Awesome Guy - Bab 444 Membunuh Orang Harus Dibayar Dengan Nyawa??

Dicky berhenti dan melompat tiba-tiba, menghindari serangan Galvin Bai, tapi juga menjauh dari Galvin Bai.

Galvin Bai segera bangun, dan mengeluarkan berbagai teknik kakinya, serangkaian tendangan yang pasti ditendang, Dicky terus mundur dan mengelak, dan karena panjang kakinya selalu lebih panjang dari lengannya, Dicky tidak akan bisa menyerang Galvin Bai.

Lina Cong yang berada dibelakang tong kayu itu kembali panik, kecelakaan di awal memang sudah diduga. Tidak butuh waktu lama bagi Dicky untuk melompat dan berada diatas angin, namun kini Dicky kembali dirugikan.

Tidak ada cara lain, Dicky dipaksa untuk menyerang, langsung menangkap kaki Galvin Bai, mencoba untuk menjatuhkan Galvin Bai.

Galvin Bai menyadari niat dia, memanfaatkan teknik menjatuhkan dari Dicky, dengan cepat membungkuk dan meraih bahu Dicky dengan tangannya, dan kaki satunya juga mengunci Dicky.

Namun, dalam beberapa detik, Dicky ditahan dengan erat oleh Galvin Bai, berdiri diam, berusaha melepaskan diri nya dari orang itu, namun ia tidak bisa melepaskannya. Ia sangat frustasi karena tidak bisa bergerak..

“Kamu turun!” Dicky berteriak.

Galvin Bai mengunci dia dengan erat, “Aku tidak mau!”

“Turun!”

“Tidak!”

“Kalau kamu masih tidak turun,aku akan menjatuhkanmu ketanah!” Dicky menggigit giginya dan berkata.

Aku belum pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu seperti ini,ini namanya berkelahi? Apa ini benar benar berkelahi? Mana ada berkelahi seperti ini?

Galvin Bai masih tetap tidak turun, Dicky sangat emosi, benar benar berencana untuk melempar Galvin Bai ke tanah.

Galvin Bai melihat situasi ini langsung melepaskan Dicky,melompat kebawah.

Dicky merasakan badannya jadi lega, tanpa bicara banyak lagi, mengepal tangannya dan meninju kearah wajah Galvin Bai, seperti ingin melampiaskan emosi dia saat di tahan tadi.

Galvin Bai menghindar,tinju itu melewati hidungnya, tidak mengenai wajahnya, tapi sensasi panas datang dari pangkal hidung, dan itu adalah angin kepalan tangan.

Tidak sempat mengeluarkan teknik kakinya, tinjuan kedua dari Dicky datang,Galvin Bai terpaksa harus menahan dengan tangannya,namun dia sekali lagi melebihkan kekuatannya.

Kekuatan Dicky memang besar, terutama kekuatan dilengannya, menyerang sekuat tenaga, bahkan bisa menghancurkan batu,ini sama sekali bukan pujian berlebihan,tapi kenyataan.

Galvin Bai merasakan sakit yang luar biasa ditangannya, disaat mengerutkan alisnya, terpaksa harus segera bereaksi.

Dicky bergumam dingin, lalu menyerang dengan tinju lagi,tinju yang datang bersamaan dengan angina.

Galvin Bai terus menghindarinya,terus mundur.

Situasi berbalik lagi, dan kali ini Dicky berada di atas angin.

Lina Cong sangat gembira.Memang benar, kakak Dicky lebih hebat. Galvin Bai tidak ada apa apa nya dibanding Kakak Dicky.

Galvin Bai tidak panik menghadapi situasinya saat ini, tetapi mengelak dengan tenang sambil mengamati kekurangan Dicky.

Dia masih ingat apa yang dikatakan Macan Putih ,ketika dia melatihnya dulu, dalam setiap serangan pasti ada titik tolaknya, yaitu tidak peduli kamu menggunakan tangan atau kaki, akan ada pergerakan yang cenderung, tetapi gerakan ini sangat kecil. Gerakan yang cepat tidak bisa melihat dengan jelas.

Galvin Bai teringat hal tersebut, sehingga ia berusaha melihat titik kelemahan Dicky dengan jelas, agar ia bisa bergerak lebih dulu, menahan serangan Dicky, sekaligus memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyerang lawan.

Galvin Bai menatap Dicky ,tubuhnya yang selalu mengelak telah menjadi gerakan tanpa sadar. Tidak perlu memikirkannya, dan tubuh merespon.

Setelah begitu lama, Galvin Bai akhirnya mengamati dengan jelas, juga sudah melihat kelemahan Dicky, bahkan sudah mengetahui aturan tinju Dicky.

Oleh karena itu, saat pukulan berikutnya Dicky,Galvin Bai mengambil langkah ke depan, mencondongkan tubuh ke depan, meletakkan lengannya di lengan Dicky, dan kemudian menggerakkan tubuhnya ke samping. Lalu dia menggerakkan lengan Dicky ke belakang.

Tangan yang lain dengan cepat menarik tangan Dicky yang satunya, dan kemudian menempelkan seluruh orang di belakang punggung Dicky, mengunci tangan Dicky dengan erat, membuat Dicky tidak bisa bergerak. Tidak bisa memukul.

Dicky selalu meninju sepanjang waktu, dan tiba-tiba terjebak oleh tangan Galvin Bai. Dia bahkan tidak bereaksi. Sesaat kemudian, dia tertegun dan berusaha melepaskan diri dari Galvin Bai.

Bagaimana bisa Galvin Bai memberinya kesempatan untuk langsung menendang dan menginjak lutut, memaksa Dicky untuk berlutut.

“Pummmm” terdengar suara.

Dicky berlutut dengan satu kaki, wajahnya penuh ketidakpuasan, teknik sialan ini lagi.

Galvin Bai tidak terlalu peduli, setelah melihat Dicky berlutut di tanah, dia langsung mengubah postur tubuhnya, melepaskan tangan Dicky, dan menguncinya lagi sebelum menyerang.

“Sial!” Dicky mengeluarkan kata kasar.

Galvin Bai tidak peduli, dengan cepat menekan Dicky ke tanah, dan berkata dengan dingin: "Kamu kalah!"

“Aku tidak kalah!” Dicky mendengus dingin, “Sudah menandatangani surat perjanjian kematian,tidak mati tidak kalah.”

“Baiklah!” Galvin Bai bangun, seperti ingin mulai bergerak membunuh Dicky.

Saat ini, Lina Cong yang melihat keadaan memburuk sudah tidak bisa menahan diri lagi langsung melompat keluar, "Berhenti! Kamu tidak diperbolehkan membunuh Kak Dicky!"

Galvin Bai tertegun. Dia benar-benar tidak menyangka Lina Cong ada di sini, dan dia sembunyi di belakang tong, berarti semua yang terjadi tadi dilihat oleh Lina Cong.

“Kamu juga hanya begini saja!” Galvin Bai berkata dengan samar.

Setelah selesai mengatakannya, Dicky merasakan kelegaan karena dilepas Galvin Bai dan langsung melepaskan diri dari Galvin Bai,nafas terengah-engah dan berjalan kesamping Lina Cong.

“Kak Dicky tidak apa-apa?” Tanya Lina Cong dengan cemas.

Dicky menggelengkan kepalanya, “Kamu tidak harusnya keluar.”

Lina Cong mendengar perkataan ini langsung memurungkan wajahnya, “Kalau aku masih tidak keluar,dia sudah mau membunuhmu!”

Dicky tidak banyak bicara, karena dia merasa masih ada kesempatan untuk membebaskan diri, dan dia tidak merasakan hawa ingin membunuh dari dalam diri Galvin Bai. Mungkin Galvin Bai hanya sekedar ngomong saja.

Galvin Bai memandang Dicky yang lepas kendali, sedikit kesal. Baru saja karena Lina Cong dia sengaja membiarkan Dicky kabur. Untuk menangkapnya lagi, mungkin perlu tenaga yang ekstra lagi.

Dicky memandang Galvin Bai dan berkata dengan santai: "Satu bulan pelatihan, itu memang ada hasilnya, aku telah meremehkanmu."

"Namun, ini semua di depanku, masih belum ada kesempatan untuk menang, aku masih akan membunuhmu!"

“Kamu harus membayar atas semua perbuatan yang sudah kamu lakukan!”

Galvin Bai mencibir, "Aku tidak pernah menyesali apa yang telah aku lakukan, aku juga tidak merasa harus membayar atas perbuatan yang aku lakukan!"

"Kamu ingin membalaskan dendam Jordan Cong, aku akan menemanimu kapan saja!"

Dicky menatap Galvin Bai, "Kamu sudah membunuh seseorang dan mengatakan tidak harus membayar perbuatanmu! Membunuh harus dibayar dengan nyawa! Kamu membunuh Jordan Cong, kamu harus membayarnya dengan nyawamu sendiri!"

"Aku membunuh orang dan harus membayarnya dengan nyawa ku sendiri, kalau begitu bagaimana dengan Jordan? Dia juga membunuh. Lalu aku membunuhnya berarti juga menyuruh dia membayar atas perbuatannya!"

Dicky terkejut dan matanya meloto, “Apa kamu bilang?”

Lina Cong juga terkejut, “Kakak ku membunuh orang?”

Lin Cong hanya mengetahui kakaknya suka bersenang senang dengan wanita, tapi tidak pernah mendengar kakaknya membunuh orang!

Dicky sudah bertahun tahun tidak bertemu dengan Jordan Cong,setelah dewasa Jordan Cong adalah orang seperti apa, dia sama sekali tidak jelas, oleh karena itu dia bisa begitu terkejut.

Galvin Bai melihat ini lalu tertawa dingin, “Jika kamu merasa membunuh orang harus dibayar dengan nyawa,kalau begitu majulah!”

Dicky juga tidak ingin banyak bicara lagi, sudah sampai dikeadaan sekarang, kalau bukan kamu yang mati,maka aku yang mati.

Dicky mendorong Lina Cong, “Kamu menjauhlah, walaupun aku sudah mati,kamu juga tidak boleh kemari,mengerti?”

Lina Cong menatap Dicky dengan penuh kekhawatiran, pada akhirnya memutuskan untuk percaya pada Kakak Dickynya, Kakak Dicky begitu hebat, pasti akan membunuh Galvin Bai!

“Ayo maju!” Dicky melihat Lina Cong sudah berdiri jauh dari mereka, dan berkata pada Galvin Bai.

Galvin Bai tidak mengatakan apapun, langsung menyerang.

Awalnya, dia benar-benar tidak punya niat untuk membunuh. Bagaimanapun juga, Dicky datang untuk membalaskan dendam Jordan Cong ,dan cara yang dia gunakannya masih bisa dikatakan benar, dan dia tidak meletakkan pisau di belakang punggungnya seperti yang dilakukan beberapa orang.

Ketika mereka baru saja mengatakan bahwa membunuh harus dibayar dengan nyawa,membuat Galvin Bai marah.

Dia membunuh Jordan Cong dan harus membayarkannya dengan nyawa,kalau begitu bagaimana dengan Jordan Cong?

Merry sudah meninggal,Niko sudah meninggal,dan masih ada satu lagi Lewis Hu,mereka bertiga sudah meninggal,apa dia tidak harusnya membayar dengan nyawanya?

Tidak hanya itu, kakak tertuanya, Heru Qin, menjadi seorang yang vegetatif, dan sekarang dia harus berbaring di rumah sakit. Bukankah dia harus membayarnya?

Saat ini, Galvin Bai dan Dicky sama-sama sangat serius, dan mereka juga telah mengeluarkan kemampuan mereka. Sekarang, pertarungan sesungguhnya baru saja dimulai.

“Penggggg!”

Dicky melompat dan dalam situasi yang tidak terduga oleh Galvin Bai, dia menendang Galvin Bai dari udara, yang dianggap sebagai pembalasan atas tendangan Galvin Bai tadi.

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu