santai dan acuh tak acuh.

Galvin Bai mendengus dan menendang pria agak gendut itu, "Sudahlah, ayo pergi!"

Bagaimanapun orang-orang itu tidak melakukan sesuatu yang merugikannya, jadi tidak perlu dibunuh, orang yang seharusnya di bunuh adalah bos di belakang mereka, tetapi tidak tahu mengapa, orang-orang ini bisa menutup mulut mereka dengan begitu rapat, mereka tidak akan mengatakan sedikitpun informasi yang berguna.

Dicky menatap Galvin Bai dengan heran, "Jadi dilupakan begitu saja?"

"Kalau tidak?" Galvin Bai mengangkat bahu.

Dicky sedikit mendengus, dan berkata dengan acuh tak acuh: "Bagaimanapun, mereka bukan datang untuk membunuhku."

Setelah itu, Dicky berjalan keluar lebih dulu dari ruangan.

Galvin Bai melihat sekilas ke sekitar ruangan, kemudian dia baru meninggalkan ruangan.

"Woi, apakah mau minum segelas anggur dulu?" Galvin Bai bertanya pada Dicky.

"Kalau mau minum, kita juga harus mencari tempat bisa minum bukan?" Dicky sedikit mendengus.

Galvin Bai tersenyum, "Ayo pergi, tadi ketika datang aku melihat ada sebuah bar."

Lalu Galvin Bai dan Dicky pergi ke bar.

...

Di dalam ruangan, setelah memastikan bahwa mereka sudah pergi, ekspresi semua orang kembali normal, dan seorang wanita pergi untuk mengetuk pintu toilet.

Setelah beberapa saat, pintu toilet terbuka dan Habert Liu berjalan keluar.

Tadi ketika pria itu sedang menelepon diluar, Habert Liu pergi ke toilet, ketika dia hendak keluar, dia mendengar ada suara jeritan di dalam ruangan dan dia tahu bahwa ada yang tidak beres, jadi dia tetap berada di toilet dan tidak keluar.

Galvin Bai mematikan suara musik saat bertanya kepada mereka, jadi Habert Liu bisa mendengar suara Galvin Bai dengan jelas.

Galvin Bai belum mati! Dia bahkan datang ke sini.

Habert Liu tadi sangat gugup, untungnya orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan, sehingga identitasnya tidak terungkap.

Habert Liu menatap semua orang dengan tatapan puas, "Bagus, setelah beberapa hari, kalian akan menjadi eksekutif Marquis yang baru."

"Ya, Bos."

Habert Liu tersenyum. Galvin Bai belum mati, dia merasa sangat disayangkan, tetapi itu tidak masalah, bagaimanapun Galvin Bai akan dibunuh oleh Keluarga Cong dan Keluarga Ye, itu hanya masalah cepat atau lambat.

Namun Marquis Group, dia pikir ini sudah waktunya.

...

Galvin Bai dan Dicky pergi ke bar, mereka tidak pergi ke ruangan, melainkan duduk di dekat meja bar.

Mereka berdua masing-masing memesan segelas bir, mereka bersulang dengan tanpa bicara, lalu masing-masing menyesapnya.

Awalnya, mereka berdua tidak berbicara, setelah beberapa menit berlalu, Galvin Bai berkata: "Duel kita belum berakhir."

"Ya." Dicky mengangguk, "Apakah mau dilanjutkan sekarang?"

Galvin Bai melambaikan tangannya dengan ekspresi terkejut, "Sialan, apakah kamu tidak lelah?"

Dicky menggelengkan kepalanya, "Aku ingin membalaskan dendam Jordan Cong, lebih cepat dendamnya terbalaskan, maka aku juga bisa merasa lebih tenang."

"Karena Jordan Cong adalah teman masa kecilmu, jadi kamu ingin membalaskan dendamnya?" Galvin Bai tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

Dicky mengangguk, "Ya, dia adalah sahabat terbaikku saat aku masih kecil."

"Kalau begitu, apakah kamu mengenalnya ketika dia sudah dewasa?" Galvin Bai bertanya dengan acuh tak acuh sambil menyesap birnya.

Dicky sedikit tertegun, "Aku selalu terus berlatih dengan Guru, berpartisipasi dalam kompetisi, dan baru saja kembali ..."

"Artinya kamu sama sekali tidak mengenalnya." Galvin Bai berkata dengan yakin, "Jadi, apakah kamu tahu mengapa aku ingin membunuhnya?"

"Kenapa?" ​​Tanya Dicky, ini juga merupakan hal yang paling ingin dia ketahui.

Galvin Bai menatapnya dengan heran, "Ternyata kamu benar-benar tidak memeriksa hal-hal itu."

Jika Dicky tahu apa yang sebenarnya terjadi, mungkin dia juga tidak akan memberikan reaksi seperti itu, dia juga akan tahu mengapa dia membunuh Jordan Cong.

Dicky terbatuk ringan dengan canggung, "Pokoknya faktanya, kamu membunuh Jordan Cong, bukankah begitu? Apa hubungannya dengan alasannya?"

Galvin Bai menggelengkan kepalanya, "Kamu bilang nyawa dibayar dengan nyawa, itu memang benar."

"Pada awalnya, aku tidak mengenalnya, tetapi karena beberapa alasan, dia ingin membunuhku dan mengutus orang untuk mebunuhku."

"Hari itu, kebetulan hari pernikahan kakak laki-lakiku, padahal hari sudah malam, dan tidak ada hubungannya dengannya, tetapi dia malah melihat musuhku mengerjarku."

"Saat itu, ada beberapa orang yang ingin membunuhku, ada yang ingin melindungiku, tetapi mereka semua tewas dan terluka karena bom terakhir yang dilemparkan."

"Kakak laki-lakiku mengalami kerusakan tulang belakang dan menjadi vegetatif."

"Tahukah kamu seberapa besar pukulan ini bagi istri barunya? Oh iya, istri barunya adalah sahabat terbaik istriku, kamu seharusnya bisa membayangkan situasi itu bukan!"

Galvin Bai berkata dan menyesap birnya lagi, "Kakakku belum mati, tetapi tidak ada bedanya dengan sudah mati, masih ada dua orang lainnya, mereka bukan musuh atau temanku, tetapi mereka semua mati karena aku."

"Jika itu kamu, apa yang akan kamu lakukan?"

Dicky terdiam, dan tangannya yang terkulai tiba-tiba digenggam menjadi kepalan tinju.

Dia tidak pernah menyangka kejadiannya ternyata seperti itu.

Dia juga orang yang setia kawan, jika tidak, dia juga tidak akan datang untuk membalaskan dendam sahabat masa kecilnya dengan tanpa menanyakan alasannya.

Jadi setelah mendengar penjelasan Galvin Bai tentang sebab musabab masalah tersebut, dia sangat mengagumi Galvin Bai, tetapi masalahnya adalah dia memang sudah membunuh Jordan Cong, ini membuatnya bingung.

Galvin Bai tidak memperhatikan Dicky, dia hanya minum birnya sendiri.

Apa yang dia katakan tadi secara tidak sadar mengingatkannya akan kejadian saat itu, kemudian Fiona Zhou menangis hingga pingsan, Heru Qin terbaring di tempat tidur dengan wajah pucat, itu semua membuat hatinya terasa seperti terbakar, dan terasa sangat sakit.

Setelah beberapa waktu berlalu, Dicky berkata dengan datar: "Duel masih harus dilanjutkan."

"Ya." Galvin Bai mengangguk tanpa merasa terkejut sedikitpun, dia menghabiskan seteguk bir terakhir, "Waktu untuk duel akan diatur nanti, sekarang bukan waktu yang tepat."

Dicky tidak keberatan.

Saat ini, Galvin Bai hendak bangkit, tiba-tiba Dicky menahannya, Galvin Bai merasa bingung, "Kenapa? Ingin bertindak sekarang?"

Dicky menatap ke belakang Galvin Bai dengan dingin, dia tampak seperti sedang mengamati sesuatu.

Galvin Bai melihat ada yang tidak beres, dia menoleh untuk melihatnya, dia melihat ada beberapa orang berpakaian seperti gangster duduk di bilik minum bir, ketika Galvin Bai menoleh untuk melihat, mereka segera menarik kembali tatapan mereka.

Meskipun orang-orang itu terlihat seperti preman biasa, tetapi aura pembunuhan seorang pembunuh yang terpancar dari tubuh mereka tidak sepenuhnya bisa disembunyikan, dalam sekilas itu sudah bisa dirasakan.

Galvin Bai langsung mengerti dalam sekejap, dia menoleh dan berkata kepada Dicky: "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi."

"Mungkin orang tadi?" Dicky tampak tidak khawatir sama sekali, dia malah menjadi santai.

Galvin Bai mengangkat alisnya, lalu mengangkat bahu: "Tidak masalah, oh iya, waktu duel akan dijadwalkan lain hari, aku masih ada urusan yang harus diurus, jadi aku pergi dulu."

Dicky menghentikan Galvin Bai, "Tunggu, aku bisa membantumu."

Galvin Bai sedikit terkejut, "Mengapa?"

Dicky menjawab dengan sungguh-sungguh: "Aku berharap saat duel lawanku masih hidup, selain itu dia harus utuh, bagaimanapun, aku adalah orang yang adil dan tidak akan mengambil keuntungan dari orang lain."

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu